Sempat berusaha dihubungi nomor itu. Namun berulang kali menghubungi, nomor itu mengabaikan panggilannya. Terlintas dua yang lain, dihubungilah salah satunya.
Beruntung, Andrew tidak membuat mantan drummer-nya menunggu. Sempat terjadi saling hujat bernuansa lelucon, karena Yuto memanggil dengan sebutan 'Ndrew', namun didengar Andrew adalah 'Ndro'. Dikatakan oleh kembaran Andreas itu bahwa ia tidak bersama Glen, Martin bahkan Clara. Oleh suara Yuto yang terdengar seperti memburu, ditanyakanlah apa yang terjadi, dan Yuto pun menggamblangkan situasi yang telah terjadi.
"Serius lu?!" Andrew tidak percaya. Dan ia hanya mendengar jawaban yang sama dengan apa yang sebelumnya digamblangkan.
Mungkin sedang tepekur, tidak lagi terdengar suara dari seberang selama bilangan detik. Dan kemudian turut membantu untuk mencari dimana Clara.
Akan tetapi, setelah dihubungi pula Glen, bahkan Martin, gadis yang padahal tadi juga datang itu tidak ditemukan dan tidak bisa pula dihubungi. Diputuskan ke rumahnya. Dikatakan oleh salah satu asisten rumah tangga, bahwa Nona mereka belum kembali ke rumah.
Sepakat untuk datang lebih awal ke sekolah pada esoknya--yang untung saja tidak ada upacara bendera--namun mengerti ketika Martin tidak bisa ikut serta menemui.
Untung saja, gadis itu tidak sampai izin sekolah untuk menghindar. Akan tetapi, menyebalkannya kelasnya saat itu sedang tidak boleh diganggu. Situasi begitu panik oleh pekerjaan rumah yang mungkin sangat banyak.
Yuto bersama Glen dan Andrew tidak bisa memaksakan. Harus kembali ke kelas karena bel masuk kian menjelang. Namun Yuto benar-benar tidak bisa menitikfokuskan diri pada pelajaran yang sedang berlangsung, terlebih ketika sosok kaa-san turut memperkeruh batin. Ia pun izin ke toilet, tercenung sejenak tanpa buang air, namun sadar bahwa toilet bukan tempat untuk merenung. Ia lalu turun menuju masjid sekolah.
Terlihat beberapa anak Rohis di sana sedang solat duha, Yuto akan melakukan demikian, namun ke lantai atas masjid yang baru selesai dibangun. Tepekur sampai tertidur hingga bel istirahat berbunyi. Terbangun. Melangkah ke luar ruang solat untuk memandang dari atas, tidak sengaja tatapannya bertemu dengan salah satu anak Silver Cool yang bergerombol, teringat janji untuk memberikan penjelasan.
"Gua belum nemui Clara," kata Yuto begitu anak-anak Silver Cool mendatanginya ke lantai dua masjid.
Beberapa anak Silver Cool mendecis setelah Yuto mengatakan sebab tidak bisa Clara ditemui. Salah satu dari mereka lalu bilang, ada Anggi yang sebenarnya ingin ikut namun tidak berani menampakkan diri.
"Izinkan dia masuk, dia juga harus tau kalau gua gak main belakang dengan Ria!"
Gadis berkuncir kuda itu mengintip dari bawah tangga masjid setelah Rully bilang Yuto mengizinkan. Dengan takut-takut, ia menaiki tangga.
"Lu harus tau kalau semua ini bermula dari elu sendiri yang suruh dia hack gua," kata Yuto tanpa basa-basi pada sang mantan pacar. "Yang justru dari elu secara gak sengaja mempertemukan gua dengan gadis masa kecil gua!"
Orang-orang di lantai dua masjid itu terperanjat. Merasakan tarikan di wajah masing-masing, terlebih ketika Yuto mengatakan bahwa selama tiga tahun sebenarnya diam-diam tidak asing dengan wajah Ria.
Mereka kemudian menjadi orang-orang kedua yang mengetahui bahwa Ria dan Yuto adalah teman masa kecil, setelah Taka. Seketika membisu, begitu tahu bahwa Yuto berasal dari keluarga gengster yang hijrah.
"Kok Ria gak cerita ke kita?" Ibnu adalah sama dengan anak-anak lainnya yang tidak pernah menyangka atas apa yang dipaparkan Yuto. "Apa jangan-jangan kalian udah tunangan?"
"Kok nyambung ke situ?!" Rully menempeleng Ibnu dengan gurau. "Justru gua curiga, dia gak ada naksir-naksirnya sama cowok! Coba, masa' sepuluh tahun gak ketemu, janji dari Yut-tiang adalah kegiatan pengakuran? Jadian kek!"
"Kok Yut-tiang sih?" Yuto memprotes, namun diabaikan karena anak-anak Silver Cool itu malah berbicara dengan mereka-mereka sendiri.
Sementara Anggi, diam tercenung. Merasa malu, karena ternyata Ria dan Yuto sudah pernah bertemu sebelumnya, bahkan ayah Yuto mualaf melalui perantara kakeknya Ria.
"Tapi...," Rafael melirik Anggi sekejap, lalu menatap Yuto dengan wajah heran. "Clara bilang kalau kalian makan di pinggir jalan! Itu salah satu yang bikin mantan lu gak suka sama Ria."
"Clara?" suara Yuto lebih pada seperti menggumam.
"Clara liat dan denger Sugi samperin kamu nanyain hubungan kamu dengan Ria karena kalian makan di pinggir jalan. Clara bilang gitu ke aku," Anggi menjawab.
Yuto merutuk Sugi di dalam hati, tidak disadarinya bila momen itu Sugi melihatnya sedang makan kiwi cokelat beku dengan Ria, dan esoknya bertanya mengenai apa hubungannya dengan Ria sampai makan berdua di pinggir jalan, dengan suara yang bisa didengar oleh siapa pun kala itu. Jadi biangnya juga Sugi?
Yuto bertekad akan menemui si cengengesan itu. Ia terangkan saja pada wajah-wajah penasaran di sekelilingnya, tentang apa yang terjadi sebelum makan kiwi cokelat beku dengan Ria waktu itu.
"Ya, kalau gua di posisi Anggi sih gua cemburu, karena sang pujaan ketemu teman masa kecil... Haha!" Rully mengusap wajahnya sesaat, sebelum melanjutkan, "apalagi lu kasih Ria hp! Buat apa coba? Wajar dong kalian dicurigai?"
"Dia gak ada hp. Sementara kita harus komunikasi demi kegiatan pengakuran," jawaban lain yang tidak bisa Yuto ungkapkan lainnya, yakni juga ingin bicara dengan sang gadis masa kecil untuk melepas rindu, karena mengira Ria si Muka Datar mungkin sudah alami banyak hal sampai mendapat julukan 'si Muka Datar'--yang pendiam, mungkin dengan tulisan bisa cerewet seperti sepuluh tahun yang lalu--atau mungkin ada sesuatu yang bisa diceritakan supaya gadis itu ria kembali. Tentu Yuto tidak paparkan begitu, meski nyatanya Ria tetap tidak cerewet melalui sms.
"Nah, apa lu masih ngarep sama Yut-tiang? Lo kan dah tau gimana fakta keluarganya!" Rully menatap sinis Anggi.
"Ria aja temenan sama dia, apalagi mantannya!" Rafael menepuk Rully.
"Anak itu kan emang polos. Liat aja, sama Kiki oke, sama siapa aja oke. Wong kita cowok semua aja oke sama dia! Dia mah bukan anak alim! Polos stadium lanjut--eh gak nyangka mantan anak silat!" ucapan masygul Nana menuai tawa lainnya.
Diam-diam Yuto menemukan sesuatu yang makin diyakininya tentang gadis masa kecilnya atas apa yang Nana katakan tadi. Mungkin memang Ria kelaki-lakian, namun ternyata berteman dengan anak-anak Silver Cool karena gadis itu sangat polos tidak memandang siapa yang menjadi teman. Tersenyum kecil atas si pemilik sepasang lesung pipit, teringin menanyakan bagaimana kondisi gadis masa kecilnya itu saat ini, namun urung karena keberadaan Anggi.
Padahal, gadis berkuncir kuda itu merasa sudah lebih baik. Tidak bisa menolak betapa manisnya hubungan Ria dan Yuto meski hanya berteman. Mengerti untuk merelakan sang mantan tidak lagi menjadi miliknya, meyakini senyum kecil yang tertangkap matanya barusan adalah penanda mantan pacarnya menyukai sang gadis masa kecil, semakin yakin saat mengingat Yuto mencegah Ria membalas Yongki--sampai memegang tangan mungil itu bahkan bicara dan memandang begitu lembut.
"Kalau begitu, gua akan ajak Najma dan Clara buat minta maaf ke Ria."