Kriiing .... Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Sebagian siswa langsung berhamburan ke luar. Aku memasukkan buku-bukuku ke dalam tas, kemudian aku ke luar kelas bersama dua sahabat baikku, Nurul Akiyya Haris (Kia) dan Ashmia Zhafira (Mia). Aku mengenal Kia sejak kelas 2 SD, sementara Mia adalah murid baru. Dia menjadi murid sekolah ini sejak tahun lalu. Sekarang kami semua sudah kelas 5.
Kami bertiga menuruni tangga sekolah. Kelasku terletak di lantai 2. Setelah sampai di bawah, kami menuju rak sepatu. Salah satu aturan di sekolahku adalah tidak memakai sepatu di kelas. Jadi, sepatu kami dijajar di rak khusus yang diberi nama sesuai nama siswa. Semacam loker, tapi khusus untuk sepatu.
Oh ya, perkenalkan, aku Eliza Maharani Ayyfina. Sekolahku bernama SD Pelita Bangsa. Bangunannya memiliki tiga lantai. Di sekolahku ini juga ada TK dan SMP. Lantai 1 dan 2 ditempati oleh SD. Sedangkan di lantai 3 ada laboratorium dan SMP. Sekolahku berwarna biru langit. Tapi tidak tahu, ya, enam bulan berikutnya, karena catnya diganti setiap pertengahan tahun.
Sekolahku memiliki dua lapangan utama. Satu lapangan sepak bola dan yang satunya lagi adalah lapangan basket. Sekolahku juga memiliki kolam renang dan taman bunga. Di tengah taman bunga ada air mancur yang dikelilingi oleh kolam ikan. Ada juga bangku-bangku untuk anak-anak yang ingin duduk-duduk di taman itu. Saat istirahat, taman itu ramai dipenuhi anak-anak. Ada yang bermain kejar-kejaran, petak umpet, atau makan siang.
Mata pelajaran di sekolahku tak jauh berbeda dengan mata pelajaran pada umumnya. Hanya, pada hari Sabtu, ada beberapa pelajaran tambahan seperti renang, komputer, basket, bulu tangkis, menjahit, memasak, dan lain-lain.
“Kamu dijemput siapa?” Mia bertanya padaku. Saat itu aku, Mia, dan Kia telah sampai di taman. Mia mengajak kami duduk di bangku yang dekat dengan air mancur.
“Dijemput ojek,” aku tertawa kecil. “Kalau kamu?” aku lanjut bertanya.
“Mamaku,” Mia menjawab singkat.
Aku melihat ojek langgananku sudah menunggu di tempat parkir sekolah.
“Kia, cepetan! Kita udah ditunggu sama Om Razak, tuh!” Aku menarik tangan Kia. Memang aku dan Kia selalu naik ojek bersama karena rumah kami berdekatan. Om Razak itu adalah nama tukang ojek langganan kami.
“Dadah, Mia! Sampai jumpa besok!” Aku melambaikan tangan pada Mia.
“See you tomorrow!” Kia juga melambaikan tangan.
“Bye bye! Hati-hati di jalan,” Mia balas melambaikan tangan.
Aku dan Kia menaiki ojek. Ojek langsung berlalu meninggalkan tempat parkir sekolah.
Di rumah.
“Mencari kosakata baru dalam kamus Bahasa Inggris dan menghafalkannya, nge-blog, mengerjakan PR Sains. Aduh, banyak banget!” gumamku membaca daftar kegiatan di agendaku. “Enaknya sekarang ngapain dulu, ya?”
Siang ini rasanya aku sedang ingin mengeblog. Aku beranjak ke kamar mom hendak meminjam laptop, tetapi kelihatannya mom sedang sibuk di depan laptop. Keduluan mom lagi. Aku menghela napas.