Rizki menyapu halaman. Mengumpulkan sampah daun yang basah tertiup angin bekas hujan deras kemarin sore. Perlahan tapi pasti, halaman luas rumah Bu Hajah Rumana kembali rapi dan bersih.
Kalila sudah bersiap dengan tas punggungnya. Rambutnya yang lurus, ia biarkan tergerai indah. Tidak hanya itu, pagi ini gadis berwajah bulat itu terlihat lebih rapi dari biasanya. Ia bahkan menggunakan eyeliner hitam juga mascara agar matanya yang sipit terlihat sedikit besar. Untuk eyeshadow ia menggunakan tampilan smoke eyes agar mencirikan dirinya yang tomboy.
“Kalila, mau kerja ya.” Rizki menghentikan aktivitas menyapu lalu berjalan mendekati Kalila.
Gadis itu mengangguk pasti. “Iya nih. Gue minta maaf ya nggak bisa selalu stay disini.” Ia menatap lekat lawan bicaranya dengan wajah menyesal. “Yah, segini aja gue bersyukur banget deh bos di toko masih baik izinin gue KKN selama dua minggu ini Ki.”
Rizki mengangguk. Ia paham bagaimana ada di posisi Kalila. “Iya gue paham kok Kal. Btw lo udah berapa lama kerja di sana?” tanya Rizki penasaran.
Kalila tersenyum. “Semenjak gue kuliah.”
Rizki membelalak. “Wah gila sih ini. Salut gue sama lo Kal. Tiga tahun lo bisa bagi waktu antara kuliah dan kerjaan. Ini sih beneran keren.” Rizki memperlihatkan ekspresi bangga. Lelaki itu melepas kaca matanya, ia menggosok kaca tersebut dengan kaos yang ia kenakan, setelah ia rasa tidak lagi kotor, ia kembali memakainya. “Eh tapi lo kan katanya denger-denger orang betawi. Bukannya betawi banyak tanahnya ya Kal. Ngapain lo harus cape-cape kerja.”
Lagi-lagi Kalila tersenyum. “Tanah itu kan punya engkong. Anaknya banyak. Ya habislah Ki sudah dijual kemana-mana. Jadi, ya gue harus membiayai kuliah gue sendiri.”
Rizki masih menyimak. Ia mengangguk-angguk mendengar cerita Kalila. “Yasudah semangat ya Kal. Bangga sih gue pernah kenal sama orang kaya lo yang super mandiri.”
Kalila menyeringai lebar. Dengan santainya ia menepuk punggung temannya tersebut. “Ah, udah ah. Gue geer nanti terbang gimana nih.” Kalila tertawa. Kemudian ia terkejut ketika sepeda motor berstiker ungu berhenti tepat di depan pagar Bu Hajah. “Yaudah ya Ki gue buru-buru.”