Kiwi Berlumuran Cokelat Beku

Gia Oro
Chapter #30

Identitas Muslim Terkuak

Kegiatan pengakuran pertama hari itu berjalan dengan lancar. Langit beranjak jingga saat tiba di rumah. Benak terkait upaya yang berhasil memastikan kerja sama dengan Yongki terhadap Luky, memudar demi menatap garasi yang berhadapan langsung dengan pagar rumah.

"Nyonya belum pulang, tuan muda," kata sekuriti setelah membuka pagar rumah.

Yuto sudah tahu tanpa diberi tahu. Menatap wajah sekuriti dan mengucapkan salam yang biasa digunakan umat muslim. Seluruh asisten rumah tangga adalah muslim, maka ia mengucapkan salam yang demikian ketika masuk rumah. Momen bebas ketika kaa-san[11] tidak ada di rumah, Yuto bisa menjadi diri sendiri sebagai muslim di hadapan para asisten rumah tangga dan sekuriti. Ia telah meminta mereka supaya merahasiakan sampai menemukan momen yang tepat.

Akan tetapi, wajah-wajah para asisten rumahtangga yang pasi setelah menjawab salam, tidak diamatinya.

Dan, suara itu terdengar.

"Nantte itta no, sakki wa[12]???" Miharu sang ibu dari lantai atas. Menuruni tangga dengan tatapan dingin menukik. "'Assalamualaykum'?"

Yuto menelan air ludah. Tidak segera menjawab, malah keluar untuk melihat mobil ibunya, tetapi memang tidak ada. "Ka--kaetta ka, okaa-san[13]?" tanyanya gelagapan setelah kembali menghadap ibunya yang sudah turun.

Miharu menatap lamat-lamat sulung yang sudah menjadi anak semata wayangnya itu, menarik tangan putranya itu ke lantai atas menuju kamar sang putra. Menunjukkan beberapa buku berserakan di lantai.

Yuto membulatkan mata. Buku-buku agama itu berantakan, bahkan diantaranya adalah Al-Quran.

Miharu membelalak ketika kitab itu diraih dan dipeluk bahkan dicium. "Jadi benar, kau mengikuti agama orang kehilangan akal itu?" tanyanya yang seperti biasa berdialog dengan bahasa Jepang.

"Islam bukan agama orang kehilangan akal, kaa-san!" sanggah Yuto, berusaha supaya suaranya tidak lebih tinggi dari suara ibunya--Zidan bilang bahwa meski berbeda agama, tidak dibenarkan mendurhakai orang tua terutama ibu.

"Kau pasti sudah bersinggungan dengan Ayumu!" Miharu menunjuk wajah putranya.

Yuto menggeleng dan kedua lututnya tertekuk supaya emosinya gugur demi tidak melawan orang tua. "Yuto cari sendiri agama ini! Kematian Kouji bukan karena..."

"... diaaam!!!" Miharu menutup telinga. Menutup wajah, begitu terguncang. Napasnya tersengal-sengal.

Yuto bersabar untuk membiarkan ibunya menenangkan diri. Tiba-tiba wanita yang telah melahirkannya itu memukul dadanya dengan iringan air mata. Yuto tidak memberikan perlawanan, sampai-sampai ibunya tidak mampu lagi menahan tubuh sendiri.

Yuto segera menahan tubuh itu supaya tidak benar-benar pingsan. Tidak sengaja memegang bagian perut, terasa lebih besar dan padat--dan tidak ketahuan oleh blazer yang dipakai. Belum sempat bertanya, sang ibu menarik-narik wajahnya seperti mencubit sekaligus mencakar.

"Yuto minta maaf, kaa-san!" Yuto melakukan sujud, berusaha memeluk kaki ibunya. Tetapi kaa-sannya itu malah menendang kepalanya.

Sejak itu, kaa-san tidak lagi mau berbicara dengannya--dan memang jarang bicara karena jarang pulang. Hanya saat menemui Ria bersama Zidan dan Sugi di kantin untuk menceritakan hasil upaya memastikan terhadap Luky, Yuto berhasil untuk terlihat baik-baik saja.

Rapat demi rapat kegiatan pengakuran dilakukan, anak-anak SMA Pelita Cempaka ke SMK Lentera Pusaka--pun sebaliknya--membahas dana yang sedang dicari dan kegiatan yang akan diwujudkan; Yuto beberapa kali kedapatan melamun.

Dan tibalah hari itu, hari setelah ditetapkannya janji temu melibatkan Sachiko Michiko, kaa-san memintanya kembali pada kepercayaan leluhur.

Permintaan itu ditolak dengan tegas, namun tetap untuk tidak bernada keras. Beberapa hari setelahnya, wanita yang sudah berada di ujung kekesalannya itu membereskan semua buku dan pakaian-pakaian putranya.

Yuto, ia terpaksa menumpang tinggal di rumah Paman Lionel.

Yuto, ia tepekur menjejaki semua, sudah mempersiapkan masa bilamana ibunya akan tahu. Deburan ombak tepercik ke wajahnya. Tidak ada yang disesali meski tetap merasa muram.

"Otouto ga kimasu yo!"

Sebuah suara berbahasa Jepang. Yuto tersenyum mendengar kalimat yang artinya 'adikku datang loh!' itu. Menoleh pada pemilik suara yang sudah ia duga. Lagi, selalu gadis itu memasang wajah polos menggemaskan, cukup mampu mengurangi perasaan muram terhadap kaa-san.

Akan tetapi, angin laut yang sejak tadi memang sudah sangat kencang mendorong tubuhnya. Yuto tidak bisa menggapai keseimbangan diri. Terpeleset. Terhempas ke laut.

>>><<<

Ria membeku. Sempat ia hampir sulit menjangkau napas begitu Yuto menoleh. Rambut yang sudah memanjang, terbelai-belai oleh angin laut yang menurutnya jahil.

"Pokoknya lu berkabar ya kalau udah jadian!"

Ria menunduk menggeleng-geleng--tidak akan!

Ketika merutuk diri yang kembali lagi terpukau oleh paras itu, terdengar suara seperti berdebum di laut. Refleks mengangkat pandangan, sosok di depannya sudah tidak ada. Ia pun membelalak, melihat Yuto berusaha menggapai bebatuan.

"Lukmaaan!!!" teriaknya pada adiknya di pangkal bebatuan sana. "Yuto kecebuuur!!!"

Angin berhembus kencang lagi. Ria yang sejak tadi sebenarnya menahan keseimbangan dan selalu berhasil tidak jatuh, akhirnya oleng juga. Memang beruntung tidak di laut, tapi kedua kakinya membentur bebatuan, dengan kedua tangan hampir terperosok ke sela-sela bebatuan.

"Ria, kamu gak apa-apa?!"

Ria menganga ketika ternyata Yuto berhasil menggapai bebatuan, padahal sebelumnya Ria sangat khawatir. "Kamu... bisa berenang...?"

"Iya...," jawab Yuto seraya mengusap wajahnya yang basah sampai ke belakang tengkuk.

Ria menunduk, perasaannya bercampur aduk. Antara lega karena Yuto bisa selamatkan diri, kesal karena merasa dijahili meski ia percaya Yuto tidak bermaksud jahil namun memang angin yang jahil, dan rasa yang lain adalah berdebar oleh basah kuyup yang makin menambah kesan... tampan.

Ya trus kalau ganteng KENAPA?! Ria menjerit di dalam hati karena tidak mengerti bila ada yang berdebar di dada.

"Kak?! Lu gak apa-apa?!" Sugi yang menghampiri, mengejutkan Ria karena seharusnya adiknya yang datang.

Lihat selengkapnya