KITA DI WAKTU ITU

mahes.varaa
Chapter #22

AKHIR KISAH EMPAT SEKAWAN PART 1

Junita dan Mei terus menunggu kehadiran Agus bahkan setelah kebakaran menyebar hingga ke lantai lima Yogya Plaza. Junita dan Mei terus menunggu hingga pemadam kebakaran yang ditunggu sejak tadi akhirnya datang dan meredakan api yang melahap Yogya Plaza. Junita dan Mei terus menunggu tapi keberadaan Agus tak kunjung terlihat.

Bantuan yang mulai berdatangan, membuat Junita tidak punya pilihan lain selain pergi menemani Julian yang sedang terluka. Sementara itu,  Mei memilih menunggu di Yogya Plaza, masih dengan harapan Agus akan muncul di hadapannya.

Sayangnya takdir berkata lain. Mei yang terus menunggu mendengar kabar dari beberapa orang yang melompat dalam kelompok terakhir penyelamatan.

“Ah anak laki-laki yang mengenakan pakaian SMU sepertimu, Nak! Aku melihatnya!!”

“Ya, Pak. Apa Bapak melihatnya?”

“Ya, aku melihatnya. Anak itu naik ke atas untuk memberitahu banyak orang. Dia juga mencari tali yang katanya untuk menyelamatkan nyawa temannya. Tapi sempat terjadi bentrokan dengan beberapa orang yang berusaha merebut tali yang dibawa oleh anak itu. Terakhir aku melihatnya, anak itu turun ke lantai dua tepat sebelum ledakan terjadi di lantai dua.”

Mendengar hal itu, Mei tahu bahwa kemungkinan Agus selamat dalam kebakaran Yogya Plaza adalah kecil mengingat ledakan yang terjadi karena kebakaran itu cukuplah besar.

“Agus, Agus!!!”

Mei hanya bisa terduduk lemas memandang bangunan Yogya Plaza yang menghitam dan hangus di hampir seluruh bagiannya karena api yang melahapnya. Mei terduduk lemas dengan air matanya yang berjatuhan dan jatuh di atas kamera milik Agus yang tergantung di lehernya. Mei memeluk kamera itu dengan erat dan terus menangis memanggil nama Agus.

*

Julian menundukkan kepalanya merasa sedih mengingat bagaimana Agus meninggal di usianya yang masih sangat muda. “Pada akhirnya Agus gagal menyelamatkan diri setelah menolong banyak orang. Jika saja saat itu aku tidak membiarkan Agus pergi dan memaksanya turun bersamaku dan Mei, mungkin Agus masih ada di sini dan duduk bersama dengan kita. Pada akhirnya ... kita semua punya andil kesalahan dalam kematian Agus bahkan Agus sendiri, Junita.”

“NGGAK!! Ini semua salah Mei!! Ini semua salah Mei!! Kalo bukan karena Mei, Agus nggak akan memikirkan ide gila itu dan berakhir dengan kematian! Ini semua salah Mei! Ini semua salah Mei!!” Junita masih menyalahkan Mei untuk kematian Agus bahkan setelah mendengar cerita Julian.

“Apa kamu nggak dengar apa yang aku ceritakan tadi, Junita??” Julian menatap tajam Junita di sampingnya. “Berhenti menyalahkan siapapun untuk kematian Agus!!! Kita semua ikut andil dalam kesalahan itu!! Baik itu aku, Mei, kamu dan Agus sendiri!!! Tidak bisakah kamu memahaminya, Junita?”

“Kenapa aku nggak boleh menyalahkan Mei, Julian?? Lihat Mei sekarang!! Setelah semua hal buruk yang Agus alami, Mei justru bersinar terang sekarang!! Di antara kita berempat, hanya Mei saja yang mampu mewujudkan mimpinya jadi fotografer!!! Kamu terluka dan berakhir seperti ini!!” Junita melihat ke arah tongkat di tangan Julian. “Kenapa aku nggak boleh menyalahkannya??? Kenapa??? Kenapa???”

Lihat selengkapnya