KKPK Congklak Misterius

Mizan Publishing
Chapter #3

Choco Shop

Flo berjalan-jalan di sekitar Kompleks perumahan Zamrud Ungu. Rumah Flo bagian luarnya bercat hijau, tetapi di dalamnya bercat putih. Kalau warna kamar, sih, biru. Padahal Flo senang sekali warna ungu tua, kayak nama kompleksnya. Hohoho .... Itu karena rumahnya sewaan. Jadi, nanti kena marah kalau dicat sembarangan.

Kompleks Zamrud Ungu ini cukup besar. Ada rumah sakit kecil, minimarket, toko bangunan, butik, salon, toko elektronik, toko bunga, dan lain-lain. Minimarketnya lengkap, lho! Ada juga yang rumahnya merangkap toko. Oh, ya, ada sekolahnya juga. Mulai dari TK, SD, SMP, sampai SMU. Semua berada di dalam satu area bangunan besar.

“Flooo ...! Bantuin Pak Gemuk membagikan brosur untuk pembukaan Choco Shop-nya, yuk!” panggil Aritya, sahabat Flo.

“Oke! Aku ke sana!”

Pak Gemuk terlihat sedang meletakkan brosurbrosur ke dalam tiga keranjang kecil. Lucu banget bentuknya. Keranjang itu terbuat dari anyaman dan diberi warna cokelat. Gagang keranjang tersebut diberi pita merah muda. Lucu!

“Bu Gemuk mana, Pak?” tanya Flo.

“Bu Gemuk sedang berbelanja bahan-bahan untuk membuat cokelat,” jawab Pak Gemuk. “Nah, yang di keranjang ini, Flo yang bagikan. Kalau yang di keranjang ini, Aritya yang bagikan. Sisanya, bagian Pak Gemuk. Kalian jelajah kompleks, ya! Pak Gemuk akan membagikan brosur ini di sini, sembari menjaga toko.” Pak Gemuk membagi-bagi tugas.

Flo dan Aritya mengangguk. Mereka berdua lalu menjelajah kompleks dengan skuter mini milik Pak Gemuk. Sebenarnya, skuter mini itu milik kedua anak Pak Gemuk. Mereka sudah besar. Si Sulung SMU dan si Bungsu SMP. Sekolah mereka full day. Hanya libur pada hari Minggu. Itu pun kalau enggak ada ekskul atau ekstra kurikuler.

“Flo membagikan brosur ke rumah-rumah yang letaknya di pinggir kiri jalan, ya! Kalau Aritya ke rumah-rumah yang ada di sebelah kanan jalan,” ujar Pak Gemuk.

Flo mengendarai skuter berwarna putih kekuningan bergambar Donal Bebek. Kalau Aritya mengendarai skuter bergambar Mini Tikus berwarna merah bata. Flo mengunjungi rumah Bibi Heliconia, pemilik toko bunga. Tokonya itu berada di rumahnya.

“Assalamu ‘alaikum! Halo, Bibi Heliconia! Ini ada brosur. Besok, insya Allah akan dibuka Choco Shop milik Pak Gemuk. Letaknya di ujung jalan itu. Kalau bisa, datang, ya! Pukul satu siang setelah zuhur,” sapa Flo.

“Wa ‘alaikum salam! Hai, Flo! Iya, insya Allah Bibi akan datang. Hmmm ... ada cokelat diet, enggak?” canda Bibi Heliconia.

“Ada, dong! Choco Shop lengkap banget! Semuanya ada. Ya sudah, Flo pergi dulu, ya!” ujar Flo.

Bibi Heliconia tertawa. Flo tersenyum menyeringai memperlihatkan gigi-giginya.

“Hmmm ... sekarang ke rumah Paman Alif, pemilik kompleks,” gumam Flo.

Nah, hampir selesai. Terakhir, rumah Flo. Letaknya paling ujung, berada di paling depan kompleks, tepat di sebelah pintu masuk kompleks. Di depan rumah Flo adalah rumah Aritya. Paling ujung, berada di dekat pintu keluar kompleks, ada minimarket dan rumah sakit.

“Assalamu ‘alaikum! Ini, Flo!” kata Flo sambil membuka pintu rumahnya.

“Wa ‘alaikum salam!” jawab bunda, ayah, dan kedua adik lelaki kembar Flo, Didi dan Didit serempak.

“Bunda, Ayah, Didi, juga Didit ... Kakak bagikan brosur pembukaan Choco Shop, ya! Satusatu! Besok, kita pergi ke sana. Bagaimana?” tanya Flo sambil memberi brosur. Mereka langsung membacanya.

“Boleh juga,” kata bunda dan ayah bersamaan.

“Asyiiik ...! Pasti menyenangkan!” seru Didi dan Didit.

Flo tersenyum senang. Dia lalu mengambil cangkir dan mengisinya dengan susu cair segar. Sluuurp ... segarnya!

“Ya, sudah! Flo balik dulu ke Choco Shop yang merangkap rumahnya Pak Gemuk, ya! Assalamu ‘alaikum!”

Bunda, ayah, Didi, dan Didit mengangguk. “Iya. Wa ‘alaikum salam!”

Flo mengambil skuter mini dan menuju rumah Pak Gemuk. Aritya sudah lebih dahulu berada di sana. Aritya dan Pak Gemuk sedang menghias toko. Semuanya bergambar cokelat yang lucu. Kata Pak Gemuk, logo Choco Shop-nya namanya “Koko”. Aritya memberi stiker pada papan nama tokonya. Semua berwarna cokelat.

“Kalau makanan yang dijual adalah cokelat, berarti tokonya harus bernuansa cokelat juga,” gumam Aritya.

Flo dan Pak Gemuk menoleh ke arah Aritya. “Betul juga!”

“Selesai ...!” seru Pak Gemuk, Aritya, dan Flo bersamaan.

“Nah, sekarang kita bantu Bu Gemuk membuat cokelat, yuk!” ajak Pak Gemuk.

“Yeeey ...! Bagian yang menyenangkan, nih!”

Mereka lalu masuk ke dalam rumah Pak Gemuk menuju dapur. Di sana sudah ada Bu Gemuk yang sedang mengaduk-aduk adonan cokelat cair di atas kompor.

“Hm, wanginyaaa .... Pasti sedap, nih!” puji Flo dan Aritya.

Bu Gemuk tersenyum. “Nanti adonan cokelat ini dicetak, lalu didinginkan. Jadi, deh, cokelatnya! Untuk adonan yang ini, akan dibentuk menjadi cokelat batangan. Setelah itu, baru dibuat cokelat lagi yang berbentuk hati atau bentuk apa saja sesuka kita.”

“Waaah ...!”

Aritya tergiur. “Boleh saya coba, Bu?”

“Boleh! Cobalah!” Bu Gemuk mengambil dua sendok kecil adonan cokelat cair. Satu untuk Flo dan satu lagi untuk Aritya.

Flo mendekatkan sendok berisi adonan cokelat cair ke mulutnya. Begitu juga Aritya. “Lezat!”

“Apakah kalian mau membantu?” tanya Bu Gemuk. “Kalau kalian bersedia, tolong letakkan adonan ini ke dalam freezer.”

Lihat selengkapnya