Tangan Mayana bergetar. Ini bukan lagi getar karena rasa kehilangan yang dalam atas meninggalnya sang suami kemarin dini hari. Tetapi karena sebuah pesan singkat sms masuk ke dalam ponselnya. Bukan karena ponselnya di-silent sehingga hanya bergetar dan tidak mengeluarkan suara. Tetapi karena pengirim pesan dan isi pesan singkatnya.
“May, aku akan datang untuk takziyah suamimu. Turut berduka cita ya.”
Deg!
Kejutan ini membuat Mayana dilanda ketakutan, kecemasan, kebencian, rasa bersalah dan berbagai perasaan yang campur aduk mengamuk dalam dadanya. Mahendra. Kenapa lelaki itu berani–beraninya akan datang ke rumah ini. Bagaimana kalau aku tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah dari wajahku, sesal Mayana. Bagaimana jika rasa cinta yang terpancar pada mata kami berdua nantinya bisa terbaca jelas oleh orang-orang yang hadir di rumah ini, Mayana merutuk dalam hatinya.