KITA DIPERSATUKAN TUHAN

Asti Pravitasari
Chapter #1

Mendaftar Kuliah #1

Namaku Daniel. Daniel Andara. Seorang lelaki biasa dan tak begitu populer. Aku adalah seorang mekanik di Bengkel Anugerah, milik Antonio sahabatku.

Antonio sangat membantuku dalam keuangan, semenjak aku memutuskan untuk hidup mandiri dan ngekost di dekat universitas harapanku.

Hari ini, aku dan Antonio mendaftar di universitas yang sama. Namun, fakultas yang berbeda. Aku di DKV, sedang sahabatku itu di Seni Musik. Rasanya deg-degan, saat aku menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa-mahasiswi baru.

"Semoga kita dapat diterima di sini, ya, Antonio." Aku yang gemetaran menguraikan impianku pada Antonio.

"Amin."

"Eh, lihat! Bukankah itu Nina, teman kita waktu SMA?" tanyaku setelah melihat Nina menuju ruang tata usaha universitas.

"Wah, iya. Itu Nina," jawab Antonio yang langsung menengok ke arah Nina yang kutunjuk.

"Bukannya Nina sama seperti kita, calon mahasiswi?" tanyaku. "Kenapa, ya, dia bisa masuk ruang tata usaha unversitas ini?" timpalku.

"Aku juga tidak tahu, Daniel."

"Dari pada bertanya-tanya terus, kita ke sana, yuk. Biar bisa tanya langsung sama Nina." Aku mengajak Antonio ke ruang tata usaha karena penasaran.

"Nina!" teriak Antonio, memanggil Nina yang berjalan sangat cepat.

"Eh, Daniel dan Antonio. Mendaftar di universitas ini juga?" tanya Nina.

"Iya, Nina. Kamu apa kabar?"

Nina tidak segera menjawab pertanyaanku. Dia membenahi map yang berisi berkas kuliah. Malah ditinggalkannya kami berdua di depan ruang tata usaha.

"Nina itu bagaimana, ya? Ditanyai, kok, tidak dijawab?" tanya Antonio kesal.

"Ya sudahlah. Ayo pulang!" Aku mengajak Antonio pulang, agar dia tidak kesal lagi pada Nina.

Kami pun pulang ke Bengkel Anugerah milik Antonio. Aku mulai membenahi sepeda motor yang rusak. Baik itu yang rusak parah maupun rusak ringan.

"Mas, tolong benahin motor saya, ya." Seorang gadis cantik memintaku membenahi motornya.

"Wadon iki ayu tenan, ya," batinku, begitu melihat kecantikannya ["Gadis ini cantik tenan, ya,"]

"Mas, kok malah bengong?" tanyanya.

"Maaf, Mbak. Soalnya, Mbak cantik banget, sih." Aku terkesima pada kecantikannya lagi.

Semua orang di bengkel malah memenertawakanku. Antonio pun bilang, "Haduh, Daniel. Kamu gitu banget. Ha ... ha ... ha ... ."

Wajahku memerah. Terdiam kelu. Mereka berhasil membuatku malu. "Aku, aku tidak bermaksud. Maafkan aku, Mbak cantik. Eh."

"Waduh. Daniel makin menjadi gacenya," kata Antonio, semakin membuatku malu.

"Kenalkan, nama saya Ribka Aswari. Saya pindahan dari Jakarta. Bapak dipindahtugaskan ke Solo. Saya pun pindah kuliah di universitas Solo.

"Wah. Jangan-jangan, mbak cantik ini juga kuliah di universitas yang sama denganku?" batinku.

Antonio membuyarkan semua lamunanku. Aku pun bangkit dan mendekati motor Ribka. Ternyata, rusaknya cukup parah.

"Maaf, Mbak cantik. Eh, Mbak Ribka. Motornya rusak parah. Harus ditinggal ini."

"Baik, Mas. Kalau begitu, saya telepon bapak dulu. Biar dia jemput saya."

Ribka menelepon bapaknya. Tidak berapa lama, Pak Albert, bapak Ribka datang. Dia mau segera beri biaya membenahi motor anaknya itu. Namun, aku belum bisa memprediksi biayanya. Kataku, "Saya chat Bapak besok saja, kalau sudah jadi motornya, Pak."

Antoni berbisik, "Memangnya, kamu sudah punya nomor bapak itu?"

"Oh, iya. Aku durung nduwe nomore bapak'e Ribka." ["Oh, iya. Aku belum punya nomornya bapaknya Ribka."]

Lihat selengkapnya