Kita dalam Kehidupan Bumi & Bulan

Sayidina Ali
Chapter #8

Bulan: Kesempatan Terakhir Melihatnya

Lapangan besar ini dipadati oleh banyak sekali pendemo. Sebagian dari mereka ada yang membawa kayu. Ada beberapa yang membawa plastik yang berisi air, mungkin akan dilemparkan nanti. Barisan depan diisi oleh beberapa perwakilan dari petinggi masyarakat. Dan barisan kanan adalah pasukan dengan membawa minyak-minyak beserta kobaran api yang nyala di bambu. Di barisan kanan, terlihat Kimat yang berdiri dengan dasi yang diikat di kepala. Sementara di barisan kiri, ada pasukan air yang siap membasahi kericuhan yang akan terjadi. Paling terdepan adalah Bumi yang berdiri dengan tangan dilipat di dada dengan sikap menantang, sebagai panglima yang siap memimpin kerusuhan ini.

Bumi berbalik badan menghadap para pendemo. Mereka semua mulai terdiam saat Bumi mengisyaratkan untuk diam. Bumi kemudian mengambil pengeras suara dan berkata, “Saya mendapatkan kabar dari berita bahwa ekonomi negara saat ini sedang melemah. Kita berkumpul di sini untuk-”

DOR!! DOR!!

Dua tembakan melesat dengan kencang. Suara itu membuat suasana menjadi ricuh, dan semua orang berhamburan. Bumi tertembak dan jatuh dari atas mobil yang dinaikinya. Semua orang berhamburan tanpa arah. Beberapa orang melempar minyak ke segala penjuru dan membakarnya. Api berkobar di mana-mana. Sementara itu, Bulan hanya terdiam mematung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia benar-benar bingung dengan situasi ini. Sementara api sudah mulai menyala dan membakar kayu-kayu.

Beberapa orang menepi ke area wartawan. Wartawan menyiarkan ini secara langsung, dan kemudian mereka berlari saat melihat banyak orang mendekat ke arah mereka. Bulan pun berinisiatif untuk lari ke arah tempat Bumi berdiri tadi. Bulan sangat ingin menolong Bumi, perasaannya kacau saat mendengar suara tembakan. Bulan berlari, mencari keberadaan Bumi dengan cermat. Tiba-tiba, Bulan melihat sebuah mobil hitam yang memasukkan tiga orang ke dalamnya, termasuk Bumi. 

"Tidak mungkin. Aku pasti salah melihat. Tidak mungkin dia yang membawa Bumi. Pasti ini hanya mimpi, ayo bangun dari mimpi cepat. Bulan, ayo bangun Bulan," teriak Bulan dalam hati untuk meyakinkan dirinya bahwa sedang bermimpi.

"Bagaimana mungkin dia membawa Bumi? Apa hubungannya dengan Bumi?" lagi-lagi Bulan berada di antara kebimbangan.

Gas air mata ditembakkan. Peluru angin ditembakkan. Tindakan dari petugas keamanan untuk menetralkan kerusuhan yang terjadi. Bulan yang mendekati tempat Bumi tentunya semakin dekat dengan petugas keamanan. Kali ini Bulan terkena semburan gas air mata. Matanya perih sekali tidak bisa dibuka. Tiba-tiba ada yang menyenggolnya saat Bulan menutup mata. Bulan terjatuh dan kesulitan untuk bangun. Ada yang menginjak rambutnya, bahkan kacamatanya kali ini lepas dari tempatnya. Ada yang datang menarik Bulan, dia berkata, "Kamu sedang apa di sini? Ayok ikut aku." Tentunya suara itu tidak asing. Bulan sempat terbangun dan berjalan, sebelum akhirnya dia pingsan.

Bulan membuka matanya perlahan-lahan. Sudah tidak berat seperti tadi. Namun saat membuka matanya, yang pertama dilihatnya adalah sebuah atap berwarna putih. Bulan langsung terkejut dan tersadar, "Di mana ini?"

Lihat selengkapnya