KITAB BUMI LANGIT

Ade Imam Julipar
Chapter #9

PERAMPOK

Situasi Dusun Pamotan tampak kacau balau. Di sana - sini mayat penduduk bergelimpangan. Bau amis darah menyeruak. Bunyi gaduh sesekali terdengar ketika para perampok mendobrak pintu-pintu penduduk dusun.

Suara-suara teriakan dan tertawa dari para perampok yang sedang berpesta terdengar seperti nyanyian dari dasar neraka. Baju-baju beberapa wanita tampak sudah tidak utuh lagi. Sebagian lainnya nyaris telanjang. Mereka korban kebuasan para perampok yang berjumlah hampir dua puluh orang .

Mereka adalah bekas pasukan Kediri yang terpisah dari pasukan induk. Melakukan perampokan untuk menyambung hidup. Tetapi dalam prakteknya bukan hanya untuk makan dan minum saja. Sifat-sifat kebinatangan dari diri mereka pun muncul.

Mengikuti tarian nafsu seperti meminum air laut. Semakin diminum akan semakin haus. Begitu pun dengan gerombolan perampok itu.

Mereka mendapat kesempatan lebih untuk menyalurkan nafsu-nafsu bejat mereka. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar saja, kebutuhan seksual pun mendapat saluran pelampiasan.

Tangisan bayi dan anak-anak kecil menambah suasana hiruk pikuk di sekitar . Di tengah dusun tampak kepala perampok yang berkepala botak dengan tubuh gendut sedang meminum Arak ditemani 3 orang wanita dusun. Mereka tampak menangis ketakutan. Pakaiannya sudah acak-acakan.

“Plak...plak....plak.......Aughhh....aughhh....aughhh.......!”

Dari arah selatan tiba-tiba terdengar suara tamparan keras diiringi teriakan kesakitan dari beberapa orang perampok.

Tampak berdiri dengan anggun seorang wanita dengan kipas di tangan. Rambut hitamnya berkibar tertiup angin. Dia adalah Nyi Larasati !

Melihat seorang wanita berdiri disitu setelah menghajar tiga anak buahnya, tak ayal membuat kepala perampok naik darah.

“Tangkap wanita itu!” teriaknya pada beberapa anak buahnya yang kebetulan ada disitu. Ada sekitar 6 orang.

Dengan gerakan berbarengan keenamnya menyerbu ke arah Nyi Larasti.

“Bukkk.....bukkkkk....bukkk......plakkkk....plakkkk....plakkk......!”

Tubuh Nyi Larasati bergerak dengan cepat menghajar keenam perampok itu. Satu per satu tubuh para perampok itu terjungkal terkena tendangan dan juga kipas Nyi Larasti.

Dengan kemarahan meluap mereka segera bangkit untuk kembali merangsek ke arah Nyi Larasati.

Dengan gerakan berputar, Nyi Larasati kembali menghantam mereka. Kali ini dengan kekuatan penuh.

“Krakkkk....krakkkk....krakkk....krakk...krakkk....desssss.....!” 

Para perampok itu hanya kumpulan orang-orang dengan ilmu silat yang biasa saja. Dibanding dengan Nyi Larasati mereka kalah jauh beberapa tingkat.

Hanya dengan beberapa kali gerakan, lima orang dari mereka tewas dengan kepala remuk akibat sabetan kipas. Sedangkan satu orang lainnya terpental hampir beberapa tombak dengan dada terkena tendangan Nyi Larasati. Nasibnya sama dengan kelima rekannya, tewas seketika.

“Serbu! Bunuh wanita jalang itu!” teriak kepala perampok kepada sisa anak buah lainnya.

Belasan orang perampok itu langsung menyerbu Nyi Larasati.

Belum lagi mereka mendekat, tampak berkelebat dua sosok bayangan menyerang ke arah para perampok.

Terlihat seorang gadis cantik dan pemuda gagah ikut terlibat dalam pertempuran. Tak lama tiga orang lelaki menyusul ikut bergabung dengan keduanya.

Nyi Larasati melihat bantuan datang, tak berpikir lama lagi. Dia pun langsung terjun ke pertempuran tersebut.

Melihat ada orang yang ikut menyerang anak buahnya, kepala perampok, yang bernama Birawa itu langsung meloncat ke tengah-tengah pertempuran dan langsung menyerang Nyi Larasati dengan golok besarnya.

“Wuuusssh.....!” Golok besar milik Birawa langsung menerjang dada Nyi Larasati.

Lihat selengkapnya