Kata yang paling indah bagi seorang perantau adalah: Pulang
Gardapati tampak duduk bersila sambil menundukkan kepala di depan dua buah makam di pinggiran Desa Ngabab.
Lama dia bersikap seperti itu. Sementara di belakangnya Kamala dan Lindri sama-sama duduk bersila.
Pikiran ketiganya melayang jauh kemana-mana. Mereka akan menghadapi hidup baru.
Gardapati meminta restu di depan makam kedua orang tuanya yang akan memperistri Kamala dan Lindri.
Sebelumnya mereka menyambangi Nyi Larasati untuk minta restu. Walaupun pada awalnya Nyi Larasati agak keheranan, tetapi setelah melihat Lindri sudah bulat atas apa yang menjadi pilihan hidupnya, Nyi Larasati pun akhirnya memberikan restu.
Gardapati , Kamala, dan Lindri akhirnya ke Lembah Gunung Kawi.
Perguruan Harimau Besi tidak seperti terakhir kali Gardapati dan Kamala tinggalkan. Kini semua saudara perguruannya telah tewas menghadapi orang-orang Rangga Wuni. Bahkan Kanistha pun sudah tidak ada lagi.
Kamala sangat bersedih mendengar ibunya telah meninggal. Gardapati dan Lindri pun menghibur Kamala.
Mereka kemudian mendatangi makam Kanistha ditemani Ki Badra.
Air mata Kamala tak henti-hentinya mengalir di depan makam ibunya.
Setelah hari menjelang malam, mereka pun meninggalkan makam itu.
***
Tiba di rumah, Kamala menceritakan kepada ayahnya pengalaman selama dia mencari Kitab Bumi Langit.
“Kalian beruntung telah mempelajari Kitab Bumi Langit. Itu adalah sebuah anugerah yang sangat luar biasa. Karena hanya beberapa orang saja di tanah Jawa ini yang mempelajarinya. Kalian harus amalkan isi dari Kitab Bumi Langit itu untuk kebaikan sesama,” ucap Ki Badra ketika mendengar ketiga anak muda di depannya itu telah mempelajari Kitab Bumi Langit.
Kamala kemudian mengungkapkan juga apa yang terjadi pada mereka bertiga.