Prolog
Perasaan itu tidak salah. Hanya situasi dan keadaan yang tidak tepat. Jadi, nikmati saja segala yang terjadi. Suka dan dukanya. Manisnya bisa dikenang pahitnya bisa sebagai pembelajaran di kemudian hari.
Malam semakin sunyi. Suara kendaraan yang lewat di jalan depan rumah hanya sesekali terdengar dengan selisih waktu cukup lama. Gadis dengan rambut diikat asal itu menghentikan aktivitas menulisnya. Ia menutup laptop berwarna silver dan membiarkannya tergeletak di sebuah meja kayu tepat dibagian bawah jendela kamar.
Ehem. Ia berdeham sebentar. Sepertinya tenggorokannya kurang air. Sakit seperti tertusuk duri kecil. Gadis berpiyama motif kucing itu memutuskan untuk keluar kamar. Mengambil segelas air putih hangat yang bisa meredakan sakitnya. Dengan gerakan pelan ia mengangkat termos besar yang letaknya berada di pojok meja yang terbuat dari kayu jati. “Duh susah lagi.” Ia bergumam sendiri. Wajar saja tubuhnya yang memang pendek, ia sedikit kesulitan mengambil benda tersebut.
“Mau dibantu Kal?”
Gadis bernama Kalila itu langsung membalikkan badan mendengar namanya disebut. Ia mengerjap heran. “Eh kakak. Belum tidur?” Ia tersenyum sekilas lalu buru-buru menghilangkannya.