Keesokan harinya, mereka mulai merencanakan pencarian. Sebelum itu, Bumi berniat untuk tampil di hadapan publik. Hal itu mulai dilakukannya dengan berani karena menurut Laras, nama Bumi sudah mulai tenggelam. Semenjak turunnya presiden kedua, semua orang berbondong-bondong menyoroti presiden ketiga negeri ini. Bumi merasa ini adalah celah untuk menaikkan kembali namanya. Dengan begitu, Bumi mengajak kerjasama salah seorang pengikutnya yang lumayan dekat dengannya. Bumi kini sudah mengumpulkan massa yang banyak, sekitar lima puluh orang. Orang-orang itu adalah orang yang tetap setia membela Bumi walaupun sudah berbuat kesalahan. Kelima puluh orang tersebut akan dipimpin oleh Kimat dan Bumi untuk melakukan pencarian terhadap Bintang dan Bulan. Sementara itu, Bumi, Laras, dan beberapa teman dekatnya di Bulan akan menyusuri hutan bersama-sama untuk mencari Bulan.
“Teman-teman yang sangat saya cintai, terima kasih karena masih mau mempercayai saya untuk memimpin sebuah aksi untuk terakhir kalinya. Setelah musibah yang kita alami, kini saya akan memutuskan untuk menjadikan aksi kali ini adalah aksi terakhir saya. Namun, aksi yang akan saya pimpin kali ini bukanlah sebuah aksi seperti dulu. Kini adalah aksi pencarian dua orang teman kita yang dikabarkan menghilang. Saya sengaja menugaskan kalian semua untuk mengikuti Kimat, dan beberapa orang akan mengikuti saya. Demi teman-teman kita, mari kita doakan mereka agar segera ditemukan.”
Setelah doa yang dilakukan oleh Bumi untuk menemukan mereka, kini mereka semua berangkat ke tujuan masing-masing. Tim pencari Bulan pun telah memulai perjalanan dan menetapkan rumah Bulan sebagai tujuan utama mereka.
Bumi bersama yang lainnya telah sampai di depan bangunan yang hangus terbakar. Hanya puing-puing yang tersisa dari rumah itu. Melihat pemandangan itu membuat seluruh orang yang hadir merenung dan merasa sedih. Semua orang di sini sangat menghargai Bulan dan menjadikannya sosok yang berarti bagi mereka. Dia adalah seorang gadis pintar yang mungkin tidak terlalu aktif, namun selalu bisa membuat orang merindukannya. Termasuk Bumi yang kini terus merindukan Bulan dengan kuat.
Laras berusaha menenangkan Bumi yang hanya terdiam. Untuk segera mendapatkan hasil dari pencarian, Laras mengingatkan mereka untuk segera mencari Bulan. "Waktu terus berjalan, alangkah baiknya kita mulai pencarian sekarang juga. Siapa tahu dia membutuhkan pertolongan di tempat lain."
Mendengar ucapan Laras, Bumi menoleh ke arahnya dan tersenyum sebagai isyarat terima kasih atas setia dukungannya.
Kini mereka semua memasuki hutan. Hutan ini benar-benar luas, semakin dalam mereka masuk, semakin tinggi pohon-pohon yang menutupinya. Tidak hanya itu, juga terdapat banyak semak-semak yang menghalangi jalannya. Tetapi di antara semak-semak itu, Bumi menemukan sedikit petunjuk.
"Hei, perhatikan semak-semak ini," ucap Bumi kepada yang lainnya sambil menunjuk ke arah semak-semak di depan mereka.
"Di antara semua semak yang rapat, ada satu semak yang terbuka. Sepertinya semak ini berbeda. Laras, apakah kamu pernah mencari sampai ke titik ini sebelumnya?"
Dengan penuh perhatian, mereka semua mengamati semak-semak yang dimaksud oleh Bumi. Semoga petunjuk ini dapat membawa mereka lebih dekat untuk menemukan Bulan dan temannya yang hilang.
“Tidak, aku tidak pernah mencari ke arah sini. Sepertinya wilayah bagian sini dihindari oleh banyak orang karena banyak jurang yang tidak terlihat dan tertutup oleh semak-semak," kata Laras.
“Bagus, artinya kita bisa mengikuti jejak ini. Siapa tahu ini akan membawa kita ke suatu tempat,” ucap Bumi.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan mengikuti jejak semak-semak yang rusak tersebut. Bumi semakin menyadari bahwa semak-semak itu rusak karena ditebang oleh manusia. Spekulasi sementaranya adalah wilayah ini sengaja dipotong oleh orang-orang yang menggunakan senjata tajam. Jika benar mereka yang menculik Bulan, maka jalan ini kemungkinan menuju tempat Bulan berada.
"Hei, berhenti semuanya," ucap Laras dengan sangat mengejutkan.
Setelah perintah Laras untuk berhenti, akhirnya semua orang mengikutinya, termasuk Bumi. Semua mata tertuju padanya, dan Laras pun berjalan menuju ke samping.
“Lihatlah ini," ucap Laras kepada yang lainnya sambil memegang sebuah daun. "Di sini ada noda darah yang mungkin sudah membeku. Jika kita tinjau dari tingginya, tampaknya hewan tidak akan mampu mencapai ketinggian ini. Terlebih lagi ini adalah sebuah daun, yang berarti hewan dengan tinggi sampai ke sini akan memiliki berat yang sudah pasti tidak akan bisa ditopang. Artinya, ini adalah darah bekas manusia."
Bumi mulai terkagum dengan kepintaran analisis dari Laras. Kini semua orang hanya memperhatikan apa yang sedang Laras bicarakan dan mengabaikan sekitar. Hal ini karena ucapan dari Laras sangat penuh kepercayaan diri.
“Artinya kita berada di jalan yang benar untuk menemukan Bulan. Meskipun darah itu sudah membeku, itu pertanda bahwa dia sudah lama berada di sini. Setidaknya kita masih punya harapan untuk menemukannya.”