KKN

ine dwi syamsudin
Chapter #15

DAY 14

Bau pedas menyeruak ke rongga hidung, membuat perut seketika berbunyi menandakan lapar. Hari dengan cepat menaruh sapu lidi yang tadi ia pegang. Tubuhnya yang gempal bergerak seirama dengan langkahnya yang besar. Ia mengikuti arah wangi nasi goreng yang sedang dimasak. “Duh enak tenan.” Hari menarik napas kuat-kuat mengambil aroma makanan yang sedang Kalila masak.

“Terimakasih Hari. Sudah lapar ya lo?” Kalila mengaduk-aduk nasi yang kini berwarna sedikit kemerahan. “Sebentar ya gue taro di piring dulu.” Setelah dirasa cukup, Kalila mematikan kompor. Ia lantas langsung memindahkan nasi tersebut ke dalam wadah berukuran lumayan besar. Ya, maklum saja untuk ukuran 14 porsi. “Nah selesai.” Gadis itu tersenyum puas begitu berhasil memasak dengan porsi banyak.

“Wah, sini gue bawain ke depan.” Hari dengan cepat membawa wadah berisi nasi goreng tersebut ke ruangan tempat biasa mereka berkumpul untuk makan. “Sekalian Har tolong bawain nih piring sendok ya.” Teriak Kalila dari dapur karena mahasiswa bertubuh super gemuk itu sudah menjauh dari dapur.

“Siap Kal!” jawab Hari yang tak kalah nyaring dari suara gadis itu.

“Yuk makan. Rugi nanti. Buatan chef terdabest dah.” Hari memanas-manasi. Dengan tidak sabar, lelaki itu menyendok tiga centong nasi ke piring, juga menaburkan kerupuk di atasnya. Setelah membaca basmalah, ia langsung melahap.

Melihat Hari yang makan dengan enaknya, membuat semua mahasiswa dan mahasiswi KKN menghentikan aktivitasnya. Mereka semua lantas berkumpul ikut meriung makan bersama. Namun hanya Neisya Ziu yang tampak ogah-ogahan. Ia masih saja membolak-balikkan channel televisi untuk mencari tontonan pagi yang asik.

“Neisya, sarapan dulu yuk,” ajak Indah sembari menyodorkan piring.

“Makan dulu aja sih. Aku nggak laper!” jawab Neisya dengan nada ketus.

Khairil menghela napas, lalu menoleh menatap mahasiswi berambut kuning tersebut. “Makan dulu Neisya. Kalau kamu sakit kakak sedih nanti.” Lagi-lagi Khairil tersenyum manis. Tatapan hangat itu berhasil membuat Neisya luluh.

Neisya tersenyum sekilas, kemudian buru-buru menghampiri Khairil. Ia ikut duduk di sebelahnya. Meskipun dengan makan masakan Kalila, tapi tidak apa jika ia berhasil dibujuk oleh Khairil. Ia mencuri pandang, memerhatikan secara detail wajah ala Arab itu. “Ya Tuhan, inikah jatuh cinta,” ucap Neisya dalam hati.

“Rasa apakah ini ya Tuhan? Apakah aku cemburu?” di sisi lain Kalila menunduk dengan berucap dalam hati.

 

Lihat selengkapnya