Di tengah hutan, terdapat beberapa bangunan bekas yang hanya tinggal puing-puingnya. Warna cat putihnya sudah menyatu dengan lumut, beberapa kayu sudah dimakan rayap, dan lantai dasarnya telah benar-benar tidak terbentuk lagi. Hanya sisa-sisa keramik berwarna oranye yang pecah-pecah yang masih dapat ditemukan.
Namun, di antara reruntuhan tersebut, ada sebuah kamar yang masih berdiri dengan ranjang kayu tua berwarna coklat di dalamnya. Di ranjang itulah Bulan tergeletak, sedang pingsan.
Ketika Bulan membuka mata, dia menatap sekelilingnya dengan hati yang berdebar kencang. Dia merasa bingung dengan situasi di mana dia berada saat ini. Meskipun tempat ini sekilas mirip dengan sebuah rumah, namun sudah tidak layak disebut sebagai rumah. Ruangan ini hampir kosong, kecuali akar-akar yang merambat masuk ke dalam bangunan dan lumut-lumut yang menjalar di setiap dinding ruangan.
Tiba-tiba, Bulan mendapatkan kejutan berikutnya. Kali ini, dia terbaring tanpa busana apa pun. Bulan memeriksa seluruh tubuhnya dan menangis setelah melihat apa yang telah terjadi. Dia merasa bahwa hidupnya sedang dihadapkan pada berbagai ujian yang berat, termasuk harus rela melepaskan mahkotanya yang kini berada di tangan orang lain.
Tak ada kesempatan untuk benar-benar terdiam dan merenung. Pintu yang tadinya tertutup tiba-tiba terbuka, membuat Bulan segera menutup matanya. Seseorang kemudian masuk ke dalam kamar dan melihat keadaan Bulan. Sepertinya orang itu bungkam, tidak memberikan tanggapan apa pun. Mungkin dia mengira Bulan masih dalam keadaan pingsan. Namun, dia tetap berdiam diri untuk waktu yang sangat lama. Bulan merasa cemas karena dalam keadaan sadar seperti ini, dia khawatir orang tersebut akan melakukan sesuatu yang aneh padanya, yang bisa mengungkapkan bahwa dia sebenarnya berpura-pura pingsan.
Dalam hati, Bulan berbisik dengan kekhawatiran, "Tolong, jangan lakukan ini lagi. Kalau tidak, aku bisa terbangun."
Orang itu kemudian berkata, "Gadis ini sepertinya sudah mati. Bagaimana kalau kita segera menguburkannya sebelum menimbulkan aroma yang tidak sedap."
Kemudian, Bulan terkejut mendengar kata-kata tersebut dan mulai merenungkan cara untuk keluar dari situasi yang berbahaya ini.
“Hah, dikubur?” Bulan terkejut dalam hatinya. Dia kemudian melanjutkan, “Sepertinya aku harus segera pergi dari sini.”