Untuk sejenak, Julian tidak bisa mendengar dan merasakan apapun. Tubuh dan otaknya masih memproses kejadian cepat yang baru saja Julian alami.
“Julian!! Kamu dengar aku?? Jawab aku, Julian!”
“A-aku-“
Suara dengungan di telinga Julian menghilang. Bersamaan dengan itu semua indra Julian yang tadi tidak berfungsi mendapatkan kembali fungsinya dan membuat Julian dapat dengan jelas merasakan efek dari benturan keras yang baru saja dirasakannya. Rasa sakit itu menyebar dengan cepat di seluruh tubuh Julian dan bagian yang paling menyakitkan adalah kaki kirinya.
"Akhhhh!!” Julian langsung mengerang kesakitan ketika rasa sakit menyerang kaki kirinya.
“Julian!! Apa yang sakit???” Junita panik mendengar erangan Julian. “Apa yang sakit, Julian???”
“Ka-ki ki-ri-ku! Akhhh!”
“Tolong, tolong!!! Tolong temanku!! Tolong bawa temanku ke rumah sakit!!” teriak Junita.
Di saat Junita sibuk mencari pertolongan untuk Julian, mata Julian melihat ke arah di mana dirinya melompat tadi. Julian melihat Mei yang masih berdiri menunggunya dan Julian yakin saat ini Mei pasti ketakutan dan cemas seperti Junita.
Mei!! Tunggu aku! Julian mengepalkan kedua tangannya dan berusaha mengalahkan rasa sakit yang kini menyerang tubuhnya. Huft, Huft!! Julian mengembuskan napas panjang sembari berusaha menahan rasa sakit yang dirasakannya.
Aku pasti akan menyelamatkanmu, Mei!! Dengan keyakinan itu, Julian berusaha bangkit meski tubuhnya terutama kaki kirinya masih merasakan rasa sakit yang luar biasa.
“Ju-Junita!!!” Julian berteriak memanggil Junita.
“Ya, Julian!! Tahan sebentar saja, Julian!! Pertolongan pasti akan datang untukmu, Julian!!” Junita langsung menghampiri Julian bersama dengan beberapa orang yang tadi dimintainya untuk menjaga Junita.
“Nak, tolong tunggu sebentar!! Temanku sedang mengambil mobil, sebentar lagi kami akan membawamu bersama orang-orang yang terluka lainnya menuju ke rumah sakit terdekat.” Salah satu pria dari kelompok yang berusaha menghentikan penjarahan bicara kepada Julian.
"Tali milik kalian, berikan padaku, Pak! Dan juga tolong carikan batu dengan ukuran segini!” Dengan rasa sakit yang masih menyerang kaki kirinya, Julian memberikan instruksi kepada Junita dan beberapa orang di dekatnya.
“A-apa yang ingin kamu lakukan, Julian?” Junita yang panik bercampur takut dan cemas, tidak bisa memikirkan apapun ketika mendengar permintaan aneh dari Julian.
“Mei dan Agus masih di sana. Aku harus menyelamatkan mereka, Junita! Aku harus membuat jalan untuk Mei dan Agus turun!!”
Tidak seperti Junita yang panik, pria yang tadi bicara dengan Julian justru mencari batu yang diminta oleh Julian. “Bagaimana dengan batu ini, Nak? Apa batu ini cukup??”
“Julian!! Kakimu terluka!! Apa yang mau kamu lakukan dengan keadaanmu yang seperti itu??”
Junita tidak peduli dengan apa yang Julian ingin lakukan. Sebaliknya, Julian juga tidak peduli dengan apa yang Junita khawatirkan dari dirinya.
Julian menerima batu dari pria yang menjaga Junita dan menimbang ukuran batu di tangannya. Masih dengan rasa sakit di kakinya, Julian mengangkat batu yang diterimanya dan mencoba untuk mengukur berat batu itu. Batu ini harusnya mampu sampai pada Mei!
“Tolong temukan beberapa batu yang beratnya tidak jauh berbeda dengan batu ini, Pak. Lalu tali milik Bapak, berapa panjangnya??”