“I-ini terlalu tinggi, Julian!! A-aku nggak berani melompat!” Mei gemetar melihat ketinggian tempatnya berada dan tanah di mana orang-orang berteriak memberi peringatan kebakaran.
“Ka-kamu benar, Mei! Ini cukup tinggi!”” Julian setuju.
Pyarr!! Kaca-kaca mulai pecah karena panas dari api.
“Akkkkkhhh! Kebakaran!!!”
“Lari!!! Ada kebakaran!!!”
Meski tidak bisa melihat dengan jelas suara orang-orang yang berteriak ketakutan karena asap tebal hitam yang sudah memenuhi ruangan lantai dua, Mei dan Julian tahu bahwa kebakaran sudah menyebar dan membesar.
Buk!!
Di saat Mei gemetar ketakutan memikirkan ketinggian di hadapannya, Julian melihat banyak orang yang tanpa pikir panjang melompat dari lantai yang sama dengannya.
Buk, buk!
Beberapa orang yang melompat mendarat dengan selamat meski mengalami luka dan beberapa orang lainnya tidak selamat karena mendarat di tempat yang salah. Julian bergidik melihat pemandangan itu. Tubuh-tubuh manusia jatuh ke kerasnya permukaan tanah bak dan memberikan pemandangan yang mengerikan.
Drrrr. Tangan Julian gemetar ketakutan.
Tapi di saat yang sama, Julian juga merasakan gemetar yang datang dari tangan Mei. Julian melihat ke arah Mei dan menemukan Mei juga sama takutnya dengan dirinya.
Huft, huft!! Melihat Mei gemetar ketakutan, Julian berusaha menenangkan dirinya dan mengusir rasa takut yang mulai menguasai dirinya. Huft! Julian menghela napas lagi dan menggenggam erat tangan Mei untuk memberi keberanian pada Mei.
Julian menatap sekelilingnya dan bagian bawah di mana dirinya dan Mei akan mendarat jika memilih untuk melompat. Julian mencari tempat dengan kemungkinan selamat yang tinggi dan matanya menemukan tempat itu.
“Kita ke sana, Mei!!!” Julian menarik tangan Mei.
“Ju-Julian!!! Ki-kita nggak akan lompat kan??” Mei menatap Julian dengan ketakutan setelah melihat beberapa orang yang melompat dari tempat yang sama dengannya, gagal mendarat dengan selamat.
Julian tahu Mei ketakutan. Sama seperti Mei, Julian pun merasa ketakutan. Tapi satu-satunya cara Julian dan Mei untuk selamat adalah dengan keluar dari dalam gedung plaza. Sial!!! Ke mana kamu, Gus??? Kenapa kamu lama sekali???
Di saat seperti ini, Julian berharap Agus cepat kembali dan memikirkan cara untuk menyelamatkan diri. Tapi Agus tidak kunjung kembali dan saat ini, hanya ada satu hal dalam pikiran Julian: menyelamatkan Mei-gadis yang disukainya.
“Kita tunggu Agus dulu, Mei!!”
Buk, buk!!
Pyaarrr!! Daarrr!
Semakin Julian menunggu, api melahap segala benda yang disentuhnya dan membuatnya semakin membesar hingga tak terkendali. Asap yang muncul dari pembakaran api semakin membesar dan menyesakkan. Di saat yang sama, semakin banyak orang melompat turun tanpa berpikir panjang. Bahkan ada orang yang melompat turun dari lantai yang lebih tinggi dan membuat Julian bersama dengan Mei melihat pemandangan yang mengerikan berulang kali.