Kiwi Berlumuran Cokelat Beku

Gia Oro
Chapter #35

Malam Festival

Sumpah serapah. Kata-kata umpatan.

Kata-kata kutukan.

Demikianlah yang terlontar dari lisan ketika mengetahui kubu Taring Bandit turut mengawasi kegiatan pengakuran yang pertama. Beberapa anggota kubu BangBang yang 'bertugas', urung sudah memasuki hotel kala itu.

Pemantauan terus berlanjut. Baik di sekolah, maupun saat dua kubu yang menjalani kegiatan pengakuran sedang mendulang rupiah. Dan tentu saja, ia dan kubunya akan selalu menolak bila diajak untuk ikut serta.

Ia menertawakan para pencari dana yang semakin menggelap kulit mereka, padahal kulitnya sendiri sudah rusak oleh arak yang sering ditenggak. Tidak bisa ia menahan diri untuk tidak merutuk atas begitu gencarnya mereka dalam mendulang rupiah, meski pihak sekolah sudah mengucurkan dana dan pihak OSIS pun turut membantu.

Sesuatu yang lebih menarik dari salah satu anak buahnya yang melapor, ialah si pencetus kegiatan pengakuran telah terlibat perkelahian dengan salah satu anggota Tanduk Api yang tidak setuju dengan kegiatan pengakuran. Derai tawa tidak terbendung, sebab meyakini kesia-siaan para penggiat kegiatan pengakuran.

Namun hal itu hanya berlangsung beberapa saat, hingga diterimanya lagi kabar bahwa ketua Tanduk Api tanpa bersama beberapa anggota geng dan anak-anak OSIS yang biasanya datang untuk rapat, hanya berdua dengan seorang yang berperban pada wajahnya.

"Kayaknya bekerja sama dengan anak-anak Silver Cool dan satu lagi--si Monas Padang, mereka ngelilingin Najma ceweknya Luky. Diomelin tuh cewek yang ternyata dalang perkelahian Ria dan anak Tanduk Api di Ancol. Abis tu, anak yang mukanya diperban yang ternyata yang ngajak berantem Ria, dipanggil, sama mantannya Yuto juga. Abis tu Ria sama Poppy dua lainnya datang. Trus si Luky nyuruh pacarnya, Anggi dan anak yang mukanya diperban buat minta maaf. Gak ditanggepin sama Ria, sama Luky dideketin dan bilang bakal sungguh-sungguh jalani kegiatan pengakuran."

Seketika, rupa bulat itu membelalak geram. Seakan-akan berasap sepasang telinganya, merasa 'terkhianati'.

Suasana hati kian mengeruh ketika akun media sosialnya dan seluruh anggota gengnya dimasukkan ke dalam grup yang dipenuhi foto-foto kegiatan pengakuran yang telah dilakukan, dan tentu saja dianggotakan para anak OSIS--bahkan Rohis--kedua sekolah, para anggota Tanduk Api (kecuali para junior) dan tentu saja para mantan anggota geng Bullet. Apalagi ketika melihat beberapa foto dari grup itu dipajang di majalah dinding sekolah, semakin membuncah rasa dongkolnya yang seakan-akan hampir menanjak ke ubun-ubun bila tidak seseorang menelponnya pada jam istirahat saat ini.

"Seharusnya lu gak boleh jengki (diplesetkan dari kata jengkel) gitulah, YongYong!" tergelak suara gadis di seberang sambungan. 

"Iya, sama kayak lu gak seharusnya bete karena gagal deketin Marius!" 

"Eih, gua gak bete dong. Emang, gue pengen tau kabar pujaan gua dengan deketin Marius. Tapi gue juga gak terima kalau pujaan gua terkotori oleh tangan cewek gak tau diri itu! Makanya gua juga harus deketin anak bau kencur itu buat serang kakaknya!" 

"Ahaha! Apa lo bilang? 'Terkotori'? Emang dia sengaja ngotorin kali'!"

Terdengar decak dari gadis seberang sambungan. "Eh, aturan lo seneng gua juga bisa bantuin lu kalau-kalau gua dapat info!"

"Makasih banyak buat lu, Tel. Gua pasti bakal kasih penghargaan buat elu. Tapi dia belum tentu kasih penghargaan ke elu! Ahaha!"

Si gadis mengumpati si penerima panggilan masuknya yang rupanya Yongki itu.

"Elu emang berambisi banget ya begitu tau pujaan lu megang tangan anak cebol itu di depan umum!"

Kali ini gadis di seberang sambungan tidak terdengar suara. Mungkin sedang menahan geram karena dipanas-panasi terkait kelas yang terporak-porana, sudah ditebak oleh si tambun yang ditelponnya saat ini.

"Tel? Tela? STELLA!!!" Yongki tidak perlu khawatir bila satu kelas mendengarnya, toh ia telah mengancam salah seorang di kelas untuk berjaga-jaga di depan kelas bilamana guru akan masuk dan mendapati ada siswa membawa ponsel. 

"Eh, harusnya lu nyadar pihak Tanduk Api udah kerja sama dengan kubu pujaan gua, itu bisa jadi ancaman buat organisasi!"

"Ya gua paham. Emang harusnya kita patahin tanduk mereka dan bikin api mereka padam! Maka tidak ada lagi Tanduk Api! Haha!" Kali ini Yongki berkata sinis, tidak lagi menertawakan lawan bicaranya.

"Itu lu juga harus terjun ke kegiatan pengakuran ketiga!"

"Maksud lo apa? Hah?!" Ada kesan terkejut dan tidak terima dari Yongki saat berkata seperti ini.

"Gua nelpon lu mau usulin begitu!"

"Lo mau ngatur gua? Karena lu merasa akan berjasa udah dapetin anak bau kencur?"

"Eh, lu gak mikir itu sebagai ide gua yang brilian apa? Atau lu emang mau panglima pretelin badan lu kalau sampai kita kalah cepat sama mereka?!"

Tersadar, Yongki membenarkan dalam diam. Ia bahkan sudah terlewat beberapa langkah.

Lihat selengkapnya