Tiga guru datang. Tercengang. Tidak sempat merutuk seisi kelas yang terlihat seperti baru saja dipelintir angin topan. Anak-anak sekelas berebut memberi keterangan sambil menunjuk Yongki, beberapa menunjuk Yuto.
Pak Aruan memperingatkan sekelas supaya merapikan meja dan kursi sebagaimana mestinya, sebelum ia kemudian menyeret Yongki bersama Pak Faqih. Sedangkan Bu Sharita meminta tolong beberapa untuk membopong Ria menuju UKS, memerintahkan Yuto yang masih membeku untuk mengikutinya.
Yuto menunggu dengan wajah muram di depan teras UKS. Memandangi Yongki di seberang lapangan futsal, masuk ke ruang BK. Setelah tidak terdengar lagi si Hiu itu berbuat ulah, rupanya kegaduhan di kelas terusuhlah ulah yang kemudian diperbuat.
Memandang tangan sendiri, merutuk pula diri yang tidak menyangka telah membuat gadis masa kecilnya terluka lebih cepat.
Ada rasa takut bila Ria mengetahui bagaimana kelamnya dirinya saat masih menjadi bagian dari geng BangBang. Namun, meski tidak menyerang secara batin, tetap pasti menyakitkan bagi gadis itu secara fisik sampai tidak sadarkan diri.
Kurang ajar..., umpatnya di dalam hati pada sang ketua BangBang atas apa yang didengarnya dari anak-anak XII IPS 3 yang berebut memberi penjelasan pada tiga guru yang datang. Gadis itu dibanting, dicengkram, kemudian dilempari bangku. Namun Yuto kembali lagi merasa perih atas apa yang telah dilakukannya secara tidak sengaja. Ia hanya khawatir bila gadis itu melupakan diri sebagai perempuan, begitu Rully berkata.
Setelah tidak sengaja melihat Yongki usai bertabrakan dengan Ria dan lima anak Silver Cool menyusul kemudian, Yuto baru menyadari bahwa roman wajah lima cowok itu ada keterkaitan dengan wajah darurat gadis masa kecilnya. Lekas menyusul, dan tidak sengaja mendengar sesuatu yang mengejutkan dari Rully.
"Gua, Ria, Yongki, Debby, Andrew waktu kelas X tuh sekelas! Pas ujian, si Hiu sama Ria sebangku! Diembatlah tuh kertas ujian, karena emang Ria termasuk anak pinter. Tapi, kita kan taunya dia pendiam. Eh malah berdiri dan satu kaki di atas bangku sambil nunjuk muka Hiu minta lembar jawaban dibalikin!"
Yuto tepekur setelah meminta kebenaran dari apa yang didengarnya. Ia mengira, kenekatan gadis itu ke arena para junior dua kubu karena mengenal Luky dan pernah berduel dengan Luky. Ternyata memang gadis itu kelaki-lakian, bahkan memulai lebih dulu pertarungan dengan Luky saat Yuto ingin menolong Taka yang dikejar para anggota senior Tanduk Api.
Tetapi Yuto tidak pernah tahu bahwa Ria dan Yongki ternyata pernah sekelas, bahkan meski menyimpan ketidakasingan melihat rupa itu, tidak begitu dipedulikan karena tengah terbenam dalam lingkup hitam pergaulan geng BangBang.
Merasa harus menghentikan, Yuto lalu turun menuju ruang guru kembali untuk melaporkan. Padahal sebelum bertabrakan dengan Ria tadi, ia baru saja menyerahkan salinan proposal yang sudah dijilid pada Pak Aruan yang menjadi penanggungjawab kegiatan. Menaiki tangga lagi mendahului guru untuk mengejar kemungkinan buruk yang akan terjadi. Beberapa siswi memanggil--ah sudah bisa ia tebak apa hajat mereka. Terlihat Bayu dan Rully yang tidak masuk seperti tiga lainnya.
Kekhawatirannya benar. Dan apa yang dikatakan Rully juga benar. Sebuah sapu itu terlihat olehnya, lekas diraihnya. Dua tangan mungil itu digenggamnya, cukup berdebar saat itu. Gadis dengan beberapa luka baru di wajah bekas kuku itu tertunduk, kembali manut. Terduduk.
Yuto memandangi tangan kuning langsat itu yang begitu feminin, sebelum akan diarahkannya pandangan pada Yongki yang mematung tidak lagi menyerang, tetapi tiba-tiba Ria kembali melakukan aksinya yang sempat gagal. Refleks tanpa berbalik, Yuto mendorong gadis itu supaya mundur, namun yang terjadi adalah ia telah membanting gadis itu sebagaimana yang telah dilakukan Yongki sebelumnya.
Anak-anak kelas XII IPS 3 menghujat.
Itu sudah sangat pantas diterimanya. Dia telah melukai gadis itu.
Sekali lagi dan berkali-kali Yuto mengumpati diri sendiri di dalam hati. Tertunduk mencengkram rambutnya yang mulai memanjang kembali. Tidak memedulikan beberapa anak XII IPS 3 yang membopong Ria telah keluar UKS menuju kelas.
"Yuto, ikut saya ke Bu Sondang!" Bu Sharita keluar dari UKS dan menegurnya.
Bel masuk sudah berbunyi.
Yuto benar-benar siap menerima hukuman.
>>><<<
"Dia tidak bisa mengikuti pelajaran sampai bel pulang sekolah. Menjalani hukuman menjadi pesuruh tukang kebun dan bebersihan lainnya."
Bu Sondang, Guru BK yang sekampung dengan Pak Aruan itu menuturkan demikian, memecahkan hening yang menyeruak setelah Ria sadarkan diri.
Ria tidak bisa menanggapi. Ketika ditanya kondisinya saja, ia menggeleng lemah dengan wajah masih mengernyit. Bu Sondang yang telah menangani Yuto setelah memutuskan hukuman untuk Yongki, sudah menunggu Ria sejak sebelum siuman. Keluar sejenak untuk membawakan teh hangat, sampai hening sempat membelenggu. Kabar terkait Yuto dan Yongki diungkapkan.
"Itu bekas kuku, ya?" tanya perawat yang sudah memeriksa Ria. Kali ini pekerjaannya serius, tidak seperti sebelumnya yang jutek karena siswa-siswi yang sering ke UKS lebih kepada pura-pura sakit demi menikmati sejuknya suhu AC.
Ria melihat isyarat perawat itu ke wajahnya sendiri. Mengangguk. Menceritakan saat Yongki menekan kedua wajahnya sampai kuku tajam itu menekan pipinya.
"Memang kurang ajar anak itu!" Bu Sondang mengutuk. "Kalau bukan karena kegiatan pengakuran, dia sudah dikeluarkan!"
Ria tersadar akan sesuatu setelah mendengar itu. Teringat ucapan Yongki yang menyiratkan ada kerja sama dengan Luky. "Apa kata Yongki, Bu? Apa dia punya alasan kenapa menyerang saya?"
"Kau tak tau?" Bu Sondang cukup heran. "Saya tidak yakin sih, tapi dia berasalan kalau dia melukaimu karena sudah lama membencimu sebab kau selalu halangi dia goda Debby--katanya!"
Hah?! Apa maksudnya?! Ria merasa harus menahan lisannya untuk mengikuti apa kata batinnya, meski terngiang ucapan Yongki saat mencengkram pipinya.
"Kalau boleh tau, apa yang kau lakukan sampai dia sebegitu marahnya? Saya kira dia marah pada kau karena kau pencetus ide pengakuran."
"Saya hanya sekelas saat kelas X, Bu. Naik kelas dua kali, gak pernah sekelas lagi. Memang saya berusaha supaya Debby tidak diganggu, tapi mungkin memang kesal sama saya karena tadi baru pertama kali mau ganggu lagi--eh ada saya lagi," Ria menjawab dengan pelan-pelan, namun tetap yakin bukan karena ia melindungi Debby yang menyebabkan Yongki menargetkannya.
"Begitu...," gumam Bu Sondang. "Saya memberinya hukuman skorsing seminggu. Saya harap dia tidak mengganggumu dan anak lain lagi, ya meski Yuto sudah bodoh ingin mencegahmu membalasnya tetapi malah membuatmu tidak sadarkan diri!"