Sejak jumpa kita pertama ku langsung jatuh cinta
Walau kutahu kau ada pemiliknya
Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani
Ku tak dapat menghindari gejolak cinta ini
Sejak Junita diantar pulang oleh Agus, hubungan keduanya menjadi semakin dekat tidak seperti sebelumnya di mana Junita selalu saja mengeluh ulah Agus yang membuatnya kena hukuman Pak Rendra.
Sekarang hubungan Agus dan Junita sangat dekat hingga tak akan ada yang mengira jika hubungan keduanya sebelum ini sangatlah buruk. Agus yang terkadang membawa gitarnya hanya untuk bermain gitar dan meminta Junita untuk bernyanyi bersamanya. Dari pada bernyanyi sendiri dengan suaranya yang sedikit sumbang, Agus biasanya akan meminta anak lain untuk bernyanyi. Dan karena Junita punya suara yang cukup merdu, saat keduanya bersama, mereka terlihat seperti pasangan serasi yang membuat banyak mata merasa iri.
Maka izinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkanlah ku sekedar sayang padamu
Izinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkanlah ku sekedar sayang padamu
Kala Cinta Menggoda-Chrisye
“Kira-kira di masa depan, aku akan jadi apa yah??”
Setelah Agus selesai bermain gitarnya, Junita yang beristirahat tiba-tiba bertanya seperti itu.
“Maksudnya, Junita?” tanya Mei.
“Kamu ingin jadi fotografer, lalu Agus ingin jadi musisi sebagai gitaris dan Julian ingin jadi pemain basket terkenal. Tapi aku sendiri masih belum tahu di masa depan ingin jadi apa?” Junita bicara sembari melihat cepat ke arah Mei, Agus dan Julian secara bergantian.
“Apa ada yang kamu suka, Junita? Mungkin dengan melakukan apa yang kamu suka, kamu bisa menemukan keinginanmu di masa depan,” ujar Mei.
“Ya, betul.” Agus setuju. “Aku dan Mei ingin jadi gitaris dan fotografer karena apa yang kami suka. Kamu juga mungkin bisa melakukan apa yang kamu suka, Junita."
Junita menundukkan kepalanya setelah matanya bertemu tatap dengan Agus. “Aku suka ... “
“Suka apa?” Agus yang penasaran mendekat ke arah Junita.
Buk! Junita memukul mundur Agus untuk menjauh darinya. “Kamu terlalu dekat, Gus!!”
“Ahhh yahh!!! Kamu kan bisa bilang, kenapa memukulku, Junita?” protes Agus.
“Salahmu sendiri terlalu dekat, Gus!” balas Junita.
“Kamu masih punya banyak waktu untuk menemukannya, Junita.” Kali ini giliran Julian yang membuka mulutnya. “Masih ada banyak waktu untuk menemukan apa yang kamu suka.”
“Ya, Junita. Masih punya banyak waktu untuk menemukannya, Junita. Mungkin kamu bisa mempertimbangkan dirimu untuk jadi penyanyi.” Mei mencoba memberikan ide kepada Junita.
“Penyanyi?” ulang Junita.
Mei menganggukkan kepalanya. “Bukankah suaramu cukup bagus. Kolaborasimu dengan Agus, cukup bagus.”
“Mmhhh, memang cukup bagus.” Julian setuju. “Suaramu jauh lebih baik dari pada suara seseorang yang selalu membuat telingaku sakit saat mendengarnya.”
Julian melirik ke arah Agus dan Agus menyadari lirikan itu.
“Maaf jika suaraku ini tidak enak untuk didengar, Julian!” Agus yang sadar suaranya jauh dari kata enak didengar, langsung mengakui kekurangannya.
“Bukan tidak enak lagi, tapi sangat-sangat tidak enak! Kamu lupa, kamu membuat tim basket tidak bisa berkonsentrasi hingga Pak Rendra sampai merebut gitar di tanganmu, Gus???”