Icha dan pemuda tersebut akhirnya berjanji untuk bertemu pada sore hari di sebuah taman. Gadis itu baru saja pulang kuliah. Kebetulan taman tersebut letaknya tidak jauh dari kampus, ia cukup berjalan kaki ke sana.
Sesampai di sana, ia duduk di sebuah bangku. Suasana taman yang tidak terlalu strategis membuatnya tidak banyak dikunjungi orang. Bahkan di siang menjelang sore tersebut sangat sepi. Hanya ada Icha seorang diri di sana.
Icha berpikir orang tersebut pasti belum datang. Ia membuka novel yang baru dipinjam dari perpustakaan. Sesaat kemudian, gadis itu sudah larut dengan alur cerita menegangkan yang termuat dalam novel tersebut.
Sebuah tepukan ringan di bahu membuat Icha tersadar bahwa waktu telah berlalu dan ia sudah menunggu cukup lama di sana. Akan tetapi, hal yang justru membuat dia kesal bukan karena menunggu, tetapi karena gangguan yang diterima saat asyik membaca. Dengan perasaan jengkel, ia menoleh dan mendapati seorang pemuda bertubuh kurus dan tinggi berdiri di dekatnya.
"Sudah menunggu lama ya?" tanya pemuda itu.
Merasa asing, Icha tidak menanggapi. Ia menduga pemuda itu hanya berniat iseng padanya. Ia segera bangkit berdiri untuk bergegas pergi.
"'Kan aku baru datang, kok kamu sudah mau pergi? Apa karena aku datang terlambat? Maaf tapi tadi aku masih ada urusan di kampus," ujar pemuda itu dengan nada memohon.
"Aku mau pulang karena orang yang kutunggu tidak datang. Jadi sebaiknya kamu jangan macam-macam atau aku akan teriak!"
Pemuda itu justru tersenyum mendengar ancaman Icha. Ia kemudian mengulurkan tangan.
"Kenalkan namaku Raynold. Aku yang mengajak kamu bertemu."
Icha menggeleng tanpa membalas uluran tangan itu.
"Kamu nggak usah bohong!" gertaknya. "Aku bahkan nggak kenal sama kamu."
Icha segera melangkah pergi dengan cepat. Dalam hati, ia kesal karena merasa dipermainkan. Orang yang ditunggu tidak datang, malah dia digoda pemuda tidak dikenal.
Langkahnya terhenti saat mendengar kata-kata pemuda itu,
"Malam itu, di stadion, aku juga ada di sana. Aku yang sebenarnya ingin mengajakmu berkenalan, tapi karena canggung, aku hanya melihatmu. Leo dan yang lain mengetahui hal itu, karenanya mereka yang mengajakmu berkenalan."
Icha diam dalam bimbang. Ia ragu apakah harus tetap pulang atau berada di sana. Jujur ia ragu, karena pemuda benar-benar terasa asing.
"Kalau kamu marah karena merasa tertipu dan tidak mau memaafkan, tidak apa-apa, aku akan terima. Aku memang salah, tidak memberanikan diri untuk berkenalan malam itu," ujar Raynold lagi.
Icha akhirnya mengangguk.