Rupa wajah masamnya terpudarkan ketika mendengar gadis itu dicelakai si tubuh giant. Pada jam ishoma (istirahat-sholat-makan) di kegiatan pengakuran pertama, Yuto membuntutinya ke toilet demi mengatakan itu.
"Gua gak ada suruh Yongki serang anak itu!"
"Trus kenapa Yongki bilang 'apa yang udah lu rencanain dengan gua dan mantan ketua Taring Bandit' ke Ria? Yang tau keterlibatan Taka cuma elu!"
"EH! Gua cuma nelpon Yongki kalau tawuran diundur! Gua emang sebutin nama-nama kalian, tapi gua gak ada kerja sama dengan si Hiu!"
"Iya, tapi Yongki nyerang Ria. Padahal lu tau sendiri badannya dan badan Ria!"
Sugi yang sengaja membuntuti untuk mencegah bilamana terjadi perkelahian, menegur untuk keluar dan kembali ke aula. Luky dan Yuto menurut, namun di hari-hari setelahnya Luky menemui Lukman untuk memastikan.
"Kenapa lu gak bilang? Gua gak ada kerja sama dengan Yongki buat celakai kakak elu!" keluh Luky, kecewa karena Lukman ternyata tahu namun tidak bilang apa-apa.
"Gua kira abang sama Yongki emang sengaja kerja sama buat serang kak Ria..."
Luky tercenung mendengar itu, merasa secara tidak langsung memang telah mengadu si Hiu dengan si CengGo!
Dan ketercenungannya kian mendalam ketika Lukman kemudian menceritakan apa yang terjadi setelah penyerangan sang kakak, bahwa anak-anak dua kelas akan balas dendam ke markas Yongki, namun digagalkan oleh serangan orang-orang yang tidak dikenal. Seketika Luky teringat ucapan Yongki bahwa si Hiu itu memiliki orang-orang 'kubu'-nya di luar sekolah. Ia pun memberi peringatan pada seluruh anggota geng setelah memerintahkan berkumpul di markas, supaya berhati-hati atas dugaan mafia yang menaungi geng BangBang.
Masih pekat rasa waspada Luky oleh dugaannya dan tebersit akan menemui Yuto untuk memastikan, Aulia justru datang membawa laporan yang mengejutkan terkait Lukman yang diduga berkhianat.
Luky terkejut, namun diam-diam menempuh pandangan lain terhadap apa yang dilakukan Lukman bersama Ria sang kakak dan tiga lainnya para penyusun kegiatan pengakuran. Kepada Aulia, ia bersikap sok garang bilang akan menyusun perhitungan dengan Lukman.
Dan benar, ia mendengarkan penjelasan itu tanpa ia datangi.
"Mereka nanya apa abang dan Yongki kerja sama... ya gua bilang seperti yang pernah abang bilang waktu abang marah karena gua diam aja tau itu. Tapi gua gak dibujuk macam-macam untuk Tanduk Api..."
Luky berusaha mempercayai itu. Bisa dirasakannya kecewa dari Lukman yang diakibatkan kecerobohannya yang secara tidak langsung melukai kakak juniornya itu, seakan-akan justru ia yang telah berbuat khianat. Serta merta terbayang dirinya bilamana memiliki saudara kandung yang dilukai.
Dan memang pernah memiliki saudara kandung, namun menyusul kematian Ibu karena Bapak akan mengambil rapor SD-nya namun tidak membawa adik yang masih bayi--dengan alasan malu laki-laki membawa bayi dengan anggapan itu adalah pekerjaan perempuan. Adiknya ditemukan tergeletak bukan di kasur saat Luky dan Bapaknya pulang, dibawa ke rumah sakit namun ternyata telah meninggal dunia setelah menelan sesuatu yang menghambat pernapasan.
Luky yang memang tidak suka dengan Bapaknya yang pemarah dan tukang menuduh itu, semakin tidak suka karena tidak seharusnya meninggalkan adik perempuannya. Ya, adiknya perempuan, maka ia mengerti perasaan Lukman ketika saudarinya dicelakai, meski sering ia dengar bahwa kakaknya itu menyebalkan menyuruhnya keluar dari geng.
Bertandang ke Ancol, Luky tidak ada maksud akan memperingatkan Ria. Namun ia tidak akan bersembunyi ketika memang sosoknya terlihat. Ke sana pun karena Najma meminta berkencan. Namun, tidak disangkanya, Aulia berada di Ancol juga dan melakukan hal celaka sebagaimana Yongki.
Diinterogasinya Aulia setelah Ria menunjuknya dengan sebutan 'binatang'. Bukan, bukan karena tersinggung, namun karena turut merasa perih atas tatapan dan gematar suara itu. Dan ternyata, Aulia bekerja sama dengan tiga siswi SMA Pelita Cempaka sendiri.
Sebuah bogem tidak terbendung. Luky mewajarkan Ria begitu membara dengan wajah merah padam menunjuk dan menyerapahinya, padahal sebelumnya gadis itu tidak pernah mencela sekali pun.
Diizinkannya Lukman melakukan hal yang sama meski Aulia adalah senior. Luky termenung melihat amarah Lukman diiringi air mata. Tersadar akan surga yang retak yang pernah Lukman ceritakan tentang mengapa ikut geng, teringat Seno yang pernah bilang bahwa Ria 'terinspirasi' dari sang ayah.
“Ya tapi gak gitu juga kali, Ky. Lu udah bikin keputusan secara sepihak! Tanpa ada diskusi dengan kita!"
Luky mengerti penolakan Seno sang tangan kanan yang pagi itu menghampiri setelah bel istirahat berbunyi. Diceritakannya tentang apa yang sudah ia lakukan atau katakan pada Ria dan lainnya kemarin di SMA Pelita Cempaka.
"Lu gak lagi suka kan sama kakaknya Lukman?"
"Suka apa maksud lu...???"
"Najma aja lu putusin!"
"Eh, lu mau ada di posisi gua? Di depan gua dia sok manis, eh taunya apa?! Hah?! Dan lagi, coba lu mikir, Ria itu boncel, diserang Paus eh Hiu kayak gitu! Kita tuh bukan geng banci yang nyerang cewek!"
Seno bisa mengerti terkait Najma, namun tidak untuk wujud permintaan maaf yang sangat berisiko terhadap geng Tanduk Api. "Yang nyerang itu Yongki! Bukan kita!"
"Tapi secara gak sengaja, gua turut andil! Ditambah Aulia nyerang pula!"
Napas Seno tertahan, hal itu tidak bisa dipungkirinya juga. Ia merutuk tindakan bodoh Aulia. "Tapi anggota Tanduk Api pasti gak akan nerima gitu aja!"
"Kita gak akan memaksakan, tapi gua yakin mereka akan mengerti. Emangnya lu lupa dengan anak-anak paskibra SMA Pelita Cempaka dicelakai orang-orangnya Yongki? Bahkan orang-orang itu--entah orang yang sama dengan yang nyerang anak-anak paskibra--juga nyerang anak-anak dua kelas yang mau ke markas Yongki!"
Seno tersentak, dua kasus itu pernah dibahas.
"Dan, apa gak aneh, Yuto ajak untuk jalani kegiatan pengakuran antar geng, sementara geng dia udah bubar, dan di kegiatan yang pertama gak ada kubu Yongki, kan? Ya, meski tiap rapat, selalu anak-anak SMA Pelita Cempaka bilang akan ajak kubu Yongki!"
"Jadi, maksud lu... lu sasar geng Yongki...??? Dan akan ungkap apakah benar dia dinaungi mafia apa nggak?"