Seorang gadis kecil, mengenakan seragam merah-putih melangkahkan kaki di trotoar menuju sekolah dengan wajah ceria. Hatinya berbunga-bunga dan percaya diri. Ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester. Dia adalah Risa. Anak yang tidak mampu, namun selalu bersemangat dan bersyukur.
Sesampainya di sekolah, dia segera menaruh tas di kursi. Setelah itu, berjalan menikmati segarnya udara di luar kelas.
“Risa, kenapa, sih, kita harus selalu bertemu denganmu di sekolah? Kamu, kan, enggak level sekolah di sini,” kata Aura dengan angkuh.
“Iya, kenapa, sih? Bisa-bisa, anak-anak sekolah ini jadi ketularan miskin seperti kamu. Iiih ... amit-amit, deh,” Farah menambahkan.
“Kalau itu sudah menjadi takdirku, kenapa kalian sewot? Tidak penting aku anak orang miskin atau kaya. Apa gunanya jika kaya tapi sombong, egois, dan tidak pernah bersedekah? Mending, jadi orang tidak mampu, namun hatinya mulia,” ucap Risa dengan santai.
“Iiihhh ... mentang-mentang dapat beasiswa, ngomongnya sok! Lagian, mana mungkin anak seperti kamu bisa mewujudkan cita-cita pergi ke Inggris dan menjadi penulis? Gak mungkin, lah! Mimpi kali!” Aura pun tak mau kalah.
“Aku tidak seperti kamu dan Farah yang suka nge-bully. Aku yakin, kok, jika Allah Swt. menghendaki, insya Allah aku bisa pergi ke Inggris dan menjadi penulis. Sudah dulu, ya, aku mau kembali ke kelas.”
Risa pun berjalan menuju kelasnya, kelas lima. Dia tidak peduli jika harus dibilang anak orang miskin atau sebagainya. Sebenarnya Risa merasa sakit hati, namun, dia berusaha untuk tetap positive thinking, sabar, tahan emosi, dan kuat.
***
Ya Allah, mengapa Aura dan Farah berbuat seperti itu kepadaku? Apa salahku? Ya Allah, berilah hikmah dari semua ini. Aamiin ..., ucap Risa dalam hati.
Miss Shiren, wali kelas lima datang. Di belakangnya, ada seorang gadis seumuran Risa. Sepertinya dia anak baru.
“Selamat pagi, Anak-Anak,” sapa Miss Shiren.
“Selamat pagi, Miss Shiren,” balas siswa-siswi di kelas.
“Anak-Anak, hari ini, kita kedatangan murid baru dari kota sebelah. Syifa, silakan perkenalkan dirimu,” kata Miss Shiren.
“Hai, Teman-Teman. Perkenalkan, nama lengkapku, Syifa Azzahra. Biasa dipanggil Syifa. Aku bersekolah di sini, karena papaku yang seorang pengusaha, pindah ke kota ini. Semoga kita dapat berteman dan bekerja sama. Terima kasih.”