“Fokuskan tenaga ke tangan kanan, tahan napas, coba engkau pukul batu besar itu!” seru seorang setengah baya pada anak muda di depannya.
Orang tua setengah baya itu masih tampak gagah. Sikapnya penuh kelemah lembutan. Tetapi dalam kelembutan itu tersimpan kekuatan yang tidak tampak yang sangat dahsyat. Itu terlihat dari sorot matanya.
Orang biasa akan langsung menunduk bila melihat sorot mata itu. Sorot mata yang teduh, yang bisa membuat orang melihat dosa-dosa sendiri pada mata itu.
Orang setengah baya berwibawa itu bukan lain adalah Ki Badra.
Di depannya tampak seorang pemuda berwajah tampan bertelanjang dada. Kalung perak berbandul kepala burung Garuda melingkari lehernya.
Tubuhnya yang yang berkulit coklat akibat sering terbakar sinar mentari, tampak tegap. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai tersibak angin yang masuk ke pekarangan padepokan.
Kedua rahangnya yang menonjol menandakan keteguhan hati. Sorot matanya tajam. Ada sesuatu yang tersembunyi pada sepasang mata itu.
Pemuda itu bernama Gardapati. Murid pertama Ki Badra. Usianya 17 tahunan. Illmu-ilmu silat tingkat tinggi dari Ki Badra sedang ia pelajari.
Pagi itu ia sedang mempelajari jurus andalan dari Padepokan Harimau Besi, yaitu: Pukulan Harimau Besi.
Kedahsyatan pukulan ini bisa menghancurkan batu sebesar kerbau sampai berkeping-keping. Bahkan jika tingkatannya sudah sempurna, batu sebesar kerbau yang terkena Pukulan Harimau Besi akan hancur lebur bagai butiran debu.
Gardapati menggerakan tangan kanannya ke arah batu besar itu dengan cepat, hampir tak terlihat mata.
“Praakkkk!!!”
Batu sebesar kerbau di depannya itu hancur berkeping-keping.
“Bagus!” seru Ki Badra dengan wajah girang.
“Engkau tinggal lebih fokus lagi. Pikiranmu jangan kemana-mana ketika engkau memukul batu itu. Ya, segalanya ada dalam pikiran. Jika pikiranmu mengatakan bisa, maka engkau akan bisa. Sebaliknya, jika pikiranmu mengatakan engkau tidak bisa melakukan itu, maka engkau sudah dipastikan tidak akan bisa melakukan itu.”
Ki Badra memberi wejangan pada Gardapati bagaimana menggunakan kekuatan pikiran.
Apapun yang ada di dunia ini hasil dari pikiran. Kita ambil contoh, coba pikirkan nasi tumpeng. Maka akan muncul nasi tumpeng lengkap dengan kerupuk dan sambalnya.
Kemudian coba pikirkan pacar kita. Maka nasi uduk tadi hilang, yang ada wajah pacar kita lengkap dengan senyum manisnya.