Matahari bersinar cukup terik. Membuat sebagian orang lebih memilih berdiam diri di dalam rumah. Menikmati makan siang dengan menu Sunda, tidak ketinggalan sambal merah beserta temannya, yaitu lalapan. Setelah itu, mengistirahatkan tubuh sembari menonton televisi rasanya nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan.
Seluruh anggota KKN baru saja selesai menyantap makan siang. Hari yang bertubuh gempal terlihat kekenyangan. Rizki hendak menyalakan sebatang rokok yang ia pegang. Ayu dengan rajin mengangkat piring-piring kotor lalu membawanya ke belakang untuk ia cuci. Sheila mengikuti mahasiswi berparas Jawa tersebut.
“Duh, Kal sumpah ini enak banget sih tiap masakan lo.” Hari mengacungkan dua jempolnya ke hadapan gadis yang mengenakan kaos berwarna hitam bertuliskan Life is my choice.
Kalila tersenyum. “Alhamdulillah kalau lidah kalian cocok.”
Siang ini Kalila membuat masakan khas Sunda. Ayam goreng dan tahu bandung, juga nasi tutug oncom. Tentunya ditambah sambal dan lalapan. Bagaimana tidak menggiurkan. Semua perut pasti akan menerima, apalagi makan di waktu jam siang ketika tenaga sudah terbuang sebagian.
“Neisya, kalau mau punya pacar harus bisa masak dulu,” ujar Fadhil tiba-tiba. Ia terkekeh begitu melihat ekspresi muka gadis itu berubah cemberut.
“Gampang kok masak. Nanti gue ajarin.” Kalila ikut berkomentar.
Topan dan Fadhil yang memang sudah mengenal Neisya tak dapat menahan tawa. Mereka terbahak sembari menepuk paha mereka sendiri. Sudah bukan rahasia lagi jika Neisya Ziu Simatupang tidak bisa memasak. Kelemahannya itu diketahui banyak orang ketika fakultasnya mengadakan acara bersama. Waktu itu Neisya bertugas untuk memasak telur, namun telur gorengnya tersebut malah gosong karena kelamaan ia balik. Akhirnya semua mahasiswa dan mahasiswi yang mendengar kejadian itu selalu menjadikan peristiwa konyol tersebut sebagai bahan lawakan.
Satu persatu mereka bangun. Khairil langsung menarik sarung dan kopiah untuk bergegas shalat ke masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah bu hajah Rumana. Fadhil, Topan, Hari, Fachri juga Rizki turut menghentikan aktivitasnya, menyusul sang ketua untuk ikut shalat berjamaah. Dari arah dapur Aini keluar lalu hendak masuk menuju kamar mahasiswi. Wajahnya sudah basah terkena air wudhu. Kalila berdiri, ia ingin mengikuti gadis shalehah itu untuk mengerjakan shalat tepat waktu. Gadis tomboy itu berjalan melewati Neisya yang masih duduk. Spontan perempuan berdarah Batak itu ikut berdiri. Ia mencegat Kalila. Kalila terperanjat.
“Lo beneran mau ajarin gue masak?” tanyanya masih dengan ekspresi jutek.
Kalila sedikit mendongak, menatap perempuan yang tingginya di atas dirinya. Gadis berambut curly itu memang terlalu tinggi, atau ia yang memang terlampau mungil. “Menurut lo, gue bercanda nggak.” Kalila tersenyum kecil.
“Oke, gue tunggu waktunya.”
***
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Aini terburu-buru mengambil Al-Qur’an kecil yang berada di lemari buku milik bu hajah. Begitu juga Risma, mahasiswi yang memiliki wajah seperti bule. Dari arah kamar berturut-turut keluar Ayu, Sheila, Neisya, Indah yang terakhir Kalila. Mereka bertujuh sudah rapi dengan pakaian sopan tentunya ditutupi lagi almamater tercinta berwarna maroon, tak ketinggalan siang ini mereka terlihat berbeda dengan hijab menutupi bagian kepala gadis-gadis tersebut.
Ketujuh mahasiswi itu keluar dari rumah dengan cat dinding yang dominan berwarna putih. Indah yang berbadan lebih berisi tampak menyalakan motor matic berwarna ungu, tak lama kemudian bu hajah duduk di belakang mahasiswi yang selalu tampil dengan style mencolok.
Motor yang lainnya yaitu Kalila yang dibonceng oleh Sheila, gadis super kurus bak model internasional. Satu lagi, Neisya yang dibonceng oleh Ayu. Sementara Risma bersama teman akrabnya yaitu Aini.
Ketiga kendaraan matic itu berjalan satu persatu menuju masjid desa yang berada di sisi kiri jalan utama. Sebenarnya jalan kaki pun bisa, karena lokasi masjid yang akan mereka tuju cukup dekat. Sayangnya hari ini adalah pengajian rutin bulanan dari majlis taklim bu hajah Rumana. Tambahan lagi, siang ini juga bu hajah akan memperkenalkan semua mahasiswi yang sedang KKN itu pada majlis taklim bimbingannya. Jadi rasanya tidak baik, jika tamu datang terlambat.
Sesampainya di lokasi, bu hajah pun meminta semua mahasisiwi untuk memperkenalkan diri juga tentunya meminta Aini untuk membacakan ayat suci sebelum memulai pengajian rutin bulanan.