KITA DIPERSATUKAN TUHAN

Asti Pravitasari
Chapter #2

Ikut OSPEK #2

"Daniel, sudah bangun belum?" tanya Antonio lewat telepon.

"Ini jam berapa?"

"Jam setengah empat. Ayo bangun! Kita berangkat. Aku sudah di depan rumahmu."

Aku yang masih bermalas-malas di ranjang, langsung berlari menuju kamar mandi dan bebersih diri. Aku lupa, kalau harus berangkat ke universitas pukul 03.30 WIB. Dan, harus datang tepat waktu.

"Haduh. Pasti aku telat!" gerutuku.

"Daniel! Cepat ke luar!" teriak Antonio dari luar.

"Ya, Antonio! Sebentar!" jawabku.

Aku langsung ke luar, usai mempersiapkan diri. Kutemui Antonio dan mengajaknya segera berangkat. Waduh, ternyata sudah pukul 04.00 WIB. Aku benar-benar telat. Bagaimana ini? Ya ampun.

"Aduh, Daniel. Kamu lama banget, mandinya. Kita jadi telat, nih. Gimana ini, bro?" Antonio terlihat khawatir dimarahi kakak senior.

"Ya sudah. Ayo berangkat!" ajakku.

Kami pun berangkat. Aku disuruh mengendarai mobil tua milik Antonio. Namun, belum punya SIM. Jadi, aku tidak mau. Dia terpaksa mengendarai sendiri.

Akhirnya, kami sampai di universitas. Sudah banyak yang datang.

"Lho, ada Ribka dan Nina juga di sini?" tanya Antonio.

"Mana, Bro?"

"Itu, lho, di sana." Antonio menunjukkan keberadaan Ribka dan Nina.

"Wah. Jangan-jangan, mereka jadi kakak senior kita."

"Mungkin iya, Bro. Ayo kita dekati mereka." Antonio menarik tanganku bagaikan seorang lelaki menarik kekasihnya.

"Bro, jangan gini. Nanti dilihat orang." Aku berusaha melepaskan tanganku dari pegangannya.

"Oh, iya. Mulane, ayo cekat-ceket. Iki wis telat banget, lho." [Oh, iya. Makanya, ayo cepat-cepat. Ini sudaj telat banget, lho."

Aku dan Antonio berlari ke halaman universitas. Berharap tidak dihukum oleh kakak senior. Namun nyatanya, mereka menghukum kami. Kami disuruh push up sepuluh kali. Aduh! Badanku pegal semua. Gini ini, kalau tidak pernah berolahraga.

"Makanya, kalian harus tepat waktu. Ya sudah, kalian boleh bergabung dengan mahasiswa angkatan baru lainnya." Perkataan Ribka membuat hatiku yang tadinya panas menjadi adem lagi.

"Terima kasih, Mbak Ribka."

"Kalau di sini, panggil saya kakak senior, ya."

"Siap, kakak senior."

Antonio hanya memandang Ribka dan Nina. Tampaknya, dia pengen bisa seperti mereka. Menjadi kakak senior. Ah, sudahlah. Yang penting, aku bisa menyelesaikan hukuman hari ini. Aku berharap, besok tidak telat lagi.

Beberapa jam kemudian, OSPEK pertama kami selesai. Aku dan Antonio pamit pulang pada Ribka dan Nina.

"Mas Daniel, motor saya sudah selesai?" tanya Ribka yang menyusulku di dekat mobil Antonio.

"Sudah, Mbak Ribka. Tinggal diambil di bengkel." Aku menjawabnya sambil masuk ke mobil.

Antonio berpamitan pada Nina, yang bersama Ribka. Dia juga masuk ke mobil bagian depan. Diambilnya kunci mobil dari saku. Dan, dinyalakannya stater mobil. Setelah itu, mobil melaju agak cepat. Aku pegangan jok dengan erat, karena takut.

"Pelan-pelan, to, Bro. Jangan ngebut!" seruku pada Antonio.

Antonio tetap ngebut, tanpa memedulikan aku yang ketakutan. Dia malah berkata, "Kamu itu laki-laki, lho. Masa, takut ngebut. Ini kecepatan standart."

Lihat selengkapnya