Kiwi Berlumuran Cokelat Beku

Gia Oro
Chapter #31

Sekelebat Wajah Beringas Ayah

Mengetahui bahwa anak-anak dua kelas dari sekolah kakaknya diserang orang-orang tidak dikenal saat ke markas si Hiu, Lukman bukan lagi antusias ingin segera janji temu dengan Yuto karena kucing. Namun sama sekali ia tidak menghubungi siapa pun perginya bersama kakak menemui Yuto.

Zidan tergerak akan menghampiri sosok yang diyakini sebagai salah satu anggota senior Tanduk Api yang mengamati di ujung sana itu, namun sosok itu buru-buru melesat pergi dengan kendaraannya.

"Lo harus bener-bener pastiin ngapain anak itu liatin kita!" tegas Sugi pada Lukman sebelum akhirnya diputuskan bubar.

Tetapi diam-diam Yuto mengirim SMS pada Ria, untuk kembali berjanji temu dengan Lukman di hari pengambilan nilai berenang di Ancol. Ia tidak berterus terang tentang perasaan kelabunya, namun tidak berbohong bahwa ia ingin mendekati Lukman supaya Lukman bisa bercerita pada Luky terkait ketulusan para penggiat kegiatan pengakuran.

Ria tidak bisa menolak karena rupanya Yuto telah membayarinya tiket masuk ke Ancol. Dan seperti dugaannya, anak-anak kelas XII SMA Pelita Cempaka yang hadir memasang wajah heran atas kehadirannya.

Merupakan pertama kali gadis itu datang dari sejak SMP tidak pernah ikuti pengambilan nilai berenang--dan toh tetap naik kelas sebab mengikuti materi pelajaran olahraga lain selain berenang. Meski sudah bukan anak Rohis, namun memang banyak anak Rohis tidak ikut, karena pelatihan renang memicu pakaian yang basah akan memperlihatkan lekukan tubuh. Belum lagi dipastikan akan banyak pemandangan terlarang seperti pakaian-pakaian minim di tempat berenang.

Tapi Yuto meyakinkan bahwa tidak akan ke tempat pelatihan berenang. Mengingat anak Rohis tidak diberi teguran karena tidak datang ke pelatihan berenang, Yuto mengajak Ria untuk bolos, bersama Lukman. Dan memang, banyak anak yang bolos meski telah beli tiket dan masuk ke wilayah Ancol, tidak ikut pelatihan, juga tidak pernah terdengar ada teguran pada mereka.

Berada dalam antrian kelas, Ria memandang adiknya yang duduk di pinggiran taman sana. Tentu tidak akan masuk antrian, karena bukan bagian dari SMA Pelita Cempaka. Ria tidak mengerti bagaimana memasang wajah atas Yuto yang ke sekian kali mengeluarkan uang untuknya dan adiknya. Pertama cokelat, kedua kiwi cokelat beku (mungkin ini bisa ditoleransi karena Zidan dan Sugi juga menerima), lalu sekarang tiket masuk Ancol.

Mungkin kebelet punya sodara karena Kouji meninggal? Apalagi orangtuanya cerai. Dia sudah menjadi anak tunggal..., Ria berbisik di dalam hati, menduga-duga. Diam-diam berbunga-bunga karena ada seseorang yang menganggapnya saudara.

Memang agak aneh, mengingat ia sering memuji tampan, tapi terharu diajak berteman saat Yuto meminta maaf telah membuat Ria pingsan, dan kini berbunga-bunga dikira dianggap saudara. Dan Ria menyadari keanehan dirinya itu, menerka mungkin karena di keluarganya tidak seperti sebagaimana kata keluarga itu sendiri.

Terlebih Yuto adalah orang pertama yang minta maaf padanya secara tulus dengan muka menyesal, tidak seperti Rully yang minta maaf namun masih terlihat garang--mungkin memang sudah karakternya--meski tetap traktir mie ayam, tapi itu lebih baik daripada di keluarga sendiri yang bila ada yang salah, justru memasang wajah ketus demi gengsi.

"Lah lu ngapain di sini?!" Rafael yang mengantri di sebelah Ria adalah orang pertama yang menegur, heran dengan kehadiran gadis itu yang hampir murung karena merasa di keluarganya bahkan tidak diajarkan apa itu dan bagaimana minta maaf.

"Aku bawa adikku. Ini terkait urusan pengakuran. Adikku kan kubu dari junior dari SMK Lentera Pusaka," begitu Ria menjawab dengan wajah tegas.

Rafael mengangguk paham, namun diam-diam resah, dan melirik Rully yang berbaris di barisan kelasnya, bahkan anak-anak Silver Cool lain memasang wajah cemas.

Tanpa diketahui kebanyakan orang-orang yang ada di sana, seseorang lain juga tengah mengamati gadis itu. Seseorang yang telah mengamati sejak Ria masuk antrian. Dialihkannya pandangan ke seorang lain di luar antrian yang duduk menunggu di pinggiran taman sana, merasa benci sekali begitu melihat seorang lain itu saling bertegur sapa dari kejauhan dengan Yuto.

Pengkhianat! Ia mendesis memandang wajah Lukman. Telah disusunnya rencana meski ketua tidak memberi perintah. Dan meski sudah dikatakan bahwa sang ketua sendiri yang akan menemui, namun ia tetap akan menemui si pencetus ide pengakuran.

Setelah semua antrian anak-anak kelas XII (yang hadir saja) selesai dan mereka masuk, barulah seseorang itu menyusul membeli tiket. Melempar kode dengan isyarat mata pada tiga siswi SMA Pelita Cempaka--yang rupanya bekerja sama buruk dengannya--untuk memulai aksi bersama.

“Anggi?" Ria menoleh saat salah satu dari siswi itu memanggilnya. Ria pun berusaha mengendalikan gugup, karena Anggi salah satu yang melihatnya saat Yuto menenangkannya disertai menggenggam tangan.

“Ada yang manggil elu,” kata Anggi dengan ketus, sebelum Ria bertanya 'ada apa'.

Ria mengerutkan kening. Ingin mengedarkan pandangan mencari Yuto dan adiknya--apakah adiknya sudah masuk, ia ingin menerangkan hubungan dengan Yuto sampai melibatkan Lukman sang adik meski tahu Anggi sudah bukan lagi pacar Yuto--tetapi Anggi tiba-tiba menariknya ke tempat yang sepi, menunjuk sebuah pohon yang paling besar diantara pohon-pohon yang lain.

Terlihat seseorang di balik pohon itu, hanya tampak sebagian punggung saja.

"Siapa?"

"Namanya Aulia. Dia udah lama suka sama elu. Minta tolong gua buat ketemu sama elu," jawab Anggi tanpa menghilangkan ketusnya yang tidak biasanya. Sambil menggenggam tangan Ria seolah takut gadis itu kabur, Anggi berseru pada si Aulia, "woy! Jangan pengecut! Tembak sekarang juga!"

Ria membulatkan mata, ingin beringsut, namun tangannya semakin erat digenggam bahkan hampir mencengkram. Meski memang tidak suka dengan hal-hal yang bernuansa romans karena menurutnya melenakan, namun ia juga sungguh tidak mengerti bagaimana menghadapi situasi romans, takut sekali bila ada lawan jenis yang menyukainya--oleh sebab itu bingung saat terpukau pada paras Yuto, tidak tahu memangnya setelah itu akan apa atau bagaimana, walau meyakini banyak orang bila di posisinya pasti ingin menjadi pacar Yuto, tetapi Ria bukan tidak ingin berpacaran dengan Yuto, bahkan memang sebelum kenal Rohis, memang tidak mengerti tentang perasaan merah muda meski pernah jatuh cinta.

Ria merutuk diri, kenapa pula kosakata 'berpacaran' mampir di benaknya. Namun bersyukur bila tadi berpikir bahwa Yuto diduga menganggapnya sebagai saudara. Kembali merutuk, namun pada seseorang di balik pohon itu, yang kemudian menampakkan diri dan mendekat. Dialihkannya pandangan pada Anggi karena ia tidak mengenal pemuda itu, tapi ternyata gadis berkuncir kuda itu mengulas senyum.

"Lu di sini, gua mau manggil anak-anak Silver Cool bahkan Poppy cs buat saksikan ini!" Anggi menepuk sebelah bahu Ria dengan tangan yang tadi hampir mencengkram gadis mungil itu.

Ria menganga, akan berbalik mengikuti gadis berkuncir kuda itu, tetapi satu lengannya dicengkram orang yang disebut menyukainya. Jantungnya mulai berdebar karena takut, ia benar-benar tidak mengenal pemuda ini.

"Gua ke sini, cuma mau bilang supaya lu berhati-hati dengan geng Tanduk Api!"

Ria tercekat oleh suara sayup-sayup itu. Bahkan ia tidak berani menoleh karena suara itu begitu dekat langsung dari mulut ke posisi pendengarannya. Memejamkan mata, kemudian menelan air ludah secara perlahan. Meyakini sosok yang dicurigai sebagai mata-mata dari Tanduk Api saat di dekat laut waktu itu, adalah sosok yang saat ini disebut Anggi menyukainya. "Kamu kerja sama dengan Anggi...???" tanyanya, sudah tenang dengan rasa takut yang terkendali.

"Iya. Bahkan dengan dua lainnya... salah satu dari mereka yang kasih tahu hari ini anak-anak kelas XII kalian akan ambil nilai renang. Kesempatan banget gua samperin lu. Adik lu udah cerita ke ketua kami, dan gua tau lu akan pertemukan lagi adik lu dengan Yuto!"

Ria yang tidak bergerak sejak satu lengannya dicengkram bahkan dibelenggu ke belakang punggung, merutuk adiknya di dalam hati. Kenapa si gantengnya Ibu itu harus cerita tentang hari ini?!

"Siapa lu sebenarnya sampai sok jagoan ngecetus ide pengakuran? Lu dekat ya sama si Yuto Jepang itu? Udah ngapain aja lu sama dia?"

Lihat selengkapnya