KKPK Andins Stories

Mizan Publishing
Chapter #3

Aku Mau Ponsel

Andin sedang kesal dengan gadget yang sudah lama menjadi tren dan tak pernah kedaluwarsa. Ponsel. Yap, ponsel. Andin sebal, bahkan benci pada ponsel. Apalagi ponsel yang mereknya Cranberry. Ya, memang. Di zaman modern saat semua orang menggilai Cranberry, Andin justru membenci merek ponsel itu. Kenapa?

Dulu, Kak Andina masih sering bermain dengan Andin. Mama juga sering menyempatkan diri membantu Andin mengerjakan PR Matematikanya. Papa dulu suka mengajak Andin lari pagi di lapangan setiap Sabtu dan Minggu. Tapi semua perhatian itu direnggut oleh Cranberry. Papa, mama, dan Kak Andina masing-masing memang punya Cranberry. Cuma Andin yang tidak. Entah karena ada sihir tertentu atau memang punya Cranberry itu menyenangkan, perhatian papa, mama, dan Kak Andina tercurah pada Cranberry saja. Andin ditelantarkan. Itulah sebabnya Andin jadi sebal pada ponsel canggih nan mahal itu.

Sebenarnya, Andin tidak sebal dengan Cranberry. Cuma, fasilitas Cranberry yang ribet itu membuat dirinya tidak lagi diperhatikan. Kalau dia dan Kak Andina sedang bermain, tiba-tiba ... ding ... ada pesan masuk. Kalau dia dan mama sedang berusaha serius mengerjakan PR Matematika ... kring ... ada telepon masuk. Kalau dia dan papa bersiap lari pagi ... teeet ... ada reminder di ponsel papa yang menyebabkan lari pagi harus ditunda. Itulah yang membuat Andin sebal.

“Cranberry jahat! Buang jauh-jauh!” sentak gadis kelas tiga SD itu sambil melempar kotak Cranberry Kak Andina.

Tapi enggak apa, deh, pikir Andin, toh temanteman dan sepupu-sepupuku enggak punya.

Andin selamat!

***

Andin menggandeng tangan Nanda, sahabatnya. Andin dan Nanda memang sepasang sahabat yang sangat setia. Istirahat kali ini, mereka memilih makan siang di dekat pohon akasia. Biasanya, Andin dan Nanda sudah sibuk berceloteh dengan cerita mereka masing-masing. Tapi kali ini beda. Nanda tampak sibuk memencet sesuatu. Hm ... ada apa dengan Nanda?

“Nandaaa!” teriak Andin kesal.

Nanda kaget. Gadis berkacamata itu hampir saja melempar benda yang membuatnya sibuk itu. “Astagfirullah!” seru Nanda.

Andin hanya meringis melihat Nanda yang kalau marah sangat mengerikan itu.

“Andiiin! Kamu ngapain, siiih?!” kata Nanda sambil memasang ekspresi cemberut.

“Kamu, tuh, Nan! Aku sudah ngajak kamu bicara, tapi kamu malah sibuk dengan sesuatu yang lain,” kata Andin sebal sambil berkacak pinggang.

“Oh, maksudmu, kamu sebal karena aku sibuk mainin ini?” Nanda bertanya setengah mengejek sambil mengacungkan benda yang membuatnya mengacuhkan Andin. Cranberry! Ya, Cranberry Onyx seperti kepunyaan papa Andin.

Lihat selengkapnya