Danna menyisir rambut sebahunya yang ikal. Selesai itu, Danna memakai jilbab berwarna putih, baju seragam putih, dan rok panjang setumit warna merah. Danna akan pergi ke sekolah baru. Dia murid pindahan. Oh, ya, Danna memakai kawat gigi.
“Danna! Yuk, makan! Ini hari pertama di sekolah baru, kan?!” panggil bunda.
“Iya, Nda!” jawab Danna sambil mengambil ransel ungunya.
Danna lalu pergi ke ruang makan. Di situ sudah ada adiknya, Halimah; bunda, dan ayah. Dia lalu memakan sarapannya. Setelah habis, Danna dan Halimah diantar oleh ayah memakai mobil.
“Bunda, kami pergi. Assalamu ‘alaikum!” pamit Halimah dan Danna.
Bunda mengangguk. “Baik-baik di sekolah, ya!”
“Ya!”
Sesampainya di sekolah. “Anak-Anak! Tenang! Kita mempunyai murid baru!” perintah Bu Abbasah. “Ayo, sini! Jangan malu-malu!”
Danna lalu masuk ke kelas.
“Kenalkan dirimu,” pinta Bu Abbasah.
“Assalamu ‘alaikum,” kata Danna.
“Wa ‘alaikum salam!” jawab murid-murid.
“Halo, nama saya Danna Ar-Rasyida. Saya biasa dipanggil Danna. Saya mohon Teman-Teman semua mau bersahabat dengan saya. Salam kenal,” kata Danna.
“Nah, kamu bisa duduk di samping Latiffa,” suruh Bu Abbasah. “Kamu berkenalan dulu, ya.”
Danna mengangguk, lalu dia duduk di samping Latiffa.
Tiba-tiba, ada ejekan dari seorang anak, “Ieeeuh, duduk sama anak kamseupay.” Itu adalah si Sombong Cholthyn!
Danna hanya tersenyum simpul. Danna lalu berkenalan dengan Latiffa.
“Halo, Danna. Namaku Latiffa Anima Deyri. Kamu panggil aku Latiffa aja, ya.”
Danna tersenyum, lalu bertanya, “Kamu, kok, dibilang kamseupay, sih?”
Raut muka Latiffa yang awalnya cerah menjadi gelap.
“Begini, sejak datangnya Cholthyn, dia jadi anak tenar karena maminya menyuruh kami untuk berteman dengannya. Kalau enggak, maka kami akan diskors dari sekolah. Semua perintahnya mesti dilaksanakan. Sebenarnya, sih, bukan aku aja yang dibilang kamseupay. Zulfa dan Qarisha juga. Kami dibilang anak kamseupay, udik, enggak ikutin tren anak sekolah zaman sekarang.”
Qarisha dan Zulfa yang duduk di depan Latiffa lalu melihat ke belakang. “Betul, tuh!”
“Oooh …. Kasihan, ya?” Danna menjadi gemas dengan ulah Cholthyn.
“Ya sudah, kita belajar dulu. Nanti, kalau kelamaan bicara, dimarahin sama Bu Abbasah,” kata Zulfa.
Danna dan Latiffa mengangguk.
Tengtengteng!
Ah, sudah waktunya istirahat! Danna, Latiffa, Qarisha, dan Zulfa segera keluar kelas menuju kantin sekolah. Danna membeli roti isi cokelat dan jus jeruk, Latiffa jus apel dan mi sup, Qarisha es teh dan mi bakso, kalau Zulfa lebih menyukai jus avokad dan mi ayam.
“Eh, eh, anak baru itu sebut aja anak kamseupay, ya!” ejek Cholthyn yang melewati meja Danna dan kawan-kawan.
Danna menjadi panas. “Grrr … tahu siapa aku, awas!” Danna mengepalkan tangannya.
“Jadi anak baru, sombong, huuuh!” kata salah seorang dari kelompok Cholthyn yang seragamnya dikeluarkan dari rok, Vylliane.
“Awas kamu, ya!” seru Danna. Dia hendak memberi pelajaran kepada kelompok Cholthyn, tetapi ditahan oleh Latiffa.
“Hahaha …,” kelompok Cholthyn tertawa sambil berlalu.
“Benar katamu, mereka memang jahat!” gumam Danna sambil meneguk jus jeruknya.
Zulfa yang sedang melahap mi ayam bertanya, “Oh, ya, emangnya, orangtua kamu kerjanya apa, sih?”
Danna menaruh jus jeruknya. “Kamu tahu tidak, ayahku direktur sebuah perusahaan. Kalau ibuku, bos di perkantoran. Tapi kami hidup sederhana.”
“Wah, berarti Cholthyn kalah, dong!” gumam Qarisha.
“Emang kerjaan papi-maminya apa?” tanya Danna sambil menikmati roti isi cokelat.