Tampak, sepasang suami istri sedang berdiri di depan rumah. Mereka adalah Mak Ashab dan Abah Ashab. Meskipun telah dua puluh tahun bersama, Mak dan Abah Ashab belum dikaruniai anak. Padahal, mereka sangat menginginkannya sejak dulu. Berkali-kali, mereka berdoa kepada Yang Mahakuasa, tetapi Allah belum mengaruniai satu anak pun untuk mereka.
Walaupun Mak dan Abah Ashab terlihat miskin, sebenarnya mereka bisa juga disebut cukup kaya. Abah Ashab mempunyai tanah yang cukup luas, yang dia jadikan sawah. Sawah abah sangat subur. Kebutuhan rumah tersedia dari hasil sawah itu. Abah juga memiliki peternakan.
Mak memiliki rumah yang terbuat dari kayu. Rumah itu pun cukup luas. Walaupun rumah itu tak seberapa luasnya dibandingkan dengan rumah kalian, rumah itu sangat nyaman.
***
“Mak! A ...,” omongan abah terputus karena ada suara yang beliau dengar.
“Ada apa, Bah?” tanya Mak Ashab bingung.
“Mak? Apakah Mak mendengar suara?”
“Suara? Iya, Bah! Mak dengar! Seperti suara tangisan bayi!” jawab mak.
“Iya, Mak! Dari mana asal suara itu, ya?!” Abah menjadi bingung.
“Sepertinya dari sini!” kata mak.
Saat abah hendak menutup pintu depan, ternyata ada sebuah keranjang yang sangat indah, dan tampaknya mahal sekali. Di dalam keranjang itu, ada seorang bayi cantik. Tubuhnya ditutupi selimut yang cukup tebal dan sangat bagus. Seuntai kalung emas, melingkar di lehernya. Bayi itu juga memakai pakaian hangat.
Mak dan abah bersujud. Mereka berterima kasih kepada Allah, dan mengucap syukur kepada-Nya, sebanyak-banyaknya.
“Terima kasih, ya Allah! Kau telah memberi karunia seorang bayi kepada kami!”
Melihat bayi itu, wajah Mak Ashab tampak sangat ceria. Mak memeluk bayi itu dengan penuh kasih sayang. Impiannya mempunyai seorang anak, kini terwujud melalui bayi itu.
“Mak! Kita rawat bayi ini hingga tumbuh dewasa!” kata abah.
“Kita akan rawat bayi ini! Dan, kita anggap bayi ini sebagai anak kita sendiri!” tambah mak.
“Mak! Ada surat!” kata abah, saat melihat sepucuk surat yang ada di balik selimut bayi itu.
Saya mohon pada orang yang menemukan bayi ini untuk merawat bayi ini. Berilah dia nama Safitri. Aliyah Safitri Syarif. Semoga Allah melimpahkan berkah kepada Anda.
Salam,
Bibi Sirin, pengasuh Safitri
***
Sembilan tahun berlalu. Safitri telah tumbuh menjadi gadis yang baik, cantik, dan cerdas. Safitri selalu membantu Mak Ashab menyelesaikan pekerjaan rumah. Safitri juga suka memberi makan hewan-hewan di peternakan Abah Ashab dengan penuh kasih sayang, sehingga hewan-hewan itu berkembang biak dengan cepat. Ayam-ayam bertelur dengan sangat banyak. Safitri juga sering membantu Abah Ashab di sawah, seperti menanam bibit-bibit padi. Safitri senang melakukannya karena dia bisa membantu kedua orangtuanya, walaupun dia hanya anak asuh.