KKPK Kenangan di Velicia Toward

Mizan Publishing
Chapter #3

Perjalanan Menuju Velicia Toward

Jesss … jesss … jesss!

“Canna, Ibu memang sengaja menyekolahkanmu di Velicia Toward. Ibu berharap, kamu akan mendapatkan banyak ilmu di sana. Dan, Ibu juga tidak mau mendengar berita buruk tentang sikapmu yang tidak pantas di sana! Kamu dengar, kan?” nasihat ibu.

Canna mengangguk pelan.

“Pasti, Bu. Aku tidak akan mengecewakan Ibu,” balas Canna mantap.

Ibu tersenyum memandang anaknya itu. Canna mengerlingkan matanya. Dia melihat beberapa anak mengenakan seragam yang serupa dengannya.

“Kamu pasti Canna, kan?” tanya seorang anak perempuan yang sebaya dengan Canna.

Canna terkejut. Anak itu tersenyum lebar. Rupanya, anak itu mengenakan seragam yang sama dengan dirinya.

“Ya, betul!” jawab Canna, “nama panjangku Canna Meredith.”

“Kalau begitu, perkenalkan, namaku Marry Hills. Aku juga murid Sekolah Velicia Toward,” jelas Marry.

Canna memandang takjub kepada anak perempuan itu yang ternyata bernama Marry.

“Kamu bersama ibumu?” tanya Marry.

“Hehehe … iya. Tapi sepertinya, ibuku sedang berbincang dengan wanita itu,” jawab Canna sembari menunjuk kepada dua orang wanita yang sedang bercakap-cakap.

Wanita yang mengenakan kemeja putih dengan hiasan renda itu adalah ibunya Canna.

“Tapi, aku tidak mengenali wanita yang satunya lagi,” lanjut Canna.

Canna mendelik. Sebenarnya, dia bingung dengan sosok yang mengobrol bersama ibunya.

“Oh, itu Nona Desile!” sahut Marry, “Ketua Asrama di Gedung A.”

Marry menjelaskan sambil merapikan rambutnya dengan sisir.

“Ketua Asrama Gedung A? Apa maksudnya?” tanya Canna bingung.

“Asrama perempuan terbagi menjadi empat! Ada Asrama A, B, C, dan D. Asrama-asrama itu biasa disebut Gedung Utara, Barat, Timur, dan Selatan! Kamu dan aku masuk ke Asrama A atau Asrama Utara!” Marry menjelaskan.

“Bagaimana kamu tahu kalau aku akan masuk ke Gedung Asrama A? Rupanya, kamu tahu betul, ya, tentang asramanya?” kata Canna sambil menggaruk tangannya yang terasa gatal.

“Tentu saja. Aku tahu kamu masuk asrama yang sama denganku. Dua hari sebelum liburan kenaikan kelas, kan, sudah diumumkan dahulu. Tapi sayang sekali, tahun ajaran kali ini, murid barunya hanya ada tujuh orang. Empat orang seumuran dengan kita, sisanya lebih tua daripada kita. Aku memang tahu banyak tentang Velicia Toward karena pindah ke sekolah ini saat aku masih duduk di kelas empat sekolah dasar. Tapi, aku tidak pernah bosan pada sekolah ini karena fasilitas dan kegiatannya sangat hebat!” celoteh Marry.

Canna takjub sekali mendengar cerita Marry. Lalu, dia berbincang dengan Marry selama dua menit. Dia hendak mencari ibunya. Rupanya, ibunya kini sedang menerima telepon.

Tapi, di mana wanita yang tadi? pikir Canna.

“Ibu! Ibu!” teriak Canna memanggil ibunya.

Karena saat itu banyak sekali orang, ibunya Canna jadi tidak dapat mendengar panggilan Canna.

“IBU!” Sekali lagi, Canna berteriak.

Teriakan Canna kali ini jauh lebih keras daripada sebelumnya. Jadi, ibunya dapat mendengar suaranya.

“Ada apa, Canna?” tanya ibu sambil memasukkan handphone-nya ke dalam tas.

“Aku hanya ingin berpamitan dengan Ibu,” kata Canna.

Tiba-tiba, seorang petugas berseru kepada anak-anak yang masih berada di luar kereta, “Ayo, cepat, Anak-anak! Kereta akan berangkat!”

Beberapa anak masuk ke kereta sambil mengusap air matanya.

“Baiklah, Canna. Berhati-hatilah. Jaga dirimu sebaik mungkin di sekolah barumu. Dan … ini uang untukmu. Berhematlah, ya, Nak. Nanti kalau kamu kehabisan uang, Ibu akan mengirimkannya lewat surat. Jadilah anak yang berguna, ya, Canna! Ayah, Ibu, dan kedua kakakmu pasti akan merindukanmu!” pesan ibu.

Kemudian, ibu menyodorkan uang yang jumlahnya sangat banyak. Setelah itu, ibu langsung memeluk putrinya itu. Canna membalas pelukannya.

“Canna berjanji akan menjadi anak yang berguna. Aku titip ucapan selamat tinggal kepada kedua kakakku, ya, Bu,” mohon Canna.

Ibu pun mengangguk.

“Kalau begitu, aku harus cepat naik ke kereta. Selamat tinggal, Ibu! Sampai jumpa pada liburan selanjutnya!” seru Canna sambil melambaikan tangannya.

Jesss … jesss … jesss!

“Duduklah di sini, Canna,” pinta Marry.

Ketika Canna hendak berjalan menuju tempat duduknya, ada seseorang yang menyenggolnya.

“Auw! Hei! Hati-hati kamu ketika berjalan! Kamu tidak punya mata, ya!” seru seorang anak yang lagi-lagi mengenakan seragam sama dengannya.

Pasti, dia juga murid baru di Velicia Toward, tebak Canna dalam hati.

Tanpa sengaja, Canna melihat tanda pengenal anak itu. Caroline Zwarts! Itulah nama yang tertera pada tanda pengenal. Tapi, Canna tidak memedulikannya. Dia langsung berjalan menuju tempat duduknya, tanpa menghiraukan sindiran dan ocehan Caroline terhadapnya.

“Anak yang menyebalkan! Huh!” dengus Canna kesal ketika sudah berada di tempat duduknya.

“Siapa?” tanya Marry tiba-tiba.

“Murid baru di Velicia Toward! Itu, lho, namanya Caroline. Dia tidak sopan terhadapku. Dan … dia CENGENG!” seru Canna.

Lihat selengkapnya