Enam purnama setelah kematian Kanistha
Perasaan akan tumbuh dan berkembang bila sering dipupuk. Sama seperti tanaman. Semakin sering disiram, akan semakin subur. Berbunga dan berbuah.
Begitu juga yang dialami oleh Ki Badra dan Nyi Larasati.
Keduanya sama-sama telah ditinggal pasangan. Hidup tentu harus terus berjalan.
Hubungan Ki Badra dan Nyi Larasati makin erat karena Nyi Larasati sering menengok Lindri ke Lembah Gunung Kawi. Tak jarang Nyi Larasati menginap di Lembah Gunung Kawi beberapa hari.
Mereka saling mencurahkan isi hati di setiap kesempatan berbincang berdua. Mereka sudah saling mengenal sejak lama.
Hingga pada satu kesempatan, Ki Badra menyatakan keinginannya untuk menjadikan Nyi Larasati istrinya. Menggantikan Kanistha yang telah meninggal.
“Maukah engkau menikah denganku, Nyi?” ucap Ki Badra pada suatu malam.
Mereka sedang duduk berdua di ruang latihan silat di belakang rumah induk.
Bintang di langit tampak bertaburan. Cahayanya menerangi semua yang ada di atas bumi dan semua yang ada di bawah langit. Menembus jendela-jendela hingga menerangi ruang latihan silat.
Nyi Larasati hanya terdiam sambil matanya menatap sendu pada Ki Badra.
Ki Badra pun balas menatap Nyi Larasati dengan penuh perasaan.
Ki Badra kemudian memegang kedua tangan Nyi Larasati. Nyi Larasati membiarkan saja tangannya dipegang.