Syuuut .... Byurrr!
Bongkah-bongkah es raksasa putih pecah dari gunung es di tengah laut. Lalu, bongkahan itu jatuh menghantam lautan dan menciptakan hujan air es.
“Uiiik!” burung-burung laut maupun para weddell seal menjerit kaget, setiap terkena percikan air yang superdingin.
Musim dingin di Antartika baru saja berlalu dan es mulai sedikit mencair. Daratan es tenggelam dan mulai digantikan oleh biru laut yang berkilau. Ikan-ikan bermunculan seiring munculnya sinar matahari kuning yang hangat.
Sayup-sayup terdengar suara dari sebuah gua di sudut gelap pantai pasir yang berwarna cokelat. Gua itu yang berukuran cukup besar. Meskipun gua itu kering, tapi tetap dingin. Banyak sisa-sisa kulit rusa kutub yang disatukan di pojok gua itu. Tampaknya, itulah satu-satunya kehangatan yang bisa ditemukan di sana.
“Boleh, ya? Kumohon!”
“Tidak!” terdengar suara lain yang cukup berat, tapi lembut terdengar. Tampak, seekor weddell seal dewasa berwarna abu-abu mengangkat kepalanya dari tumpukan kulit rusa kutub.
“Memangnya kenapa?” seekor weddell seal kecil yang berwarna hijau lumut bertanya dengan tampang memelas. Normalnya, weddell seal kecil berwarna keemasan. Akan tetapi, kalau sudah dewasa berubah menjadi abu-abu. Kecuali, weddell seal kecil yang satu ini, ia terlahir berbeda. Warna tubuhnya hijau lumut. Ukuran badannya juga lebih besar dari anak-anak weddell seal seusianya. Itu membuatnya tampak aneh di komunitas weddell seal di Weddell Sea, Antartika.
Ibu weddell seal itu menghela napas dengan kesal, keluar dari tempat tidurnya.
“Sekarang, musim apa?”
“Musim panas,” jawab weddell seal hijau aneh itu lugu. Weddel seal unik itu bernama Em Lump.
“Kamu tahu, kan, siapa pemangsa kita, Em?”