Segera setelah menerima tugas dari Panglima Pranaraja, Lembu Ampal bergegas mencari kesempatan bisa mendapati Rangga Wuni dan Mahisa Campaka di luar istana. Di saat itulah dia akan menghabisi mereka berdua.
Setelah mendapat informasi, dari beberapa orang yang sengaja dia sebar di luar istana, untuk mengetahui keberadaan Rangga Wuni dan Mahisa Campaka, akhirnya didapat informasi bahwa pada hari itu Rangga Wuni dan Mahisa Campaka sedang berada di rumah judi di Kotaraja milik salah seorang dari 17 pejabat tinggi kerajaan. Pemilik rumah judi itu bernama Panji Patipati. Ya, dia adalah tunangan dari Dewi Rambi, adik Baginda Raja Tohjaya.
Keberadaan rumah judi itu aman dari gangguan, karena yang punya langsung pejabat tinggi kerajaan. Jadi, para orang kaya, pejabat-pejabat lainnya, para pelancong, banyak yang datang kesitu untuk menghibur diri.
Perdagangan di Kotaraja sangat ramai. Banyak pedagang-pedagang dari Cina daratan, Arab, dan India yang sengaja datang ke Kotaraja untuk berdagang.
Setelah mendapat keuntungan, Satu dua orang di antara mereka ada yang mampir kesitu untuk mencoba peruntungan yang lain, di samping peruntungan dari dagang.
Selain rumah judi, tempat itu juga di bagian belakang gedungnya ada pintu tembus ke belakang yang di jaga ketat. Sebuah pintu tembus ke Rumah Bunga. Rumah bunga adalah rumah yang menyediakan wanita penghibur kelas atas. Dan juga Rumah Bunga terkenal dengan keistimewaan Arak-nya. Jadi, lengkap sudah disitu: Perjudian, wanita penghibur, dan mabuk-mabukan.
Rumah judi dan Rumah Bunga adalah rumah yang sudah lama sekali ada. Sudah ada sebelum kerajaan Singosari berdiri. Bahkan Ken Arok ketika mudanya banyak menghabiskan waktu disitu.
Setelah merampok, Ken Arok menghabiskan uangnya di meja judi sambil minum Arak terbaik. Setelah mabuk, dia tertidur disitu juga, ditemani beberapa wanita penghibur dari Rumah Bunga.
Bahkan kepala wanita penghibur dari Rumah Bunga yang sekarang adalah salah seorang wanita penghibur bekas pacar Panji Saprang. Panji Saprang adalah anak dari Ken Arok dan Ken Dedes. Dia adik kandung dari Mahesa Wongga Teleng.
Kepala wanita penghibur yang bernama Nyi Bestari itu, selama berhubungan dengan Panji Sabrang, dia tidak berhubungan dengan lelaki lain. Kemudian dia mengandung hasil hubungannya dengan Panji Saprang.
Dia beri nama bayi itu: Gayatri! Dan kini Gayatri tumbuh dan berkembang menjadi sinden terkenal di Kotaraja. Ya, Gayatri sinden terkenal di awal cerita ini adalah anak dari Panji Saprang. Tetapi Gayatri sendiri tidak mengetahui siapa ayahnya. Karena Nyi Bestari merahasiakannya.
***
Siang itu Rangga Wuni dan Mahisa Campaka sedang asyik berjudi. Mereka sedang berjudi koprok sambil ditemani Arak-Arak kelas satu.
Sudah lima kali Bandar mengocok dadu. Dan lima kali itu juga angka yang dipasang Rangga Wuni dan Mahisa Campaka keluar dari dadu itu. Ya, mereka menang terus selama lima kali berturut-turut. Tentu saja ini membuat senang mereka.
“Kalian silahkan minum sepuasnya. Kita menang besar hari ini!” seru Rangga Wuni ,dengan muka memerah tanda Arak sudah bekerja ditubuhnya, pada pengawal istana yang berjumlah empat orang.
“Terima kasih, Tuanku,” sambut para pengawal itu.
Dan mereka pun larut dalam pesta kemenangan itu.
Kemenangan? Judi adalah sebuah lingkaran setan. Tidak ada kemenangan sejati dalam perjudian. Kemenangan yang didapat adalah semu.
Jika seseorang menang, dia akan ketagihan. Dan jika dia kalah, dia akan penasaran.
Misal hari ini menang. Tentu saja dia akan mengulang lagi bermain. Karena sudah merasakan bagaimana enaknya menang judi. Dari sekeping menjadi sepuluh keping. Ini yang membuat ketagihan.
Dan ketika dia kalah, dia akan penasaran untuk bermain lagi. Dia berharap dapat menebus kekalahannya karena sepuluh keping milik mereka menjadi satu keping.
Dia tidak akan bisa melepaskan diri dari lingkaran setan ini. Akan terus melakukan. Menang ketagihan, kalah penasaran.