Termuat di beberapa media, sangat disyukuri sekali bahwa bom yang sempat menjadi teror dua hari yang lalu, tidak pernah ada. Pihak kepolisian dan satuan anti terorisme sudah menggeledah seisi dan sekitaran mall. Bom itu hanya fiktif, dan dibenarkan oleh komplotan bertopeng itu. Tetapi fiktif terkait hukuman bagi mereka, tentu tidak. Mereka menuai ganjaran di balik jeruji besi. Berlaku pula bagi dua pengamen yang rupanya memang di bawah pengaruh alkohol saat di bis, menerima akibat dari perbuatannya, terberitakan oleh media.
Ria tetap berusaha bersikap wajar di hari pertama sekolah sejak sehari setelah insiden-insiden yang 'memburu'-nya. Bersyukur sekali tidak tercantum namanya di media mana pun. Tidak akan ia menjadi selebriti dadakan untuk dikerumuni--setidaknya oleh anak-anak sekelas yang dikenal 'jago berbuat rusuh'. Memasang wajah 'tidak-tahu-apa-apa', ketika dua berita itu menjadi buah bibir beberapa siswa-siswi.
Melangkah keluar kelas ketika seluruh speaker masing-masing ruang kelas mengumumkan upacara bendera. Tidak mengindahkan beberapa yang panik karena lupa beratribut seragam lengkap. Lapangan yang akan memutih oleh seragam hari Senin, akan menjadi silau oleh pantulan sinar matahari--yang sudah pasti akan dijadikan keluhan beberapa siswi yang takut bilamana kulit mereka menjadi gelap.
Tema yang akan diangkat pembina upacara mudah ditebak ketika para anggota OSIS berseragam dan yang belum berseragam berdiri dua baris, di sebalah kiri jejeran para guru--dari pandangan para peserta upacara di lapangan. Sementara di sisi kanan sebelah jejeran guru, satu per satu siswa-siswi yang terjaring razia atribut seragam yang tidak lengkap, akan berdiri di sana. Meski posisi jejeran guru berada di tengah-tengah antara para anggota OSIS dan siswa-siswi yang tidak beratribut seragam lengkap, namun posisi para guru lebih aman dari sinar matahari, berada tepat di bawah lantai dua sekolah. Salah satu dari para guru itu akan berdiri di mimbar sebagai pembina upacara.
Pemimpin upacara mulai memperdengarkan suaranya yang menggelegar. Para anggota paskibra beraksi terhadap sang saka merah putih di kemudiannya. Memasuki masa untuk berpidato oleh pembina upacara, diumumkannya jabatan baru tiap anggota OSIS dimulai dari jabatan terendah. Para senior OSIS kelas XII dipastikan akan pensiun saat itu juga. Riuh tepuk tangan memenuhi lapangan ketika tiap senior OSIS mengerahkan seragam mereka ke penerus jabatan.
Salah satu anggota paskibra dari kelas XII IPS 3 yang sedang bertugas, menerima tatapan selamat oleh teman-teman sekelasnya yang menjadi peserta upacara, karena pacarnya yang bernama Minggu Sugiharto terpilih sebagai ketua OSIS. Lila menyerahkan jas seragam OSIS-nya pada ketua OSIS bergigi gingsul tersebut. Hampir seluruh peserta upacara bertepuk tangan yang meriah, beberapa siswa ada yang jahil bersuit-suit.
Pandangan Ria memang tertuju pada proses pelantikan OSIS. Tetapi, tidak hanya masih tergelayut pikirannya pada insiden-insiden menegangkan beruntun di hari yang sama, juga tergelayut hal lain yang masih bisa disyukurinya. Tentang merasa bersyukurnya ia sepulang dari rumah paman Lionel, benar-benar pulang ke rumah dengan selamat tanpa harus melewati 'insiden' yang tidak terduga lagi. Bersyukur yang lain adalah bahwa tidak ada cekcok antara ayah dengan si bungsu--karena memang ayah belum tau apa-apa. Justru ia yang mendapat perlakuan dingin dari sang adik setelah menanyakan identitas sebagai anggota geng berandal. Tidak bisa memaksakan sebuah penjelasan, diikutinya diamnya sang adik seolah apa yang terjadi tidak pernah terjadi.
Hanya surat cinta yang dititipkan padanyalah yang menjadi penghibur. Ria menerima surat itu saat akan melewati gerbang sekolah, mantan pacar Poppy dari anggota Silver Cool yang berwajah Arab menghadangnya. Celingak kiri dan celinguk kanan, meminta dikirimkan surat untuk Debby seperti menitipkan barang selundupan.
Ria tidak enak menolak meski tahu status Debby sedang berpacaran, sebab mantan pacar Poppy yang bernama Rully itu sudah menjadi temannya sejak kelas X--ketika Debby selalu kebiasaan lupa pada dirinya bila berjumpa dengan teman yang lain--dan cowok bermuka Arab itu pula yang menerima lagu karangan pemilik julukan Si Muka Datar itu ketika sebenarnya iseng lagu itu ditawarkan. Sempat mengira Rully sudah melupakan perasaannya pada Debby demi memacari Poppy, tapi tidak disangka perasaan itu masih ada, dan surat itu buktinya. Ria yang malas bertanya untuk apa memacari Poppy bila masih menyukai Debby, manut saja ketika diminta agar menjaga surat itu sampai ke gadis pujaan.
Surat cinta itu juga cukup membantunya untuk mengalihkan pikiran tentang apakah benar Yuto adalah anak lelaki berponi di masa kecilnya atau bukan--ia kira ia tidak yakin bila ia benar-benar mendengar pria yang menemui almarhum Kakek pada sepuluh tahun lalu memanggil anak lelaki berponi dengan nama Yuto.
Terlintas pula, merasa tidak mungkin harus agresif mempertanyakan banyak hal kepada drummer Myujikku itu, sekiranya ada yang terhubung dengan adiknya terkait geng berandal. Tidak seperti saat dengan anak-anak Silver Cool yang pacar-pacar mereka--bagi yang memiliki pacar--tidak akan cemburu karena mengerti hubungan ia dengan lima cowok itu.
Harus sabar menanti momen, terlebih salah satu anak yang sekelas dengannya adalah pacar Yuto. Bisa terkenal mendadak dirinya bila akan mencuat kabar ia 'telah merebut pacar orang'. Bisa saja, bukan? Ah, ia telah jauh berpikir oleh perasaan khawatirnya!
"Kemarin kamu nembak ya?" tiba-tiba Debby yang berdiri di belakangnya bertanya, dimanfaatkannya sekali situasi riuh upacara.
"Nembak apaan? Nembak cowok?" Ria tidak mengerti, sembarangan menerka-nerka apa yang menjadi maksud pertanyaan Debby.
Si jelita bermata indah itu tertawa sambil memukul gemas pundak pemilik julukan si Muka Datar yang kadang bercanda meski wajah itu tetap datar, benar-benar membayangkan teman sebangkunya itu menembak--menyatakan cinta--pada seorang cowok. "Gak usah pura-pura gak tahu deh. Taka cerita banyak tauk!"
Dibutuhkan waktu beberapa detik bagi Ria untuk mengerti, sementara pelantikan OSIS sudah selesai, dan seorang guru killer memperingatkan supaya seluruh peserta upacara tidak lagi meriuhkan upacara dengan obrolan mereka yang sudah jelas tidak masuk dalam bagian dari upacara.
Ria yang sudah mengerti apa maksud Debby, menunggu momen ketika terdengar lagi para siswa-siswi yang tidak tahan untuk berbisik-bisik, meski masih ada beberapa kalimat lagi dari pembina upacara yang kembali berpidato menuju pembubaran. Didekatkannya agak mundur kepalanya pada Debby dengan harapan tiap kata dari bisikannya bisa didengar. "Kamu tahu kalau ternyata Taka dan Yuto bahkan dengan Yongki, mereka saling kenal?"
"He???... Ta... tahu...," Debby menyengir seperti baru saja melakukan sesuatu dan ia tertangkap basah.
Ria membelalakkan mata, diiringi keningnya yang berkerinyit karena mendengar itu. Hampir benar-benar akan membalikkan badan menghadap sang teman sebangku di belakangnya itu, namun para guru killer mulai turun ke lapangan untuk mencari siapa yang masih berbisik-bisik tidak mendengarkan pembina upacara. "Kalau begitu, nanti aku akan ceritakan apa yang kamu mau, tapi setelah kamu cerita lebih dulu tentang semua--tentang mereka dan geng!" tegasnya sebelum akhirnya lapangan benar-benar hening, supaya tidak ada dari para peserta upacara yang menjadi sasaran guru killer.
>>><<<
Upacara bendera selesai tanpa adanya siswa-siswi yang pingsan seperti Senin-senin tiap upacara sebelumnya. Ke sekian kali tidak sengaja sepasang matanya menangkap sosok mungil berjilbab itu, dan kemudian seterusnya dipandangi dengan wajah yang berpikir.