Menyusuri trotoar di bawah deretan pohon akasia, Mayana menikmati hembusan angin yang mengelus wajahnya. Menyegarkan siang yang penat dan gerah setelah seharian berkutat di ruang perkuliahan.
“May!”
Gadis itu serta merta menghentikan langkah. Kepalanya dengan cepat menengok ke belakang, ke arah sumber suara. Seorang lelaki tinggi berparas tampan, berkulit kuning langsat dan hidung bangir, setengah berlari menuju ke arah Mayana yang berdiri tertegun.
“Hai! Mau pulang? “
Mahendra, nama lelaki itu, menjajari langkah Mayana yang telah berjalan kembali.
“Iya “ jawab Mayana pendek.
Meskipun gadis ini riang, lincah dan bahkan penakluk hati para pria di jaman SMP dan SMA nya, dia sangat berhati–hati menjaga diri di kota besar ini. Tidak sembarangan mudah akrab agar bisa mem-filter dengan lebih baik, begitu pesannya kepada diri sendiri.
“Besok–besok lagi kalau pulang kita sama–sama ya.” Ajak lelaki tinggi berahang kukuh itu.