Kiwi Berlumuran Cokelat Beku

Gia Oro
Chapter #4

Orang Keempat

Surga itu ada di sana. Tidak, bukan. Apa yang sebenarnya dimaksud surga pada sebuah pepatah yang berbunyi 'Rumahku Surgaku'? Sebab pada kenyataannya, bukan rumah yang menjadi surga-nya. Melainkan masjid dari lingkungan Rohis. Ia merasa seolah merasakan surga kala menjadi anggota Rohis. Perasaan damai menyusupi hati setiap kali memandangi masjid itu. Kelembutan dan ketulusan yang pertama kali dirasai sekujur tubuh saat dikenalinya lingkungan masjid. Tidak pernah dirasakannya jatuh cinta pada masjid seperti sebelum ia mengenal dunia Rohis. Dikiranya, agama adalah hal yang membosankan. Banyak aturan. Tetapi ia telah salah menilai setelah secara 'terpaksa' masuk ke ekskul itu.

 "Ria? Gak apa-apa?" Debby yang duduk di sampingnya menemani pada jam pulang sekolah di kantin. Sedang berlangsung persitegangan adu mulut antara Poppy si keriting dengan sang mantan dari salah satu anak band Silver Cool berwajah Arab yang bukan dari XII IPS 3. Menjadi tontonan se-kantin, namun Debby merasa harus mengalihkan perhatiannya dari pertengkaran sepasang mantan kekasih itu karena Ria-nya tidak melihat apa yang ia lihat. Setelah diperhatikan, teman sebangkunya itu ternyata sedang memandangi masjid. Bisa dipahami, dan ia pula mengerti apa yang sedang dipikirkan pemilik julukan Si Muka Datar itu. Bahkan, sudah diketahui dan dimengerti mengapa si Muka Datar-nya itu keluar dari Rohis. 

"Mereka gak tahu kan kalau Debby pacaran?"

Debby mengurai senyum, paham bahwa teman sebangkunya sedang mengalihkan topik. "Ria aja kok yang tahu," ujarnya. Status pacarannya memang sengaja disembunyikan dari anak-anak Rohis yang memiliki aturan larangan berstatus pacaran bagi tiap anggota.

Dengan pandangan yang mengambang, Ria mengangguk-angguk asal. "Ohya, besok aku ke rumah kamu ya," katanya setelah menyadarkan diri. Sebelum bel pulang sekolah tadi, ia telah mengatakan akan ke rumah Debby besok karena ada pelajaran yang tidak dimengerti─Debby merupakan salah satu siswi terpintar di kelas.

“Sip!” Debby mengacungkan jempol. Sebelum beranjak ke masjid sekolah untuk rapat Rohis, seorang guru killer datang melerai Poppy dengan sang mantan yang semakin sengit. Mantan sepasang kekasih itu buru-buru melesat pergi sebelum mereka diseret ke ruang BK.

Tawa seisi kantin membahana. 

>>><<<

Rumah Debby tidak bisa dikatakan jauh, tidak bisa pula dikatakan dekat. Namun Ria selalu memilih untuk berjalan kaki meski orang-orang rumah menyarankan supaya naik mobil angkutan umum. Memasuki gang kecil setelah melewati pasar, rumah yang sering dikunjunginya itu tampak.

Entah kenapa, tas ringannya yang berisi buku yang akan dijadikan topik belajar terasa berat, ketika melihat seorang berkerudung menerawang berdiri di depan rumah itu.

Lihat selengkapnya