Kiwi Berlumuran Cokelat Beku

Gia Oro
Chapter #52

Kegiatan Pengakuran Terakhir

Terang benderang mentari kian meninggi. Menjelang jadwal pendalaman materi untuk Try Out menuju UN, antusias tidak mengendur untuk mengadakan--sekaligus merayakan--akhir dari kegiatan-kegiatan yang selama ini menebarkan debar bagi mereka, bahkan bagi seluruh negeri yang mengikuti insiden-insiden yang tertoreh masa. Tampak begitu diburu kesibukan. Hilir mudik akan memeriahkan sebuah stadion terbesar di ibu kota.

Merupakan Iizuka Ayumu, yang menjadi donatur terbesar dalam penyewaan tempat tersebut. Mirip dengan festival Ramadan sebelumnya yang berderet stan-stan dan acara panggung, tetapi tema kali ini adalah Festival Makanan dan Jajanan Daerah--yang hampir di seluruh stan memang menjajakan makanan dan jajanan daerah, dengan para penjaja stan mengenakan pakaian daerah asal dari makanan yang dijajakan.

Tidak hanya dihadiri perwakilan siswa-siswi berbagai sekolah sesama sekolah menengah atas atau kejuruan, namun pula para anak-anak dari dua kubu junior (kubu junior BangBang sudah sadar setelah tahu adanya mafia yang menaungi), serta anak-anak jalanan dan anak-anak panti asuhan--yang akan disepakati untuk menjadi peserta lomba. Tiap anak jalanan dan anak panti asuhan akan didampingi kakak penanggung jawab untuk menemani mereka─yang tidak merasakan hangatnya kasih sayang orang tua.

Si kembar Andrew dan Andreas yang telah dipilih menjadi MC─karena katanya sering bertengkar dan diharapkan bisa akur─memulai acara. Menyapa pangunjung─sempat kikuk karena bersama kembaran yang tidak akur. Mengucapkan terima kasih kepada para guru, teman-teman, orang tua para peserta pengakuran dan pihak kepolisian yang datang terutama yang terlibat dalam kegiatan pengakuran dan penangkapan gengster Johnny. Menyebutkan susunan acara. Mempersilahkan Silver Cool menguasai panggung.

Sempat terjadi persitegangan sebelum kegiatan yang dinantikan tersebut akhirnya terwujud. Yuto menyatakan permintaan maaf atas kegiatan pengakuran yang tertunda oleh dirinya yang sempat diskors pada Luky--yang di hari sama juga baru keluar dari rumah sakit bareng Lukman. Bersama dengan Taka, Seno dan Revlin yang akan menengok Ria, dan telah berhasil mengarahkan ayah Ria dan ayah Yuto ke kantin rumah sakit--setelah menerima isyarat dari Zidan dan Sugi perihal Yuto dan Ria, cowok 182 senti itu menyatakan keberatan atas si 178 senti yang akan berhenti sekolah usai kegiatan pengakuran terakhir dijalankan.

"Gua udah bikin malu sekolah gua atas foto-foto masa kelam gua yang tersebar di dunia maya!" begitu Yuto berdalih.

Tak pelak, Sugi dan Zidan juga terkejut, mengingatkan bahwa pihak sekolah selalu mendukung dan telah memaafkan. Menerima cengkraman garang dari Luky, cowok gingsul itu tidak bergeser terhadap keyakinannya akan meminta sang ayah untuk menemui pihak sekolah.

Beruntungnya, keyakinan yang benar membatu tersebut meretak usai libur lebaran dan masuk sekolah setelah para guru menemui dan menyatakan telah mencabut masa skorsing, menatap mading, sang gadis masa kecil menghampiri. Entah siapa yang telah meminta gadis itu memohon padanya supaya mencabut keinginan berhenti sekolah namun hal itu benar-benar berhasil. Merupakan Luky di sampingnya diam-diam meminta bantuan si CengGo, dan kini tercenung pada saat-saat kembali dalam pencarian dana sampai pada kegiatan pengakuran bertema Festival Makanan saat ini, merasa maklum setelah apa yang dipaparkan Taka terkait 'masa kecil'. Merasa wajar bila sang teman lama menjadi 'daya tarik' karena karakter, sebab ia kemudian merutuk Seno di dalam hati atas tuduhan yang benar terhadap sosok yang dijulukinya CengGo tersebut.

Dan, nama mereka terdengar disebut oleh si kembar untuk menaiki panggung.

“Kita dipanggil!" Luky menepuk bahu Yuto.

Rangkaian insiden dan momen yang bergumul di benak lenyap seketika. Yuto mengangguk akan bangkit dari duduk. Dengan langkah beriringan, ia dan Luky dari belakang panggung akan menampakkan diri. Pandangan keduanya menyapu pada para pengunjung yang kerap mengikuti tiap kegiatan bahkan insiden yang menimpa belakangan ini.

Dua mik disorongkan pada mereka. Bersamaan mengetuk kepala mik untuk mengetes, saling melirik dan kemudian tertawa karena melakukan secara bersamaan, kemudian saling melirik lagi untuk saling memberi aba-aba memulai.

Assalamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaaatuh! Apa kabar semuanya?!" sapa mereka dari teks yang sudah disepakati. Lalu menyorongkan mik ke pengunjung. Ber-hamdalah, setelah salam dijawab.

"Terima kasih untuk para pengunjung yang sudah datang ke Festival Makanan dan Jajanan Daerah kami demi merayakan pertemanan kami yang akan segera diwujudkan!" Yuto memulai, "sebelum itu, mohon maaf dari kami kepada orang tua serta guru-guru kami atas kenakalan kami, kami benar-benar menyesal." Ia lalu melempar pandang pada Luky untuk bergantian.

"Keluar masuk TV, internet dan media lainnya. Mengalami kejadian-kejadian menegangkan. Tetapi juga sangat berterima kasih pada kalian yang telah mendukung kami--mendukung kegiatan kami. Seperti para guru, teman-teman, dan calon teman-teman yang akan menjadi mantan musuh--hahaha!" Kemudian terdiam, mendesis mengingat insiden ledakan tabung gas. "Tentu saja kepada mereka yang telah gugur seperti beberapa polisi, Martin Giovanni... dan Cleopatra Fredianna..."

Beberapa pengunjung menitikkan air mata, terutama dari para mantan anggota Bullet. Suasana menjadi seakan mengheningkan cipta, kecuali anak-anak jalanan dan anak-anak panti asuhan yang tetap ceria ke sana kemari.

“Benar-benar bersyukur sekali akhirnya pihak kepolisian sudah menangani gengster yang pernah saya ikuti!" Yuto mengambil alih, mengkondisikan diri. “Johnny dan antek-anteknya menjalani hukuman di balik jeruji besi. Saya meminta maaf yang teramat sangat kepada semua pihak atas kenakalan saya sebagai anggota geng berandal bahkan gengster!" Ia lalu membungkukkan badan. Para pengunjung bersorak bertepuk tangan memberi dukungan.

“Dan kini kita akan menuntaskan tugas kita dari dua kubu―dan segera tiada lagi kubu-kubuan!” sambung Luky lantang. “Tema kuliner menjadi pilihan. Festival Makanan dari berbagai daerah negeri kita agar kita ingat bahwa meski kita berbeda, tetapi kita tetap satu jua," ia berhenti sejenak demi memandang Yuto. "Tapi gak ada makanan daerah lu di sini, nyuk, eh, Yut…??? Lu daerah bagian Jepang mananya?” Pertanyaannya ini memicu tawa Yuto dan para penonton.

"Bukan masalah bagi gua. Karena gua udah terlanjur cinta sama negeri ini. Di sini gua belajar menghargai. Juga punya banyak teman." Para penonton kembali bertepuk tangan meriah oleh ungkapan Yuto ini. Namun Yuto menitikkan air mata, menyebut kata teman--teringat Martin.

"Seenggaknya bahasa Jepang lu di sekolah seratus mulu lah ya!" Luky berkelakar, disambut tawa oleh para penonton, dan tentu juga Yuto.

"Tentu, ini tidak lepas dari ide teman kami Ria Tanjung!" Yuto agak membungkuk samar, diikuti Luky. Keduanya lalu mencari dimana sosok gadis mungil itu.

Luky lalu menghalau wajah Yuto supaya tidak perlu mencari dimana sosok itu, untuk segera meneruskan rangkaian kata kembali. "Ya pokoknya gitu, makasih ide briliannya ya, Ceng, eh Go, eh, Ria! Bener! Ria Tanjung namanya!" Ketidaksengajaannya menyebut nama Ria, hanya dimengerti beberapa termasuk Yuto untuk kembali menderaikan tawa. “Benar-benar terima kasih kepada pihak sekolah, teman-teman, dan juga pihak kepolisian, terutama Bapak Gilbert dan Bapak Susilo yang sudah bersabar menghadapi kami. Kepada Pak Gilbert dan Pak Susilo, dipersilahkan!"

Dua polisi yang disebutkan naik ke atas panggung. Bergantian memeluk Yuto dan Luky. Berorasi secara bergantian. Menepuk bahu dua pemuda itu. “Mulai sekarang tidak ada lagi geng-geng, kalian yang masih memiliki geng harus membubarkan. Membentuk pertemanan. Siap?" Pak Susilo bertanya pada Luky.

"Bestfriend is Power!" tambah Pak Gilbert.

"Oke!" sahut Luky dengan tatapan menantang pada Yuto. Disorongkannya tangan untuk berjabat tangan.

"Saya terima nikahnya...," Yuto kelepasan berlelucon, lekas menghindar begitu Luky dengan rupa menahan tawa akan menggeplak canda. Ia telah tertular Zidan yang kerap berlelucon. "Oke, serius-serius!" katanya yang justru sok serius, bersikap seakan-akan para penonton tidak menertawakannya.

Luky menarik napas panjang, menahan tawa atas lelucon tadi. Kembali menjabat tangan Yuto. "Dengan ini, gua nyatakan geng Tanduk Api : BUBAR!"

Para pengunjung terutama para anggota dua kubu--termasuk antara kubu junior Yongki dan Luky--bersorak dan saling berpelukan. Dua polisi di panggung memeluk lagi Yuto dan Luky. Pengunjung-pengunjung lain meriah bertepuk tangan ke sekian kali. Ucapan selamat menyerbu dua pemuda di atas panggung, pun pada para anggota yang telah menjadi mantan anggota geng diantara para pengunjung.

Lihat selengkapnya