Aku tersenyum. Akhirnya, setelah menaiki tangga satu per satu hingga dua lantai dengan susah payah dan penuh perjuangan, aku sampai juga di kelasku.
Aku berlari-lari riang menuju mejaku. Nabila menyapaku.
“Hai, Fasya!” sapa Nabila riang.
Oh, iya, Nabila itu sahabatku, lho. Kami bersahabat sejak kelas empat dan sekarang kami sudah kelas lima.
“Hai juga, Nabila! Tumben, ya, kelas sepi. Biasanya, kan, ramai sekali,” ucapku.
“Tumben, kamu datangnya kepagian, Fas! Biasanya, kan, kamu dijuluki Ratu Bangun Kesiangan!” kata Nabila sambil tertawa. Aku mencubit lengannya pelan, sambil ikut tertawa.
“Iiih, Nabila ... Nabila! Tapi, sekarang aku jadi Ratu Bangun Pagi, dong!” sahutku membalas ledekan Nabila.
“Ratu Bangun Pagi, sih, Ratu Bangun Pagi ... tapi Ratu Bangun Paginya pasti hanya sehari. Besok, pasti kamu akan menjelma jadi Ratu Bangun Kesiangan lagi! Hihihi ...,” olok Nabila sambil tertawa menyerupai tawa nenek sihir. Aku pun ikut tertawa mendengar tawa nenek sihirnya.
Lambat laun, kelas pun mulai dipenuhi teman-teman sekelasku. Tapi ... ternyata ketua kelasnya paling akhir datang! Dia masuk kelas tepat ketika bel masuk berbunyi.
“Huuu ... katanya, peraturannya ‘tidak boleh datang terlambat’, tapi kamu sendiri terlambat!” sorak seluruh penghuni kelas.
Tentunya hanya bercanda. Ya, ketua kelas kami, Aya, memang menetapkan peraturan ‘tidak boleh datang terlambat’ sebagai peraturan dasar kelas ini. Tapi, ternyata dia sendiri terlambat! Hahaha ....
Tidak lama setelah bel berbunyi, Bu Sari masuk ke kelasku. Bu Sari membimbing kami berdoa dan bertadarus Al-Quran bersama. Setelah usai berdoa dan bertadarus, Bu Sari pun mulai mendongeng tentang kisah-kisah nabi. Setiap tiga minggu sekali, sebelum memulai pelajaran, setiap guru akan mendongeng tentang kisah-kisah nabi. Kali ini, Bu Sari mengisahkan sejarah dakwah Rasulullah.
“Sebelum diangkat menjadi nabi, Rasululllah sering ber-uzlah. Tahu arti ber-uzlah? Uzlah artinya mengasingkan diri. Rasulullah mengasingkan diri ke Gua Hira. Suatu hari ... bla ... bla ... bla ...,” Bu Sari asyik mendongeng tentang kisah perjuangan dakwah Rasulullah Saw.
Ketika Bu Sari mendongeng, teman-teman di kelas ada yang serius mendengarkan dan ada yang sibuk sendiri alias tidak mendengarkan. Aku dengan serius mendengarkan kisah yang diceritakan Bu Sari. Aku suka sekali mendengarkan dongeng, terutama kisah nabi! Aku tertarik dengan sejarah-sejarahnya. Di sebelahku, Nabila juga memperhatikan dan mendengarkan dengan antusias.
Sayangnya, acara mendongeng Bu Sari cepat selesai. Setelah mengakhiri dongengnya, Bu Sari pun memulai pelajaran Matematika. Huaaah, dari kisah nabi-nabi yang menarik, menjadi Matematika? Huh! Membosankan! Aku tidak terlalu suka pelajaran Matematika!