“Hai, Dita,” sapa Yuni ketika berpapasan dengan Dita di selasar asrama. Dita sedang membawa setumpuk buku menuju perpustakaan.
“Hai juga. Kamu dari mana?” tanya Dita.
“Dari halaman belakang,” jawab Yuni.
Dita dan Yuni adalah anak panti asuhan. Sejak bayi, Yuni dan beberapa temannya tinggal di sana. Anak-anak yang tinggal di panti lebih senang jika menyebut pantinya dengan sebutan “Asrama”. Lebih lengkapnya “Asrama Tulip” karena di kebun belakang ada kebun bunga tulip. Di dinding setiap ruangan juga terpajang lukisan bunga tulip. Asrama itu berdiri kokoh di dekat hutan.
Di samping Asrama Tulip ada sebuah sekolah, School Near Forest. Mereka biasa menyingkatnya dengan SNF. Semua anak Asrama Tulip yang berusia 6 sampai 19 tahun, wajib bersekolah di sana.
Yuni adalah satu-satunya anak yang mempunyai ibu di asrama itu. Bu Niar, ibu Yuni, adalah salah satu pengasuh di Asrama Tulip. Meskipun begitu, teman-teman Yuni tidak iri melihatnya. Mereka malah menganggap Bu Niar juga ibu mereka. Sejak kecil, mereka telah diasuh oleh Bu Niar. Bu Niar tak pernah membeda-bedakan Yuni dengan anak-anak yang lain.
Dita adalah anak baru di asrama itu. Dia baru seminggu tinggal di asrama. Dia sekelas dengan Yuni.
“Oh ya, Yun, temani aku ke perpustakaan, dong! Tadi, Bu Eva menyuruhku mengembalikan buku-buku ini ke perpustakaan,” ajak Dita. Yuni pun berbalik arah. Dia tidak jadi menuju ke kamarnya. Yuni membantu Dita membawa beberapa buku dan berjalan ke perpustakaan.
Perpustakaan terletak di antara asrama dan sekolah. Di sana terdapat bermacam-macam buku. Mulai dari buku bacaan sampai dengan buku pelajaran. Setiap anak yang memerlukan buku untuk belajar atau mengerjakan tugas boleh meminjam buku di sana. Perpustakaan merupakan salah satu tempat favorit anak-anak Asrama Tulip, selain kebun belakang, dan kamar tidur mereka tentunya.
“Dit, maaf. Aku dengar ibumu baru saja meninggal, ya?” tanya Yuni hati-hati.
“Enggak apa-apa, kok, Yun. Sebenarnya orangtuaku bukan meninggal dunia, tetapi mereka meninggalkanku. Mereka entah pergi ke mana,” jawab Dita sedih.
“Selama ini, kamu tinggal dengan siapa?”
“Aku menjadi anak gelandangan selama dua tahun. Seminggu yang lalu, aku bertemu dengan seorang bapak yang kemudian membawaku ke asrama ini,” jelas Dita.
Mereka masuk ke perpustakaan. Di sana sudah ada Nia, Fahri, Ikhsan, dan Angel. Kelihatannya mereka sedang asyik membaca buku. Dita dan Yuni langsung menyimpan buku-buku yang mereka bawa tadi ke rak sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Selesai menyusun buku, Dita dan Yuni bergabung dengan Nia dan teman-teman yang lain.
“Yun, kita ke kebun belakang saja, yuk!” ajak Nia.
“Yaaa … Nia, kita, kan, baru masuk perpus. Tadi, aku baru saja dari kebun belakang,” ujar Yuni.
“Ada yang ingin aku ceritakan. Kalau kita ngobrol di sini, kan, enggak seru. Nanti bisa dimarahi Bu Nuri,” kata Nia.
“Cerita apa, sih? Penting banget, ya?” tanya Yuni.
“Penting enggak penting, sih,” jawab Nia.