Malam ini menjadi malam yang sangat bersejarah bagi seluruh perempuan di Indonesia. Di hampir beberapa kota, malam ini terjadi serangkaian kejadian yang sangat tragis, dengan banyak korban pemerkosaan. Awalnya, tragedi ini dimulai dengan penjarahan, namun sayangnya keinginan manusia untuk melampiaskan nafsu mereka tidak terkendali. Lebih menyedihkan lagi, beberapa orang bahkan memanfaatkan situasi kerusuhan ini untuk memuaskan nafsu mereka.
Suasana begitu mencekam dan kacau di jalanan kota. Banyak ban bekas tersebar yang hancur terbakar, meninggalkan aroma asap yang menyengat. Bangunan-bangunan terlihat porak-poranda, beberapa di antaranya masih terus berkobar dalam kobaran api yang menakutkan. Bangunan-bangunan tersebut telah dijarah habis oleh masyarakat yang berulah di sekitar sana. Kaca-kaca toko pecah berantakan, dan sisa-sisa perhiasan, makanan, minuman, serta uang berserakan di jalanan.
Dalam kekacauan ini, tidak ada pandangan mata yang memandang golongan apa pun. Semua orang hanya mementingkan diri sendiri dan memanfaatkan momen ini sebaik mungkin, tanpa memedulikan orang lain. Bahkan ketika malam tiba, situasi kericuhan belum reda, membuat suasana semakin mencekam. Orang-orang masih berteriak dan berjuang, dan di sekitar mereka, banyak mayat tergeletak tak berdaya. Beberapa mayat terlihat jelas sengaja ditinggalkan begitu saja tanpa ampun. Semua orang tampak seperti zombie, kehilangan segala perasaan dan hanya tertarik pada hal-hal yang dapat memuaskan nafsu mereka.
Di tengah kekacauan dan mencekamnya situasi, seolah-olah tidak ada harapan atau kebaikan yang tersisa. Seluruh kota terasa seperti hancur berantakan akibat tindakan orang-orang yang benar-benar terhanyut dalam kegelapan. Ini adalah pemandangan yang mengerikan, mirip dengan dunia yang dihantui oleh iblis. Hanya bayang-bayang ketakutan dan keputusasaan yang mewarnai setiap sudut kota yang pernah indah ini.
Salah satu kejadian yang terjadi adalah yang menimpa Bulan yang sedang sendirian di rumah saat itu. Ketika sedang tidur, Bulan tiba-tiba mencium bau asap dari rumah. Tanpa ragu, dia segera bangun dari tempat tidur dan mencari sumber bau asap tersebut. Setelah memeriksa setiap sudut kamar, dia menemukan bahwa lantai dua, yang merupakan kamar Bulan, sedang terbakar. Untungnya, saat itu Bulan sedang tidur di kamar orang tuanya.
Tanpa berpikir lama, Bulan segera meninggalkan rumah tersebut. Awalnya, dia bermaksud mengambil pintu depan sebagai jalur keluar. Sayangnya, ketika sampai di depan, dia disambut oleh kerumunan oknum masyarakat yang menunggunya. Bulan kemudian mencari alternatif lain dengan memanfaatkan jendela yang berada di sebelah kanan pintu depan rumahnya. Meskipun ini bisa menjadi peluang untuk melarikan diri, dia menyadari bahwa kemungkinan besar dia akan terlihat oleh orang-orang. Wilayah ini memiliki jarak pandang yang dapat dicapai oleh warga. Namun, jika Bulan tetap berada di dalam rumah, usahanya akan sia-sia dan dia berisiko kehilangan nyawanya.