KKPK Eyang Rendra

Mizan Publishing
Chapter #3

Beautiful Garden

Suatu ketika, di sebuah kota yang indah dan di kelilingi rumput-rumput hijau yang berkilauan, seorang anak perempuan duduk di sebuah bangku taman yang berwarna cokelat terang. Dia seperti sedang merenungi sesuatu. Dia bernama Luna.

“Aduh ...! Masak, aku hanya dapat Juara ketiga lomba gambar!” rutuk Luna berkali-kali.

Wajah Luna tampak masam. Tidak henti-hentinya, dia merutuki dirinya sendiri.

“Padahal, aku sangat berharap dapat memenangkan perlombaan itu dan mendapatkan hadiahnya. Uang dua juta rupiah tentu bukan jumlah yang sedikit. Dengan uang itu, aku dapat mewujudkan impianku, membuat sebuah taman yang indah untuk anak-anak di jalan ini! Tapi sayangnya, aku cuma dapat meraih juara ketiga. Apa mungkin … aku dapat membuat taman dengan uang satu juta rupiah dari lomba ini? I hope so. Ya Allah, semoga Engkau mendengar keinginanku ini. Tidak jadi juara pertama, tidak apa-apa. Siapa tahu, aku dapat meraihnya pada kesempatan yang lain lagi!” sambungnya.

Luna sang Juara Bertahan di kejuaraan menggambar itu mencoba menegarkan hatinya. Dia pun merelakan kekalahannya. Sambil berlari-lari riang, dia menuju rumahnya, sebuah rumah yang besar dan memiliki air mancur yang menjulang tinggi dengan barisan pohon cemara yang jangkung-jangkung. Dia memasuki rumah mewah itu dan mencari bundanya, Ibu Mariam. Bundanya merupakan seorang penjabat tinggi di kota tempat tinggalnya.

“Bagaimana dengan lombanya tadi? Maaf, Bunda tidak dapat menemanimu tadi. Seharian ini, Bunda harus menghadiri banyak sekali acara, termasuk peresmian Taman Bunga di pusat kota. Apakah kamu menang?” tanya bunda lembut.

“Alhamdulillah, Bun. Aku menjadi juara ketiga dan mendapatkan hadiah uang satu juta rupiah. Tapi, uangnya baru dapat diambil bila didampingi oleh orangtua atau wali murid. Sebenarnya, sih, aku sedikit merasa kecewa karena gambar yang kubuat sangatlah bagus … tapi, aku hanya mendapatkan juara ketiga!” Luna berkeluh kesah sambil membaringkan tubuhnya di pangkuan bunda.

“Ya, sudahlah, Nak. Lain kali, kamu harus berusaha lebih baik lagi, ya! Bagaimana … kalau sekarang Bunda buatkan kamu segelas cokelat hangat? Mungkin saja dapat meredakan kekecewaanmu!” hibur bunda.

“Terima kasih, ya, Bun,” kata Luna sambil mencium manja kedua pipi bundanya.

Setelah meneguk cokelat hangat, Luna pergi ke kamarnya. Di sana, dilihatnya Sarah, kakaknya, sedang bermain komputer.

“Bagaimana lombanya tadi? Kamu dapat juara berapa, Dik?” tanya Sarah.

“Alhamdulillah, Kak. Aku dapat juara ketiga. Hadiahnya lumayan, lho ... uang satu juta rupiah!” jawab Luna.

“Wah … selamat, dong, kalau begitu. Terus, mana uangnya?” Sarah kembali bertanya.

“Kok, Kakak begitu, sih ... uangnya tentu saja masih ada di Bu Guru, karena jumlahnya besar. Baru boleh diambil oleh orangtua atau wali murid. Menurut Kakak, sebaiknya uangnya dibuat apa, ya, Kak?” jelas Luna.

“Kamu sendiri maunya untuk apa?” balas Sarah.

“Huuu ... bagaimana, sih? Ditanya, kok, malah balik bertanya! Sudah, ah, aku mau istirahat dulu sambil mikirin rencana selanjutnya!” gerutu Luna.

Luna langsung melompat ke tempat tidur sambil tergelak ketika Sarah menimpuknya dengan bantal. Tanpa menunggu lama, dia pun langsung tertidur pulas.

***

Sore harinya, Luna terbangun dengan wajah cerah. Sementara kakaknya masih juga belum beranjak dari depan meja komputer.

Lihat selengkapnya