KKN

ine dwi syamsudin
Chapter #13

DAY 12

Aini berdiri tepat di sebelah whiteboard berukuran kecil yang tergantung di dinding. Ia mengetuk-ngetukkan spidol pada tulisan berbahasa Arab yang tertulis pada papan berwarna putih tersebut. “Ayo ulangi adik-adik. La taghdob walakal jannah.” Gadis itu berbicara cukup kencang.

Beberapa anak kecil berbusana muslim yang duduk tepat di belakang lekar mengulangi ucapan kakak mahasiswi yang berdiri di hadapan mereka. “La taghdob walakal jannah.” Suara nyaring bocah-bocah itu tak kalah kencang dengan suara Aini.

Aini tersenyum puas. Ia kali ini menunjukkan spidol tersebut ke arah tulisan berbahasa Indonesia. “Jadi ini ya artinya adik-adik. Janganlah kamu marah, maka bagimu surga.”

Lagi-lagi murid TPA juga mengulangi ucapan sang guru muda yang tengah mengajari mereka. “Janganlah kamu marah, maka bagimu surga.”

“Baik adik-adik. Silahkan kalian catat nanti hafalkan ya.” Aini menutup pelajaran kemudian berpindah posisi. Ia duduk di salah satu tempat yang sudah disediakan. Ia mengajari seorang anak yang lebih memilih untuk membaca Al Qur’an terlebih dahulu dari pada menulis hadist.

Sementara Aini dan Khairil sibuk menjadi guru bantu di TPA Al-Furqan, beberapa mahasiswi dan mahasiswa yang belum berani mengajar anak-anak mereka memilih untuk mengajak bermain murid dengan games yang menyenangkan. Sore itu Neisya, Sheila, Kalila, Fachri dan Topan mengikuti kegiatan mengunjungi TPA. Sedangkan yang lain sengaja menjaga rumah KKN agar tidak sampai kejadian kehilangan motor ataupun barang berharga lainnya.

Fachri dan Topan mengajak anak-anak bermain tapak gunung, beberapa bocah yang mayoritas anak laki-laki itu terlihat melempar kepingan batu kemudian melompat dengan satu kaki. Sementara itu, tim mahasiswi Neisya, Kalila dan Sheila mengajak anak-anak mengikuti permainan kucing tikus. Mereka saling berpegangan tangan dengan erat untuk menangkap kucing dan meloloskan tikus.

Sore itu terasa ramai dan menyenangkan. Meriahnya tawa murid TPA Al-Furqan yang berjumlah puluhan benar-benar membuat hati terasa gembira. Suasana hangat desa yang sudah jarang ditemui di perkotaan terasa menyentuh hati.

Tidak terasa, matahari pun sudah hampir menghilang di langit bagian barat. Warna senja kemerahan melukis langit sore menjelang malam. Burung-burung juga sudah kembali ke sangkarnya. Seiring dengan satu persatu murid TPA yang juga kembali pulang ke rumah usai mengaji.

Kalila menarik lengan gadis dengan kulit putih mulus tersebut. Perempuan berdarah Batak itu menatap Kalila heran. Sebelah alisnya terangkat.

“Maaf ya Neisya soal kemarin. Gue betul-betul belum bisa mengendalikan emosi.”

Lihat selengkapnya