“RILEY!!”
Riley segera menjauhkan handphone dari telinga. Mendengus kesal, pagi-pagi begini mengganggu waktu perawatan wajahnya saja...
“Jangan teriak-teriak, Bob!”
Riley bangkit dari kasur menuju kamar mandi, mengeraskan suara telepon. Setelah itu menaruh handphone di dekat cermin. Bercermin sambil melepas maskernya.
“Sudah ku telepon berkali-kali juga. Kau siang ini ada kontrak penting”
“Saya taulah....model iklan Mister Brama kan?”
Penyanyi itu sekarang menepuk-nepuk pipinya. Bergaya narsis di depan kaca kamar mandi.
Terdengar di ujung telepon Bob menghela pasrah. “Riiileyy aku tau kau lagi sibuk mengagumi diri sendiri tapi tolong jam 10, kau sudah siap”
Riley segera mematikan telepon –merasa tidak perlu menjawab. Bergaya untuk yang terakhir kalinya lalu keluar kamar mandi. Apa yang harus dilakukannya sampai jam 10? Ia menjatuhkan diri di kasur. Berguling kemudian memeluk bantal.
Sejak semalam mengunjungi toko nenek, pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul kini urung berdatangan. Jadi dia benar-benar tidak punya pekerjaan sekarang. Selepas itu ia memandang bunga matahari di mejanya. Kini bertengger manis di vas antik. Ia menjadi heran, mengapa bunganya belum layu juga ya? Ah! Kenapa tidak dia tanyakan saja?
Riley mendadak bangkit dari aksi tidurannya. Ia segera meraih handphonenya hendak menghubungi si kembar menyengir sendiri akan ide cerdasnya. Tapi gerak tangannya terhenti, teringat ia tidak mempunyai nomor Acela atau Darren atau pun nenek.
“Uh.. Kayaknya saya memang harus mengandalkan keberuntungan” Menggerutu akan ide cerdasnya yang tidak 'cerdas-cerdas amat ternyata'
Riley bangkit mengambil hoodie dan kacamatanya. Lantas keluar dari kamar mencari sopirnya. “Pak! Tolong antarin saya ke toko kemarin”
Pak sopir yang asyik mengelap mobil langsung memberi isyarat siap tuan, berlagak hormat bak prajurit kerajaan Inggris. Tanpa basa-basi mereka segera meluncur menuju toko nenek.
+++
Meskipun masih pagi, toko roti ramai sekali terlihat dari luar. Tirai kerang dibuka, orang-orang memenuhi tempat duduk lesehan di dalamnya. Riley merasa tidak enak, apa ia harus melewati pintu depan yang penuh pelanggan? Ia memutuskan memutari halaman toko lalu melihat siluet seseorang mencuci tangan di keran dekat bunga-bunga. Riley menajamkan penglihatan. Oh! Itu Acela, syukurlah....
“Omri?”
Riley mendekat, tersenyum manis. “Kamu lagi apa?”
“Lagi bantuin nenek bikin kue. Ayo lewat pintu samping aja masuknya!” Acela setelah mengelap tangannya di celemek –gadis itu tidak mengenakan jaket tebalnya– menarik tangan Riley. Menyeretnya berlari kecil menuju pintu samping yang dimaksud.
Ai? Mereka masuk di pintu kayu samping toko dan sekarang ada di dapur yang kemarin ia lihat? Riley menatap lantai dapur, tepung di mana-mana, plastik kue, percikan minyak. Aroma kue baru saja matang memenuhi dapur. Riley mengintip penggorengan, oh mereka menggoreng kue donat. Kelihatannya sungguh enak , donat-donat gendut berenang dalam minyak keemasan, beberapa digelindingkan Darren di gula halus. Donat gendut coklat keemasan bertabur gula sehalus salju.
“Omri mau ikut bikin?”
Acela yang sekarang tangannya sibuk membuat lubang di adonan memecah keasyikan Riley melihat-lihat.
Riley menimbang-nimbang, lalu menggeleng. Dirinya baru saja masker-an dan harus berjumpa benda lengket dan licin seperti tepung juga minyak? Acela mengedikkan bahu membiarkan. Ia kembali fokus melubangi adonan sembari bersenandung riang.
“Jangan gede-gede apa lobangnya Cel! Susah masaknya!” Darren yang berkutat dengan minyak dan wajan protes.
“Sisyih misyiknyi”
Riley memilih duduk di bangku kayu dekat galon air di ujung dapur. Menonton pertengkaran si kembar.
“Nek!! Acela ngerepotin aja nih!”
Darren meniriskan minyak donat, mematikan kompor. Kemudian berteriak ke tirai kerang yang menghubungkan dapur dengan toko.
“Apa sih!!”
Nenek menjulurkan kepala dari tirai –ia masih memakai kacamata cat eye hijaunya. “Hoi! Nenek sibuk jangan ribut kalian!” Ia mengambil donat-donat bertabur gula yang sudah matang. “Riley? Kalau kamu gak ada kerjaan bantu si kembar, kacau nanti jika dibiarkan” Nenek yang baru menyadari kehadiran Riley menunjuk si kembar dengan mulutnya. Terburu kembali ke toko.
Riley menghela. Ia baru perawatan dan tidak akan membiarkan dirinya berbau mentega atau telur ataupun gula-gula.
“Darren tangkep pasukan donat. ..terjun payung ke wajan!!”