Kiwi Berlumuran Cokelat Beku

Gia Oro
Chapter #21

Mencuri Dengar

Terpampang di berbagai media. Insiden yang dialami anak-anak paskibra SMA Pelita Cempaka menjadi topik utama. Menghebohkan. Segerombolan dengan masing-masing senjata yang berbeda, masih menjadi penelusuran pihak kepolisian. Belum diketahui pasti apa motifnya. Kabar baiknya, korban penikaman tidak menjadi korban jiwa.

Tiga hari berlalu, tiap kelas SMA Pelita Cempaka masih mengangkat topik yang sama. Terlebih, bagi kelas yang memiliki siswa-siswi anggota paskibra yang telah gagal mengikuti lomba ke walikota, seolah menjadi selebriti diwawancarai sekelas tentang bagaimana kronologinya. Tidak puas hanya membaca dari media.

Ria berusaha memahami ketika sang Aniki belum mengabari perihal kapan lagi membahas ide pengakuran dengan yang lainnya, sejak musibah itu disiarkan dari speaker sekolah. Dari Anggi yang bertanya pada mantan anggota Bullet, rupanya sang mantan pacar selama tiga hari sejak insiden kerap keluar masuk rumah sakit demi menanti kondisi membaiknya sang sahabat.

Bisa dimaklumi bila gadis berambut panjang itu belum bisa membersihkan perasaannya terhadap sang mantan pacar, sampai bertanya pada beberapa mantan anggota Bullet. Namun, Ria hanya merasa tidak sangka ternyata gadis yang kerap menguncir rambutnya dengan kuncir kuda itu ternyata tahu sedikit tentang geng, namun tetap tidak sebanyak apa yang Ria ketahui dari Taka.

Tidak hanya Anggi, Ayu pacar Sugi kemudian tahu hubungan Ria dengan pacar dan mantan pacar mereka dengan Zidan dan Pak Aruan di taman pada waktu itu. Debby telah menjelaskan. Mereka bersedia supaya menutup mulut tentang ide pengakuran untuk berjaga-jaga bila ada yang tidak berkenan--yang bisa saja kubu Yongki yang mendengar dan kita tidak tahu apakah mereka setuju atau akan berbuat hal buruk karena tidak setuju.

Namun Ria merasa butuh kepastian mengenai rancangan ide pengakuran, setelah menerima kabar buruk dari Debby. Mengkhawatirkan Lukman sang adik, mengingat anak dari sekolah lain yang sempat dijadikannya sebagai pandangan pertama. Tebersit akan minta tolong Ayu untuk menanyakan sesuatu, namun urung merasa tidak nyaman bila minta tolong pada pacar Sugi itu. Ia merasa mungkin lebih baik menemui langsung ketua OSIS itu.

Dan lagi, ia melihat Sugi selalu bersama anak OSIS dengan bis sekolah. Sudah sejak sehari setelah insiden. Terlihat begitu sibuk. Ria hanya mematung di depan gerbang gedung sekolah. Sempat mata mereka bertemu, namun pacar Ayu itu tetap masuk bis sekolah menyusul anggota OSIS lainnya. Terlihat adik kelas bergigi gingsul itu ingin bicara, namun seperti tengah terburu-buru.

Ria mengembuskan napas. Membalikkan badan menuju kelas. Menaiki tangga. Tinggal satu kelas lagi, seseorang yang sedang duduk di depan selasar XII IPS 2, menyelonjorkan satu kaki seolah sengaja supaya orang yang melewati akan tersungkur. Namun untungnya Ria berhenti, melihat pemilik kaki yang begitu panjang itu.

"Ria Tanjuang!" Zidan menyeringai jenaka seraya memiringkan kepala.

"Kamu mau mencelakai aku ya?"

"Eih? Tidak. Eh, maaf. S... saya memang sengaja menunggu kau. Saya lihat dari kelas, kau keluar. Kan gak mungkin saya tunggu kau di kelas kau, kan?" Zidan cukup grogi oleh wajah datar Ria.

Etdah! Ria mengembuskan napasnya. "Ada apa? Kok manggil aku 'Ria Tanjuang'? Tau darimana itu nama panjangku?"

"Kan Rully panggil kau begitu, waktu dia marah ternyata Debby punya pacar. Saya lihat itu dari kantin. Haha!"

Ria menggumam paham. "Tapi Rully manggil aku 'Ria Tanjung', bukan 'Tanjuang'."

"Kau minang, kan? Seharusnya Tanjuang!"

Ria memang gadis minang, tetapi ia tidak yakin, bila si Monas Padang ingin melepas rindu pada orang sekampung. "Bagaimana Martin? Kamu dekat dengan Yuto, kan?" tanyanya tanpa basa-basi begitu teringat bahwa Zidan satu kelas dengan Yuto.

"Eih? Kaku kali kau!"

"Ya, kalau aku riang gembira nanti orang ngira nggak-nggak! Kecuali kita sejenis. Entah kamu perempuan kah, atau aku yang laki-laki!"

"Ah, benar," Zidan meneguk air ludah oleh gadis bertubuh mungil ini. Tersenyum, mengacungkan jempol, mengagumi Ria yang tetap berusaha menjaga diri.

"Jadi? Bagaimana rencana kita? Apa kalian punya rencana tapi aku belum tau?"

"'Kita'?" Zidan hampir berlelucon tentang nuansa romans, namun urung oleh ekspresi datar itu. "Oh. Itu... iya..."

"Apa yang 'iya'?" Ria berharap, Zidan yang belakangan dekat dengan Yuto, mengetahui sesuatu.

"Sejak kejadian anak paskibra kena musibah, Yutti jadi dingin melebihi sebelumnya kayak gak mau diganggu."

"Yutti?"

Zidan menyeringai. "Saya manggil dia begitu. Abis emang tuh anak dingin sih. Iseng deh saya manggil begitu. Dan ternyata kita malah akhirnya bakal dekat, karena dia sering bertanya banyak hal tentang agama ke saya. Tapi sejak paskibra yang Martin ini nih! Mukanya macam cewek PMS yang gak boleh diganggu! Hihi!"

Ria mengerutkan kening. "PMS? Apaan itu?"

Zidan membulatkan mata. "Kau tak tau? Tanyalah ke teman cewek kau! Pokoknya Martin udah membaik. Sugi sudah menengok, bilang begitu. Udah siuman juga. Bukan siluman. Tapi, belum boleh bicara."

Ria menahan senyum oleh Zidan yang terlihat garang bila dilihat dari badan, tapi ternyata tukang banyol. "Sugi yang bilang? Yuto benar-benar gak ada ngomong gitu ke kamu atau lainnya?"

"Tidak, Ria Tanjuang. Hanya bicara sekedarnya saja dia, kayak misalnya kalau lagi pelajaran di kelas."

"Trus, ada apa kamu menungguku?"

Tidak lekas menjawab, Zidan entah kenapa memasang gerak-gerik seperti ingin berbisik seolah takut didengar siapa pun. "Apa kau tau? Luky berulah?"

Ria diam termangu, merasa akan memiliki satu topik yang sama dengan Zidan--yang akan dibahas dengan Sugi namun ketua OSIS itu harus pergi.

"Anak laki-laki yang kau lihat waktu itu dari sekolahnya Luky. Dia ke sini mau minta maaf karena pihak Rohisnya yang diundang Rohis sekolah kita gak bisa datang karena Rohis mereka mau dibubarkan. Tau?"

Ria tercekat, telah diketahuinya dari Debby pada satu hari setelah kejadian yang dialami anak paskibra. Anak lelaki yang dijadikannya sebagai pandangan pertama adalah Nizam, ketua Rohis dari tempat Luky bersekolah, minta maaf pada anak Rohis SMA Pelita Cempaka karena tidak bisa memenuhi undangan, karena Rohis di SMK itu sedang di ambang pembubaran oleh ulah Luky dan geng.

Bermula saat rihlah, anak buah Luky yang bernama Syafiq sedang bersama Ayyub. Bermaksud ingin melakukan pendekatan untuk menambah anggota geng, anak yang disasar justru diingatkan agar keluar dari geng berandal seperti Yuto yang telah bertaubat. Syafiq menjadi panas ketika terus mendengar Ayyub cenderung pada memuji Yuto--yang rupanya Ayyub dekat dengan Yuto di dunia maya. Syafiq kemudian menempeleng kepala Ayyub, disusul tindakan-tindakan kekerasan lain.

Ayyub dirumahsakitkan oleh luka dan lebam, sementara Syafiq harus menjalani masa skorsing. Orang tua Ayyub yang tidak terima, menuntut pihak sekolah. Rupanya rihlah yang dilakukan tidak mendapat izin sekolah. Hal itu dijadikan kesempatan bagi anak-anak buah geng Luky untuk memanas-manasi keadaan supaya ekskul itu dibubarkan.

"Kamu tau darimana tentang itu?”

Lihat selengkapnya