Bagaimana Cara Bahagia Selamanya?

kanun
Chapter #4

4-Tuan yang Sangat Muda Tersedu

“OMRI!!” seseorang menepuk bahu Riley. Riley serta merta menutup telinganya.

Beberapa pasangan yang berada di dekat Riley menoleh. Sedang asyiknya memadu kasih disela teriakan cempreng. Mengganggu suasana malam ini saja, pikir Riley.

“Kamu cempreng sekali” Riley menoleh ke belakang bangku, Acela menyengir tidak bersalah. Kembarnya berdiri tidak jauh dari bangku menatap sinis.

Acela mencondongkan badannya. Bersandar belakang bangku. “Omri ngapain? Nungguin aku ya”

Sesuatu meloncat dari tudung jaket tebalnya. Mendarat di depan hidung Riley. Apa ini?

Astaga, itu belalang. Ia refleks menyingkir dari tempatnya semula. Jangan sampai anak-anak jahil ini tahu saya takut serangga pikirnya. Bergidik ngeri melihat belalang yang masih di tempat semula. Eh? Kenapa makhluk hijau itu tidak bergerak?

Darren berjalan mendekati bangku Riley, terbahak kencang. Disusul Acela yang menggigit bibir, menahan tawa dari tadi. Riley memandang heran, jadi hewan apa itu.

“Omri takut belalang ya~” Darren dengan nada mengejek sambil mengeluarkan sesuatu dari tudung kembarnya.

Itu mainan per belalang tepatnya.

Riley tersenyum paksa, menahan jengkel. Ini yang kedua kalinya ia ditipu Acela.

“Ihhh Omri ngapain ngambil kue aku” Acela menunjuk kantong hoodie Riley. Plastik berpita menyembul dibaliknya.

Riley kembali bertanya-tanya, mengambil plastik tadi di dalam kantongnya. Plastik berisi kue berbentuk layangan. Sejak kapan benda ini ada disini? Melihat si kembar, meminta penjelasan.

“Huahh padahal sengaja aku sisain buat nanti. Masa gara-gara dijailin gitu aja kueku diambil” Acela berseru, berlagak terisak.

Isakan dan seruan yang memancing perhatian pasangan remaja tadi. Mereka memandang Riley dengan curiga lalu mulai berbisik-bisik. Riley gelagapan, “Acela.. Kuenya yang pindah tempat sendiri, bukan saya yang ambil” memaksakan senyum manis.

Darren tambah terbahak. Kali ini ia berpindah ke depan Riley. “Buat Omri itumah”

“Hahaha, maap ya Omri~ aku bercanda. Itu trik sulap doang kok!” Acela mengekor Darren, berdiri di depan Riley. “Itu emang buat Omri, tadi gak bisa ikut festival kan?”

Rasa dongkolnya menguap, tergantikan perasaan hangat di dirinya. “Kalian baru pulang?” ia kembali mengantongi kue pembuat kerusuhan.

Acela mengangguk. “Sekarang mau ke toko, mau ikut gak Omri?”

“Deket, nyebrang jalan doang” Darren menunjuk jalan raya di luar areal taman.

Riley berhitung dengan situasi lalu mengangguk mantap. Ia ingin mencari jawaban atas kehampaan dirinya dan juga menjumpai hal baru lainnya, mungkin hari ini akan menjadi lebih menyenangkan. Kemudian ia bangkit, mengirim pesan singkat pada Bob

Ia mematikan handphonenya. Menyusul si kembar yang sudah di depan jalan raya dengan sedikit berlari. Pertanyaan-pertanyaannya yang biasa memutari kepala untuk sekejap hilang. Dia berhasil menyusul, walaupun sedikit megap-megap.

“Gak ditinggal kok” Acela memegang tangan Riley yang kanan, diikuti Darren di kirinya.

“Kalian nga– ”

“Mau nyebrang. Anak-anak harus pegangan” Darren menoleh ke kanan dan ke kiri jalan raya.

Jalan masih ramai –untuk ukuran malam-malam– Riley mengambil komando. Menoleh, lalu ketika jalanan sepi, menarik anggota timnya. Mereka berjalan beriringan seperti rombongan karyawisata.

Setelah sampai di seberang jalan, si kembar melepaskan pegangannya. Berjalan di depan, memandu Riley. Yang dipandu diam saja, menaruh tangan di kantong hoodie-nya. Melihat-lihat, mereka berjalan di trotoar. Di samping kiri berjajar toko-toko dan rumah penduduk. Lampu jalan menggantung menerangi langkah mereka.

“Omri mau tau lagu ke toko nenek gak? Aku yang buat lho” Acela menoleh mendadak.

“Bo–”

“Jangan, suaranya jelek banget. Kaca, lampu-lampu nanti pecah dengernya” Darren memotong kalimat Riley. Melipat tangan di dada, mendengus.

Acela melotot ke arahnya. Sebal, yang diajak bicara siapa yang menyahut siapa. “ Apa sih brokoli pelit”

“Daripada jamur gembrot”

Acela mengentakkan kakinya dengan kesal. “Brokoli pelittt!”

“Jamur gembrot” Darren menjulurkan lidah, menaruh tangan di belakang kepala.

“Ihhh gajelas banget sih! Brokoli!”

“Bentar kenapa kamu manggil dia brokoli” Riley menengahi –sebenarnya rasa penasaran lebih besar dan dia tidak begitu niat menengahi.

“Liat aja rambutnya, keriting-keriting kaya brokoli kan?”

“Lah ngaca, Cel! Rambut pendek mu kayak jamur” Darren menggambar jamur dengan jari-jarinya di udara. “Jamur”

Riley tergelak mendengarnya. “Kalian sama saja. Mending nyanyi, gimana lagunya Acela?”

Raut wajah Acela berubah, riang mengambil nafas, menyanyikan nada awal.

“Menyeberang jalan, jangan lupa, jangan lupa, tengok kanan-kiri~~”

“Tapi tadi kita udah nyebrang, jamur” Darren mencibir, masih memancing pertengkaran.

“Berjalan teruss sampai melihat tiang lampu dengan poster tukang bakso~” Acela menunjuk tiang lampu yang dimaksud, mengabaikan Darren.

“Lalu?” Riley mengikuti permainan mereka.

Acela menyengir manis, “ Masuk ke gang, lurus lagi sampai ke pertigaan~” ia melompat-lompat di gang lebih kecil. Asyik bernyanyi sambil meloncat kecil.

“Jangan berhenti walaupun ada tukang bakpao yang harum bakpao nya~~” Riley tergelak, lagunya aneh sekali.

“Ya tukang bakpao baunya bakpao lah masa bau martabak” Darren protes, dia dari tadi sudah menutup telinganya.

Acela menaruh jari telunjuknya di mulut Darren, menyuruhnya diam. “ Lalala~~ Di pertigaan beloklah ke kiri”

Lihat selengkapnya