"Taka, apa lu sudah lakukan sesuatu atas Ria?!" todongnya mengiba begitu dua pemuda itu masuk, perawat yang masuk lekas menangani tangannya yang tiada henti mengucurkan darah sampai menodai ranjangnya.
Taka mengerutkan kening, pun Luky yang berkursi roda--karena belum pulih. Terpana sekejap oleh darah yang melebar bak peta merah di sprei ranjang.
"Lu jangan liat darah gua! Gua baik-baik aja! Lu kan bilang lu gantiin Ria kan buat hacking, kan?! Apa yang udah lu dapet? Pasti lu melakukan sesuatu, kan?!"
Taka mengembuskan napas berusaha tenang atas Yuto yang memasang wajah memelas tidak sabar. Ia lalu berdiri di samping Luky yang berkursi roda, raut wajahnya seperti menimbang-nimbang untuk berkata apa adanya atau tidak. "Ya, emang gua ke sini mau kasih tau hasil hacking gua."
Yuto merasa lega, bahkan melebihi lega yang seharusnya ia rasakan--hingga tidak tersadari olehnya saat lubang sarang jarum infus tadi sudah ditutupi kapas beralkohol oleh perawat--meski tidak memudarkan kekhawatiran terkait Martin. Sementara itu Ayumu dan Lionel, menunggu tiap paparan Taka dengan harap-harap cemas.
"Martin, dia ternyata tidak berkhianat. Cleopatra Fredianna--dia--bilang begitu."
"Cleo?" Yuto sangat mengenal nama itu. Dan tidak menyangka bila nama sahabatnya akan menjadi bagian dari penelusuran Taka.
"Peretas akun Ayyub yang kemudian menyesal telah meretas dan menyebarkan foto-foto masa kelam lo. Bekerja sama dengan Martin untuk menolong Ria."
"Artinya, Cleo sudah menjadi pengkhianat bagi Johnny?"
"That's right!"
"Tapi... apa yang membuatnya menyesal?"
"Dia baca isi akun Ayyub sebelum sebar aib elu. Baru nyadar abis sebar, nyesel juga main bilang bahwa Ria yang menghapus akun Ayyub. Inilah akhirnya dia menemui Martin buat nolongin Ria."