Balasan yang memang jauh di atas kata setimpal. Cukup mengocok perut mereka yang berada di balik pembaruan-pembaruan status berupa foto-foto tercela itu.
“Ini belum apa-apa kalau mereka masih meneruskan kegiatan sampah itu!"
“Dan ini seharusnya jadi kesempatan gua buat nengokin si gingsul gua!"
Seringai kemenangan berganti tatapan menyipit. “Ngimpi lo, Tel! Kayak bakal nerima lo aja! Lo udah bikin hati si cebolnya sakit─adiknya lo cipokin... Hahaha!”
Benar! Memang mereka yang telah menyebarkan foto-foto yang tidak pantas disantap oleh pandangan segala usia itu. Tiada lagi dan tiada bukan, tentu mereka yang tidak menyukai kegiatan pengakuran dilakukan.
Bukan tanpa sesuatu yang tidak direncanakan saat Yongki menemui Sugi meski akhirnya Yuto juga yang berhadapan dengannya. Menyatakan kesediaan ikut serta. Menghubungi si Indo untuk memulai 'permainan' yang sekaligus ingin membuktikan apa yang menjadi kekhawatiran si Indo terhadap 'si cewek tak tahu diri'.
Menjelang drama itu, diperintahkannya para anggota untuk membentang berjaga-jaga bilamana menjadi sasaran Yuto atau para mantan anak buah Yuto, karena Yongki meyakini Yuto pasti tahu apa yang sedang berlangsung.
Dan, Stella tidak bisa menahan gelak atas diketahuinya ternyata 'si cewek tidak tahu diri' memarahi pujaannya--meski sempat terkejut karena 'cewek tak tahu diri' itu rupanya meretas akun Yuto dan menemukan profil si Indo--merasa bahwa gadis itu terlalu kampungan 'tidak tersentuh globalisasi', sebab sang adik dikecup saja marah, bagaimanalah dengan si kakak yang ternyata memang masih gadis. Hal itu menandakan memang tidak ada hubungan istimewa dengan lelaki mana pun termasuk Yuto sang pujaan. Merasa yakin bisa membuat Yuto kembali padanya, ia meminta salah seorang rekan sesama di bawah naungan Johnny, untuk melakukan peretasan terhadap akun gadis 'tidak tahu diri itu'.
Akan tetapi, Yongki menawarkan untuk meretas akun Ayyub, sebab sudah diketahuinya kedekatan Yuto dengan anak Lentera Pusaka itu yang kerap saling berkomentar di grup pengakuran. Stella tidak menolak, karena yang demikian bisa mengakibatkan tidak hanya kegiatan pengakuran yang akan bubar namun juga hubungan dengan pihak Lentera Pusaka akan pupus.
"Tapi biar gimana, gua gak kebayang gimana down-nya pujaan gua saat ini. Kayaknya gua harus hibur dia!"
"Lo pikir dia bakal nerima lu? Lu aja pihak gua! Yang ada justru lu disamperin buat ditagih siapa yang udah nge-hack akun Ayyub! Belum lagi lu cipokin adeknya si cebol! Bisa dikremasi seketika lu sama dia! Hahha!"
Stella mendecis melihat Yongki terpingkal-pingkal. Tetapi sedang tidak berselera untuk menendang kaki kursi si Hiu itu. Alih-alih membalas, ia membuang muka ke perjudian yang sedang berlangsung.
Malam itu perjudian milik Johnny sang panglima ditandangi setelah pujian diterima atas 'pembalasan' yang telah dilakukan terhadap para penggiat kegiatan pengakuran. Menghibur diri setelah sebelumnya panik akan keberadaan organisasi yang akan terkuak, suara umpatan dari beberapa peserta judi yang kalah memenuhi ruangan, diiringi sorak sorai kemenangan bagi peserta yang menang; terasa semua kata-kata itu indah di telinga mereka. Minim cahaya, tapi cukup bila sekadar memandang wajah para pemain judi dan alat-alat perjudian. Sesekali si Hiu dan si Indo diam melirik sesiapa yang menang dan kalah, lalu kembali melanjutkan topik.
"Trus, yang namanya Najma dan Clara minta maaf sama cewek gak tahu diri itu?" Stella tentu tahu perihal itu, sebab tiap pemantauan para anggota BangBang yang melapor pada sang ketua, Yongki sang ketua kerap meneruskan pada orang-orang organisasi untuk siap siaga.
"Ngapain lu pikirin dua betina itu? Bukan urusan kita. Yang penting lu dah lega kalau si cebol dan pujaan lo bisa bakal jadi musuhan! Apalagi dengan tersebarnya foto-foto aib itu, pasti semua bakal benci pujaan lo! Dan berkuranglah saingan lo meski dia gak bakal nerima lo. Ahahaa!"
Stella memandang heran Yongki, padahal sebelumnya ia diejek akan dikremasi, lalu kemudian seperti didukung untuk mendapatkan Yuto kembali, lalu diejek kembali. Tidak balas mengejek, ia merasa memiliki kalimat yang tepat untuk membalas ke-tidak-konsisten-an si Hiu. "Lu aturan ketawanya ntar! Lu kira lu kita bisa aman karena ternyata Marius dan Lukman dah temenan?!"
Benar saja, roman itu berganti menjadi geram. Dan Stella menikmati itu, merasa berhasil telah mempermainkan. "Jadi...???"
"Aturan waktu gua bilang di gym ada dua anak SMP itu, lu langsung cecar si Marius! Dia taruhan demi dapetin gua, gak aneh tuh?! Udah lu samperin belum? Jangan ngandelin gua doang. Bisa curiga mereka kalau gua kepoin mereka terus!"
Yongki menyipitkan mata, seakan-akan tawanya barusan tidak ada. "Sengaja gak gua samperin. Gua mau ikutin apa yang udah lu dapetin dari mereka--pengen ikuti perkembangan dari penggiat pengakuran melalui... ah, tapi kalau udah kayak gini..."
Stella menahan tawa atas decisan frustasi Yongki yang berusaha tetap tenang. Dan si Hiu menyadari itu.
"Lu mempermainkan gua ya?! Lu gak sadar, yang jadi sasaran bukan geng gua aja, tapi organisasi termasuk elu!"
"Iya-iya-iya... hihi!!! Sori. Makanya jangan ejek orang! Udah ngeledek gua, lu dukung gua, eh ejek lagi. Plin plan lu! Mana mau panglima bakal kasih 'bagian' ke elu! Tapi gua ngomong serius, dan kita harus serius. Lu harus setidaknya kirim siapa kek buat mata-matai Marius! Dia bisa aja udah kemakan omongan sepupu tirinya buat baikan sama anak bau kencur itu! Dan, gua juga kesel, sejak pacaran, tuh anak bau kencur jadi sering ceritain kakaknya yang marah liat gua cipokin adeknya. Haha. Kan gua jijik!"
"Lo sabar. Gua yakin, kalau kita berhasil, kita pasti bakal dapat posisi yang bagus di organisasi! Uang pasti akan lebih banyak dan lebih ngalir!"
“Otak lu kalau gak cewek, ya uang..."
“Tiap orang begitu, b*go! Kayak lu gak mikirin cowok aja! Lagian lu yang mulai duluan ngomong 'bagian'!" Yongki mencibir saat menyebut kata terakhir.
“Tapi cewek suka ke cowok, itu beda cowok suka ke cewek!”
"Sok alim lu!" ejek Yongki kali ini ditanggapi tawa oleh Stella.
Ponsel salah satu mereka bergetar. Yongki menerima panggilan masuk, tidak mengindahkan wajah penasaran Stella. Ia mendengarkan seberang sambungan. Sesekali mengerutkan wajah. Kemudian berseru "Hah?!" dengan roman terkejut. Tak lama setelah sambungan ditutup, ia tercengang sendiri.
"Kenapa, Yong?"