Kita dalam Kehidupan Bumi & Bulan

Sayidina Ali
Chapter #6

Bumi: Sang Pion sedang Mencari Pasukan

Bumi menyandarkan badannya di tembok kamarnya yang berwarna kuning. Sementara itu, di kamar tersebut, Kimat sedang mencatat nama-nama orang terkenal atau berpengaruh di daerah sekitar. Bintang masih terdiam, sedang memikirkan ucapan yang baru saja diucapkan oleh Bumi. Suasana di kamar itu terasa hampa, karena masing-masing dari mereka sedang fokus pada kegiatannya masing-masing.

Setelah selesai bernegosiasi dengan seseorang yang misterius, Bumi langsung pulang ke tempat tinggalnya. Tidak lama kemudian, Kimat dan Bintang menyusulnya, karena mereka kebetulan tidak memiliki kegiatan lain. Meskipun mereka sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing, biasanya mereka tetap menghabiskan waktu petang bersama.

"Aku masih tidak habis pikir dengan apa yang akan kita lakukan ini," ucap Bintang memecah suasana yang sebelumnya hening.

"Untuk kali ini sebenarnya aku setuju dengan Bintang. Biasanya, jika kamu berada dalam kebimbangan, kamu selalu meminta masukan dari kita, Bumi. Mengapa kali ini justru kamu mengambil keputusan sepihak saja? Apakah kamu tidak khawatir dengan bagaimana kehidupanmu akan berlanjut setelah melakukan ini?" jawab Kimat, yang merasa sependapat dengan Bintang.

"Jika dihadapkan dengan uang sebanyak itu, apa kalian juga tidak tergoda?" kali ini Bumi mulai menunjukkan nada bicaranya yang tajam. Nampaknya dia tersinggung karena dua temannya justru memojokkan keputusannya itu.

"Mungkin aku memang mata duitan. Selama ini, jika ada yang berkaitan dengan uang, aku selalu maju terdepan. Tetapi untuk kali ini tidak. Coba kamu pikirkan lagi, melakukan tindakan seperti ini dengan menampakkan wajah kita ke masyarakat dan kemudian melakukan pencucian otak secara terang-terangan. Jika kita sampai ketahuan, maka kita bisa terkena tindak pidana pasal yang bertubi-tubi," jelas Kimat yang mulai kembali terpancing emosi.

"Kamu tidak ada di sana. Bahkan, kamu tidak melihat bagaimana cara dia mengamati lingkungan. Dia bahkan mengatakan bahwa bisa membuatku mengikuti kemauannya, itu menandakan bahwa kita tidak diberikan pilihan," ucap Bumi dengan nada yang sudah benar-benar meninggi.

Suasana di sini sudah benar-benar panas. Bumi dan Kimat saling beradu argumen menyerang satu sama lain. Sementara itu, Bintang hanya terdiam. Walaupun dia yang memulai membahas topik ini, dia tidak bisa benar-benar memutuskan untuk berada di pihak siapa. Di sisi lain, Bumi benar bahwa orang tersebut tentu bukan orang yang biasa. Menurut penjelasan Bumi, perawakannya sangat ideal, sudah pasti dia anggota pasukan khusus yang diperintahkan oleh seorang atasan yang punya potensi besar untuk mencari atau memaksa kita mengikuti maunya. Tetapi, jika mereka mengikuti maunya, artinya mereka semua dalam masalah besar. Walaupun hanya Bumi yang dianggap dalam rencana ini, sedangkan Kimat dan Bintang hanya sebagai pembantu dalam merealisasikan rencananya, tetapi nama mereka jelas terlibat langsung di lapangan. Itu sangat bisa mengancam nyawa mereka masing-masing.

Lihat selengkapnya