Mendengar ucapan Agus yang penuh dengan rasa amarah, Junita akhirnya tidak bisa menghentikan Agus yang berniat membawa Mei masuk ke dalam Yogya Plaza. Junita hanya diam meliaht Agus terus membawa Mei masuk ke dalam Yogya Plaza sementara Junita hanya diam di tempat dengan perasaan sedih, sakit dan kecewa pada Agus.
“Teganya kamu, Gus!! Tega sekali kamu bicara begitu sama aku!! Padahal apa yang aku katakan adalah benar! Aku hanya takut sesuatu yang buruk menimpamu dan Mei, Gus!!” gumam Junita sembari air matanya jatuh karena tidak bisa menahan perasaannya.
Sementara itu Julian yang masih berada di luar Yogya Plaza bersama dengan Junita, tiba-tiba menarik tangan Junita dan membawa Junita pada kelompok yang tadi berusaha untuk melindungi Yogya Plaza.
“Tunggu di sini, Junita!! Tunggu di sini bersama dengan orang-orang ini!” perintah Julian.
“Kamu mau ke mana, Julian?? Jangan tinggalkan aku sendirian!!” Junita panik mendengar perintah Julian.
“Aku akan membawa Agus dan Mei kembali!! Aku akan membawa mereka kembali dan kita cepat pulang!” Julian menepuk bahu Junita. “Tolong maklumi Agus, Junita. Kamu tahu kisah hidupnya hingga hari ini cukup buruk. Melihat Mei yang berusaha keras dan berbakat, Agus mungkin merasakan apa yang sedang Mei rasakan: putus asa. Mungkin karena itu Agus sangat bersikeras membawa Mei menerobos bahaya hanya agar Mei mendapatkan impiannya. Mungkin itu cara Agus untuk membuat hatinya lega karena berulang kali merasa putus asa dengan hidupnya, Junita.”
“Tapi, itu salah, Julian!! Agus salah besar kali ini! Semua ini hanya akan membuat Agus dan Mei dalam bahaya!” ujar Junita.
“Aku tahu. Aku juga setuju denganmu, Junita. Tapi sebagai teman, kita juga bisa mendukung sembari mengawasi kan??” Julian melepaskan tangan Junita yang menggenggam tangannya dengan erat.
“Aku nggak mau sendirian di sini, Julian!!” Junita menarik tangan Julian dan menolak untuk ditinggal sendirian. “Bagaimana jika mereka menyerangku di sini saat kalian di dalam??”
“Aku nggak akan lama, Junita! Bukankah kamu ingin segera pulang bersama dengan Agus dan Mei??” bujuk Julian.
“Y-ya.” Junita menganggukkan kepalanya terpaksa.
“Kalau begitu tunggu di sini! Aku tidak akan lama! Aku sudah bilang pada kelompok ini untuk menjagamu sebentar ketika aku membawa Agus dan Mei keluar dari Plaza, Junita. Tenang saja, mereka akan menjagamu dengan baik, Junita! Percaya padaku!!” Julian melepaskan tangan Junita di tangannya dan berlari ke arah Plaza untuk menjemput Agus dan Mei. Tepat sebelum masuk ke dalam Plaza, Julian berbalik dan bicara pada Junita. “Nanti setelah aku kembali membawa Agus dan Mei, berjanjilah untuk berbaikan dengan Agus, Junita!!”
“Y-ya.”
Junita gagal lagi. Kali ini ... Junita gagal menghentikan Julian masuk ke dalam Plaza untuk membawa Agus dan Mei kembali. Junita kini seorang diri di luar Yogya Plaza setelah Mei, Agus dan Julian pergi masuk ke dalam plaza. Junita menundukkan kepalanya memikirkan apa yang harus dilakukannya saat ini.
Apa aku juga masuk ke dalam sana agar Julian lebih cepat menemukan Agus dan Mei? Pikiran itu muncul di dalam benak Junita ketika menemukan dirinya seorang diri bersama dengan kelompok yang tadi berusaha menghentikan kelompok lain yang ingin menjarah. Mungkin dengan masuk ke sana, aku bisa membantu Julian dan segera pulang bersama dengan Agus, Mei dan Julian.
Kali ini Junita memilih untuk menguatkan keberaniannya dibanding membiarkan rasa takutnya menguasai dirinya seperti sebelumnya. Aku akan pulang dan berbaikan dengan Agus!! Aku akan kembali bersama dengan mereka dan mengungkapkan perasaanku pada Agus. Jika aku melakukannya, mungkin Agus akan paham alasanku menolak ide gila Mei ini!!
Huft, huft! Setelah mengumpulkan keberaniannya selama beberapa saat, Junita bersiap untuk melangkah masuk ke dalam plaza. Akan tetapi langkahnya terhenti ketika ada beberapa mobil pickup yang membawa beberapa orang dengan tubuh kekar berhenti tepat di depan plaza.
“Mundur, Nak!” Salah satu orang dari kelompok yang berusaha melindungi plaza, langsung memasang tangannya di depan tubuh Junita untuk melindunginya.
Junita mengira orang-orang kekar yang turun dari mobil pickup itu akan menyerang kelompok yang menjaga Junita, tapi orang-orang dengan tubuh kekar itu justru mengabaikan kelompok yang bersama dengan Junita dan masuk ke dalam plaza.
Itu kelompok penjarah yang lain. Junita hanya bisa mengatakan kalimat itu di dalam benaknya ketika melihat sekelompok pria bertubuh kekar masuk ke dalam plaza dan menghilang begitu saja.
Tapi sesuatu yang tidak Junita duga terjadi.
“Apa yang mau mereka lakukan??”
Teriakan dari kelompok yang sekarang sedang menjaga Junita, membuat Junita penasaran.
“Kenapa mereka mengumpulkan baju-baju, kasur dan barang lainnya di lantai depan??”
Pertanyaan yang lain muncul dan membuat Junita merasa penasaran. Junita maju lebih dekat untuk melihat dan kali ini ... Junita tahu apa yang akan dilakukan oleh orang-orang dengan tubuh kekar itu.
“Itu!!”